Kisah Baluqia

Kisah Baluqia Dalam Ruang Islam Yang Menginspirasi

Diposting pada

Kisah Baluqia merupakan sebuah kisah yang menginspirasi. Namun sayangnya cerita ini masih luput dalam ruang Islam. Apa dan bagaimana sebenarnya yang terjadi?

Beritaku.id – Berita Islami. Begitu banyak kisah inspirasi dalam Islam yang terkadang luput dari pandangan. Apa dan bagaimana kisah itu terekam dengan baik dalam sejarah. Hanya menunggu waktu bagi kita untuk menjelajahinya.

Oleh Tika (Penulis Berita Islami)


Siapa Keturunan Baluqiah Dan Di Daerah Mana?

Ilustrasi doa ibu Baluqia (Kalam Sindonews)

Jauh sebelum masa Nabi Muhammad, terkisah seorang pemuda bernama Isya. Ia merupakan keturunan Bani Israil yang kerap membacakan kisah terdahulu. Beliau juga merupakan seorang ulama.

Dari begitu banyaknya kitab yang ia baca, ia pun banyak menuliskan sifat-sifat Nabi Muhammad dalam selebaran kala itu. Ia meletakkannya dalam sebuah peti terkunci.

Kuncinya kemudian ia letakkan di tempat yang sulit ditebak.

Isya memiliki seorang anak bernama Baluqiah. Ia ingin anaknya menjadi ahli hukum di kalangan Bani Israil dalam wasiatnya. Namun setelah Isya meninggal, Baluqiah langsung melihat adanya peti terkunci.

Ia menanyakan pada ibunya tentang keberadaan kunci itu namun ibunya tidak mengetahuinya. Akhirnya Baluqiah menghancurkan kuncinya dan peti pun terbuka.

Ia mulai membaca huruf demi hurup yang ia temukan di sana. Terdapat berbagai sifat Nabi Muhammad termasuk tentang kisahnya sebagai Nabi Penutup.

Ia pun memutuskan untuk mencari Nabi Muhammad setelah sebelumnya melaporkan masalah ini ke kaumnya Bani Israil. Sontak tentu saja hal itu mengejutkan kaumnya.

Baluqiah memutuskan tidak akan kembali sebelum berjumpa dengan Nabi Muhammad.

Pemuda ini sudah tidak memiliki ayah dan hanya memiliki seorang ibu. Di akhir kisah ia akan kembali pada ibunya setelah 50 tahun tidak berjumpa akibat perjalanannya yang ingin menemui Nabi Muhamamd.


Kisah Inspiratif Baluqiah Bertemu Nabi Khidr

Kisah Baluqia (Muhamamd Shobri)

Dalam perjalanan mencari Nabi Muhammad, begitu banyak hal yang membuat Baluqiah takjub. Kisah Baluqia ini tidak dapat diperkirakan apakah terjadi di dunia atau di akhirat. Kondisi kejadiannya hampir di luar nalar manusia.

Awalnya karena terlalu sangat ingin bertemu dengan Nabi Muhammad, Baluqiah menempuh perjalanan bertahun-tahun dan itu tidaklah mudah.

Awalnya ia bertemu dengan sesuatu yang mirip seperti ular yang besar dalam sebuah jazirah. Dengan sopannya ia mengucap salam atasnya.

Sekelompok ular itu menanyakan asal muasal Baluqiyah. Dan ia pun menjawab jika berasal dari Bani Israil. Kelompok ular besar itu berkata bahwa merekalah yang menjaga para ular di bumu.

Jika tidak demikian maka ular-ular itu pasti akan menyerang umat manusia. Baluqiah merasa amat takjub dengan kejadian ini. Namun ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Sampai setelah tujuh lautan ia lalui. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah jazirah berisikan pohon dengan kurma emas. Namun pohon itu memintanya menjauhinya.

Baluqiah pun menurut. Muncullah sekelompok jin membawa pedang yang tajam. Ia menanyakan asal usul dan identitas Baluqiah. Ia pun menjawabnya dengan santun.

Ketika Baluqiah kembali bertanya kepada mereka, mereka menjawab bahwa mereka adalah sekelompok jin yang beriman pada Allah.

Allah menugaskan mereka turun ke muka bumi untuk memerangi jin kafir. Begitulah pertemuan mereka yang membuat takjub kembali.

Saat melanjutkan perjalanan kembali, ia bertemu dengan malaikat yang sangat besar. Di mana kedua tangannya seakan menutup celah barat dan timur. Kembali dengan pertanyaan yang sama Baluqiah menjawab dengan sopan.

