Kerajaan Majapahit
Para Raja Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit Dan Faktor Pendukungnya

Diposting pada

Kerajaan Majapahit merupakan “masterpiece”, dari salah satu imperium terbesar yang pernah ada di Indonesia pada abad ke-13. Selain itu, Majapahit juga menjadi kerajaan Hindu-Budha terakhir, yang pernah menguasai Nusantara.

Beritaku.id, Budaya – Bergema dengan Sumpah Palapa yang melegenda, Gajahmada telah berhasil menyatukan Nusantara, dan mengantarkan Majapahit ke masa jayanya. 

Oleh: Novianti Lavlia ( Penulis Budaya)

Sejarah Awal Berdirinya Kerajaan Majapahit

Sejarah Berdirinya Majapahit

Sebelum Kerajaan Majapahit berjaya, Kerajaan Singasari adalah yang terkuat di Jawa. Hingga akhirnya peristiwa tersebut menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok saat itu.

Kemudian penguasa tersebut mengirimkan utusannya, yaitu Meng Chi ke Singasari, untuk menuntut upeti. Namun Raja Kertanegara sang pimpinan saat itu, menolak pembayaran tersebut. 

Tindakannya tidak hanya disitu, penguasa itu juga mempermalukan Meng Chi, dan juga merusak wajah, serta memotong telinganya. Setelah insiden itu, Kubilai Khan murka dan mengirimkan angkatan perangnya ke Jawa, pada tahun 1293.

Saat Kerajaan Singasari berpindah ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya yang merupakan  menantu dari Kertanegara, melarikan diri ke Madura. 

Kemudian Aria Wiraraja yang merupakan tokoh pemimpin zaman itu, mengirimkan seorang utusan, untuk membawa surat pernyataan. Isinya menyatakan, bahwa Raden Wijaya telah menyerah, dan akan tunduk pada Jayakatwang. 

Baca juga beritaku: Cerita Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi dan 8 Misteri Tentangnya

Berkat pertolongan tersebut, Raden Wijaya akhirnya mendapatkan izin kembali oleh Jayakatwang. Selain itu, penguasa baru tersebut juga  memberikannya sebidang lahan hutan, di daerah Tarik atau Mojokerto saat ini.

Akhirnya Raden Wijaya berhasil merubah lahan hutan tersebut, dan mendirikan sebuah desa bernama Majapahit. Nama tersebut berasal dari nama Buah Maja yang pahit, yang memang banyak tumbuh di hutan tersebut.

Ketika Pasukan Kubilai Khan tiba, Raden Wijaya pun bersekutu untuk menghancurkan Jayakatwang. Namun saat Jayakatwang terbunuh, Raden Wijaya menyerang balik pasukan Mongol tersebut, hingga terusir dari kerajaan. 

Akhirnya Raden Wijaya berhasil mendirikan Kerajaan Majapahit untuk pertama kalinya, pada 10 November 1293, di Kota Trowulan, Mojokerto. Dan pada saat yang sama, Raden Wijaya juga menobatkan dirinya dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.

Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Majapahit

Seni Sastra Kitab Negarakertagama

Kerajaan Majapahit mengenal sistem kasta, sesuai dengan peradabannya sebagai Kerajaan Hindu – Buddha. Jumlah kasta yang terdapat di kerajaan ini ada tujuh, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra, serta  Candala, Melccha, dan Tuccha

Brahmana merupakan kaum pendeta, Ksatria adalah keturunan raja, Waisya adalah pebisnis, dan Sudra adalah budak. Sedangkan tiga kasta lainnya, merupakan golongan yang berasal dari lapisan bawah.

Kehidupan seni sastra di Majapahit juga berkembang dengan cukup pesat. Hal tersebut dapat terlihat dari karya sastra berupa  Kitab Negarakertagama, Sutasoma, Kunjarakarna dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit

Pastur Odorico Saksi Kekayaaan Majapahit

Beberapa prasasti menggambarkan, masyarakat Kerajaan Majapahit memiliki  mata pencaharian sebagai petani, pedagang, serta pengrajin emas dan perak. 

Berdasarkan catatan dari seorang saudagar Tiongkok bernama Wang Ta-Yuang mengatakan, bahwa terdapat komoditas ekspor di zaman tersebut. Komoditi tersebut meliputi garam, lada, kain dan juga Burung Kakak Tua. 

Sementara jenis barang impornya sendiri, lebih banyak dalam bentuk mutiara, emas, perak, sutera, besi dan keramik. Kemajuan dalam kehidupan perekonomian Majapahit, tercermin pada penggunaan mata uang saat itu. Bahannya terbuat dari campuran perak, timah dan tembaga. 

Selain itu, seorang biarawan Katolik Roma bernama Odorico bercerita, bahwa Majapahit kaya akan emas, perak dan permata. Biarawan ini melukiskan cerita tersebut melalui sebuah catatan, setelah berkunjung ke kerajaan tersebut.