Malaikat itu pun berkata jika ia juga bertugas mengatur waktu siang dan malam.

Melanjutkan kembali perjalanannya, ia mendengar seorang malaikat berkata, Tidak Ada Tuhan Selain Allah.

Kemudian kembali mereka saling memperkenalkan diri hingga akhirnya Baluqia mengerti bahwa itu adalah malaikat pengatur angin.

Bertemu Nabi Khidr Dalam Kisah Baluqia

Perjalanan masih berlanjut setelah ke gunung Qaf ia bertemu malaikat, ia pun ke laut dan bertemu dengan ikan yang memeberinya sebuah roti.

Masih terus berjalan, ia menemukan sebuah burung besar yang cantik hinggap di atas pohon. Ia adalah burung yang Allah tugaskan mengantarkan makanan untuk hawa dan Adam.

Namun ternyata tidak hanya Adam dan Hawa yang datang untuk makan namun juga Nabi Khidr. Ia pun memutuskan menunggu Nabi Khidr.

Beliau datang dengan berpakaian putih. Baluqiah dengan senangnya menyapanya. Ia berkata tujuan perjalanannya. Namun Nabi Khidr berkata bahwa ia tidak akan dapat menemui Nabi Muhamamd SAW.

Beliau masih lama turun ke bumi. Hingga akhirnya Nabi Khidr menawarkan padanya untuk mengantarkannya kembali pada ibunya.

Dengan mata tertutup tak lama setelah itu Baluqia telah sampai di sebelah ibunya. Ibunya pun sangat terkejut dan mendapati anaknya diantarkan oleh burung putih yang kemudian pergi dengan sangat cepat.


Kisah Baluqiah Mencari Nabi Muhammad SAW

Perjalanan Mencari Nabi Muhammad (Youtube.com)

Menurut sebuah kisah, Baluqiah memiliki usia hingga seribu tahun. Setelah 50 tahun berkelana mencari keberadaan Nabi Muhammad, ia belum mendapatkan titik terang perihal itu.

Akan tetapi semua kisah yang ia temukan dalam perjalanannya terasa begitu menakjubkan hingga ia ceritakan semuanya pada kerabat Bani Israil.

Kisahnya pun masuk dalam sejarah dan menjadi kisah termasyhur. Dalam kisahnya bersama Nabi Khidr memang tidak lama seperti kisah Musa dengan Nabi Khidr. Akan tetapi setidaknya ia mendapat kedermawanan Nabi Khidr.

Konon Nabi Khidr tidaklah ramah kepada Nabi Musa.

Sungguh kisah ini sangat menginspirasi dan menunjukkan kebesaran tekad dari seorang pemuda untuk mencari sosok Nabi Muhamamd SAW. Namun sebenarnya ia ingin memastikan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW.


Kisah Baluqiah Dalam Al Quran

Kisah Israiliyat (TR Show)

Memang seperti dongeng dan tidak munasabah. Dalam kisah Hasib Barimudin, muncullah kisah mengenai Baluqia. Sumber penceritanya adalah Ratu Ular.

Konon karamlah kapal Nabi Denial yang menyisakan lima lembar kisah-kisah yang ia bawa. Ia pergi dengan membawa begitu banyak kisah-kisah dan ratu ular berpesan untuk memberikan 5 lembaran itu pada anaknya.

Itulah sebabnya Hasib Karimudin mendapatkan peti itu dan membaca isi lembaran di dalamnya.

Kisah ini tidak tercantum dalam Al Qur’an karena Bani Israil lah yang membuat catatan mengenai kisah ini. Perhatikan sabda Rasulullah berikut:

Janganlah kamu menganggap para ahli kitab itu benar dan jangan pula menganggap mereka berdusta. Ucapkanlah Aku beriman kepada Allah atas apa yang diturunkan kepada kami dan kepadamu.

Adapun kisah ini termasuk dalam kisah Israiliyat yang bersumber dari Bani Israil. Kaum ini merupakan anak cucu dari Nabi Ishaq.

Kisah Israiliyat ini konon cenderung mengada-ngada, menakut-nakuti, dan melebih-lebihkan. Sehingga tidak jelas sumber dan keakuratannya.

Bolehkah Menceritakan Kisah Baluqia?

Kisah Baluqia termasuk dalam Israiliyat yang menceritakan sesuatu hal sebelum kemunculan Nabi Muhammad. Banyak kisah-kisah yang terkandung di dalamnya dengan tujuan menyampaikan pesan tertentu.

Kisah ini banyak dicari bangsa Arab untuk memecahkan misteri dalam Al Qur’an yang dianggap kurang lengkap. Ahli kitab yang berasal dari Yahudi dan Nasrani hidup di tengah masyarakat Arab.

Sebab itulah mereka telah menjalin komunikasi sejak masa 70M. Kisah-kisah itu tidak lebih sebagai dongeng masa lalu sejak jaman Nabi Yaqub yang merujuk pada kisah-kisah Yahudi.

Namun memang tidak sedikit ahli kitab yang beragama Islam yang juga mengetahui sedikit banyak mengenai hal ini. Tidak semuanya palsu contohnya terkait sifat-sifat Nabi Muhammad SAW.

Bahkan dalam Al Qur’an juga terdapat ayat mengenai menanyakan sesuatu kepada ahli kitab. Dalam surat Yunus ayat 94 menjelaskan bahwa sebenarnya orang-orang yang bertanya pada ahli kitab adalah orang yang ragu-ragu.

Padahal telah turun kebenaran atas kita. Hadist Rasulullah menyebutkan bahwa sampaikanlah tentangku walau seayat. Dan tidak apa menceritakan apa yang diketahui dari Bani Israil tentang Nabi.

Namun apabila terdapat kedustaan, bersiaplah dengan adanya siksa Allah.

Jadi tidak ada yang salah dalam menceritakan mengenai kisah-kisah yang ada dalam kitab Bani Israil. Hanya saja tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Kisah Israiliyat tidak dapat dijadikan patokan hukum maupun patokan akidah. Sekalipun di dalam kisah dan kitabnya tidak ada yang bertentangan dengan Islam.

Siapa Nabi Khidr?

Kisah Israiliyat (Frype)

Terkait kisah Israiliyat dan tidak, kisah Nabi Khidr bukan salah satunya. Sebab dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi telah jelas kala itu Musa dan Muridnya bertemu dengan hamba di sisi Kami.

Kami berikan rahmat dan ilmu dari Kami.

Kemudian muncullah berbagai pertanyaan terkait Nabi Khidr. Apakah beliau benar seorang nabi atau hanya orang sholih yang mendapat keistimewaan dari Allah?

Kembali dalam surat Al Kahfi, Firman Allah menyebutkan bahwasannya Musa telah Allah perintahkan untuk berguru pada Khidr. Dan Khidr pun memberikan syarat pada Musa.

Ia boleh berguru padanya asal tidak menanyakan apapun padanya selama proses belajar hingga ia sendiri yang menjelaskannya.

Dalam perspektif ini, jika memang Khidr bukan Nabi, apakah pantas Musa yang seorang Nabi berguru dengan selain Nabi?

Syaikh Syuaib al-Arnauth mengutip sebuah penjelasan yang menyebutkan bahwa ikatan pertama yang dirusak adalah status Khidr sebagai nabi.

Orang-orang munafik menyatakan bahwa status wali lebih agung daripada Nabi.

Dalam hadist Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu Nabi bersabda bahwa Nabi Khidr mendapat nama itu karena kerap duduk di atas putih yang tiba-tiba berguncang di belakang beliau sesuatu yang berwarna hijau.

Maksudnya adalah ketika ia duduk di lahan tandus maka kemudian lahan itu berubah menjadi hijau.

Kisah Baluqia yang terkait dengan Nabi Khidr seolah menghubungkan antara Bani Israil dengan sesama kaumnya. Karena nyatanya, menurut hadist Nabi, Nabi Khidr bernama asli Balyan dan merupakan kaum Bani Israil.

Ia meninggalkan kaumnya untuk fokus pada ibadah dan meninggalkan kerajaannya serta ayahnya yang bernama Malkan.

Pertanyaan yang kerap muncul adalah apakah Nabi Khidr masih hidup? Jelas hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya.

Tidak akan ada yang tersisa di atas bumi ini setelah seratus tahun.

Tentu saja jika Nabi Khidr masih hidup ia akan menemui Nabi Muhammad SAW. Faktanya tidak demikian.

Kisah ini semoga dapat memberikan inspirasi. Namun sekali lagi jangan mempertentangkan apa yang sudah ada dalam Al-Qur;an.

Kembali merujuk pada firman Allah bahwa siapa yang mendatangi ahli kitab sungguh sebenarnya ia adalah orang yang ragu-ragu.