Faktor Pendukung Perekonomian Kerajaan Majapahit 

Lokasinya  yang strategis dan menjadikan Majapahit menjadi pusat dari berbagai perdagangan di Jawa. Sedangkan faktor yang memberikan pengaruh banyak terhadap kesejahteraan ekonomi rakyatnya adalah, Sungai Brantas dan Bengawan Solo.

Posisi kedua sungai yang terletak di dataran rendah, membuatnya sesuai sebagai lahan pertanian dan sarana irigasi. Selain itu, Majapahit juga memiliki beberapa pelabuhan sebagai jalur lalu lintas perdagangan, di pantai utara Jawa.

Kerajaan Majapahit termasuk dalam Negara Agraris, karena mayoritas dari masyarakatnya bertumpu pada sektor pertanian. Komoditas utama pertaniannya, kebanyakan berupa beras dan rempah-rempah. 

Baca juga beritaku: Berita Tari Leleng dan Tari Legong Budaya Indonesia

Faktor pendukung lainnya dari perekonomian Majapahit adalah sektor perdagangan. Adapun komoditasnya berupa cengkeh, kayu cendana, pala, gading, garam, lada, dan intan.

Keberadaan Sungai Brantas dan Bengawan Solo 

Kerajaan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan hingga mencapai lembah Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Kedua sungai tersebut menjadi faktor kunci dari kesuksesan perekonomian di Majapahit. 

Wilayahnya yang subur, sangat sesuai sebagai lahan pertanian, yang akhirnya menghasilkan banyak komoditas, untuk memperkaya perekonomian kerajaan.

Pengembangan lahan pertanian berupa sawah dan ladang, berjalan secara bergantian. Tujuannya adalah, untuk dapat menjaga kelestarian dan kesuburannya, agar tetap menjadi lahan produktif untuk jangka yang panjang. 

Sungai juga menjadi jalur perdagangan yang penting bagi Majapahit, karena merupakan transportasi dari pesisir menuju ke pedalaman, dan juga sebaliknya. 

Selain itu, pada wilayah sekitar sungai banyak proyek pembangunan tanggul, sebagai penangkal terjadinya banjir. Pada zaman kepemimpinan Hayam Wuruk, sarana dan prasarana infrastruktur seperti jalan dan jembatan, sudah mulai banyak dibangun.

Terdapatnya semua akses infrastruktur tersebut, semakin mendukung terjadinya peningkatan aktivitas perekonomian di Majapahit. Dan pastinya, memiliki dampak positif terhadap kemakmuran masyarakatnya.

Pelabuhan di Pesisir Pantai Utara 

Peta Kota Pelabuhan Majapahit di Pesisir Utara

Beberapa pelabuhan milik Kerajaan Majapahit, yang berlokasi di pesisir pantai utara Jawa, juga menjadi kunci dari kesuksesan perekonomian di Majapahit. 

Di daerah sekitar wilayah kekuasaan Majapahit, memang terdapat banyak sekali kota pesisir, yang berfungsi sebagai pelabuhan. Beberapa diantaranya seperti Surabaya, Sedayu, Canggu, Tuban, Pasuruan, Kalimas, dan beberapa lagi yang lainnya. 

Semua pelabuhan tersebut berfungsi sebagai jalur ekspor-impor, dan juga transit perdagangan rempah-rempah dari wilayah timur Nusantara. Selain itu, Majapahit juga mendapatkan keuntungan dari hasil pajak, yang terkait dengan komoditas tersebut.

Pajak komoditas yang melewati Jawa tersebut, merupakan sumber pemasukan yang cukup besar bagi Majapahit. Pasalnya, semua aktivitas transportasi tersebut berdampak besar terhadap kemakmuran wilayah kekuasaan kerajaan. 

Pada masa itu pula,  sudah terdapat perdagangan antar pulau dan luar negeri, seperti dengan India, Siam, Cina, Persia, dan beberapa Negeri  Melayu.

Kesimpulan Dari Kegiatan Ekonomi Kerajaan Majapahit 

  • Perdagangan di wilayah Jawa, lebih menitik beratkan  pada sektor pertanian.
  • Sedangkan perdagangan di bagian timur, menitikberatkan rempah-rempah dan perdagangan lainnya.
  • Sepanjang pesisir sungai yang besar, telah berkembang aktivitas perdagangan, yang akhirnya menjadi penghubung wilayah pantai dan pedalaman.
  • Semua kota pelabuhan semakin berkembang menjadi jalur lalu lintas perdagangan antarpulau dan luar negeri.
  • Dari semua kota pelabuhan, Kerajaan Majapahit mendapatkan penghasilan tambahan dari bea cukai. Sedangkan dari kerajaan lainnya, Majapahit  menerima upeti dalam jumlah yang besar.
  • Perekonomian yang berkembang pesat ini, membuat masyarakat Majapahit sempat hidup dalam kemakmuran.

Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit

Relief Cerita Gajahmada Di Majapahit

Tokoh pendiri dari Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya, yang juga menjadi raja pertama bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana. 

Namun masa pemerintahannya tidak berlangsung lama. Setelah wafat, penggantinya adalah Kalagemet, yang bergelar Sri Jayanegara, dan merupakan anak dari Raden Wijaya. Kepemimpinannya berjalan antara tahun 1309 – 1328 Masehi. 

Setelah Sri Jayanegara terbunuh, penggantinya adalah Tribuwanatunggadewi, yang juga adalah saudara perempuannya. 

Raja ketiga ini berkuasa antara tahun 1328 – 1350. Dalam masa kepemimpinannya, muncullah sosok pemberani bernama Gajah Mada. Tokoh ini kemudian menjadi Mahapatih Amangkubumi, karena kesuksesannya, dalam meredam pemberontakan saat itu.

Tribhuwanatunggadewi memiliki seorang keturunan bernama Hayam Wuruk, yang meneruskan kekuasaannya, pada tahun 1350. Di bawah kepemimpinan baru tersebut bersama Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mengalami puncak kejayaan. 

Kehidupan politik Majapahit terarah dengan sangat baik, hingga dapat menjalin hubungan perdagangan dengan berbagai kerajaan di luar negeri, seperti China, Siam, Kamboja, dan kerajaan lainnya.

Beberapa sumber juga mengatakan, bahwa antara tahun 1370 – 1381, Majapahit telah mengirim beberapa utusan persahabatan, ke kerajaan Cina di Tiongkok.

Sistem kekuasaan pada Kerajaan Majapahit bersifat teritorial dan birokratis. Kepercayaan juga mengatakan, bahwa Raja Majapahit merupakan penjelmaan dari Dewa tertinggi. Oleh karena itu, akan memiliki otoritas politik yang paling tinggi sebagai penguasa kerajaan. 

Dalam sistem pemerintahan di Majapahit, raja memiliki anggota dewan birokrasi, yang akan membantunya menjalankan roda kerajaan. 

Susunan Pemerintahan Kerajaan Majapahit 

Bhumi atau Kerajaan, memiliki pimpinan bergelar Raja.

Negara atau Provinsi, memiliki pimpinan bergelar Bhre, Rajya, Natha, dan Adipati.

Watek  atau Kabupaten, memiliki pimpinan bergelar Tumenggung

Kuwu atau Kecamatan, memiliki pimpinan bergelar Demang.

Wanua atau Desa, memiliki pimpinan bergelar Thani.

Kabuyutan atau Dusun, memiliki pimpinan bergelar Kepala Dusun.

Masa Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Laksamana Cheng Ho di Depan Masjid Cheng Ho Semarang

Majapahit telah mengalami masa keemasannya saat pemerintahan Hayam Wuruk. Hal tersebut terlihat dari luas wilayah kekuasaannya, yang setara dengan luas wilayah Indonesia sekarang. 

Pada masa kepemimpinan Hayam Wuruk, karya sastra di Majapahit juga berkembang dengan pesatnya. Salah satu dari hasil karya sastra tersebut adalah Kitab Negarakertagama oleh  Mpu Prapanca, dan Kitab Sutasoma oleh Mpu Tantular.

Majapahit mengalami keruntuhan setelah Hayam Wuruk wafat. Generasi penerusnya tidak dapat mempertahankan masa keemasan tersebut. Kemunduran yang terjadi, terlihat dari banyaknya kerajaan kecil yang memisahkan diri dari Majapahit, akibat perebutan kekuasaan antara Wikkrawardhana dan Wirabhumi.

Baca juga beritaku: Majapahit: Sejarah, Kehidupan Sosial, Budaya, Agama Dan Pemerintahan

Dalam masa kekuasaan Wikkrawardhana, terjadi serangkaian ekspedisi laut yang tiba di Jawa sekitar tahun 1404-1433. Pemimpin ekspedisi tersebut  adalah Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming Tiongkok. 

Sejak ekspedisi tersebut, mulailah lahir komunitas muslim di Jawa, yang berlanjut dengan berdirinya Kerajaan Demak sebagai Kerajaan Islam. Berdirinya kerajaan tersebut akhirnya  semakin membuat posisi majapahit  semakin melemah. 

Raden Patah yang menjadi Raja Demak, berhasil menghancurkan Daha, yang dulunya adalah Ibukota Kerajaan Kediri. Dan  pada tahun 1518 M, akhirnya Kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan.

Penutup

Kerajaan Majapahit pernah menjadi kerajaan besar yang sangat makmur dalam kehidupan perekonomian, sosial dan politik, di Nusantara, dan luar negeri. Masyarakatnya pun mendapatkan imbas yang positif dari hasil kemakmuran tersebut.

Namun sayangnya, hal tersebut tidak berlangsung lama, mengingat banyaknya perubahan dunia yang terjadi saat itu. Salah satunya adalah, masuknya Kerajaan Islam untuk pertama kali di Jawa, yang akhirnya merubah cerita sejarah.

Terlepas dari itu semua, banyak peninggalan Majapahit berbentuk karya sastra yang melegenda, seperti Kitab Negarakertagama dan Sutasoma. Keduanya menjadi peninggalan sejarah yang tidak bernilai.