Tak hanya retorika dan isi pidato, namun mimik dan gestur memiliki peranan saat berpidato, ceramah, khotbah, apalagi orasi pada khalayak ramai.
Beritaku.id, Organisasi dan Komunikasi – Hentakan intonasi dan formulasi bahasa yang menarik, dengan dukungan mimik dan gestur yang tepat dalam menyampaikan pesan.
Oleh Tika (Penulis Organisasi dan Komunikasi)
Tak harus dengan menggunakan gaya verbal yang intonatif dengan volume suara yang sesuai. Namun mimik memiliki peran penting saat melakukan publik speaking.
Jelas ini untuk komunikasi langsung maupun bentuk komunikasi dengan menunjukkan wajah pada para pendengar.
Memposisikan tubuh atau badan dalam bentuk gestur. Seperti itulah komunikasi non verbal, namun untuk menjelaskan daripada Mimik dan Gestur, berikut akan kita kupas lebih mendalam.
Pengertian Mimik Dan Gestur
Mimik dan Gestur memiliki pengertian serta peran penting dalam mendukung proses penyampaian pesan.
Definisi Mimik
Mimik merupakan hasil dari satu atau lebih gerakan pada otot pada wajah.
Ia merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal.
Mimik merupakan sarana untuk menyampaikan emosi kepada orang lain.
Sebuah cara menyampaikan pesan sosial kepada masyarakat adalah melalui ekspresi.
Umumnya sangat sulit membohongi ekspresi. Mimik yang terjadi adalah apa yang sedang terjadi dalam perasaan seseorang. Demikian sebaliknya. Sangat sulit untuk merekayasa mimik agar tidak sesuai dengan ucapan.
Definisi Gestur
Gestur ialah sebuah gerakan anggota badan atau tubuh, terutama tercipta untuk menekankan pidato.
Jenis gaya ini merupakan suatu bentuk komunikasi nonverbal.
Tindakan tubuh terlihat mengkomunikasikan pesan-pesan tertentu.
Baca juga beritaku: Bacaan Sholat NU dan Muhammadiyah: 2 Perbedaan
Hal itu termasuk di tempat pembicaraan atau bersama-sama dan secara paralel dengan kata-kata yang sedang terucap.
Pada mulanya gestur selalu terkait dengan sebuah pidato.
Gestur berbeda dengan komunikasi nonverbal fisik yang tidak mengkomunikasikan pesan tertentu.
Contohnya seperti menampilkan ekspresi murni, proksemik, atau menampilkan perhatian bersama.
Ia memungkinkan individu untuk berkomunikasi berbagai perasaan dan pikiran.
MulaI dari penghinaan dan permusuhan sampai persetujuan dan kasih sayang.
Semua berlaku bersama-sama dengan bahasa tubuh selain kata-kata yang terucap.
Sejarah Perjalanan Mimik Dan Gestur
Perjalanan dan sejarah Mimik gestur tidak bisa lepas dari kelahiran retorika.
sebagaimana teori rhetorica adalah ilmu yang lahir dari kaum Sophis, Socraes, Plato dan Aristoteles.
Kemudian melahirkan Demosthenes, yang memiliki gaya meliuk-liukkan tubuh.
Hal-hal itu kemudian terserap dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Makna Gestur Saat Pidato, Ceramah, Khotbah Dan Orasi
Adanya gerak tubuh dapat Memperjelas konten atau cakupan bahasan dalam orasi.
Terdapat beberapa gestur yang bermakna. Mereka adalah:
a. Membuka telapak tangan
Adapun kesan dari gaya ini adalah tidak menutup-nutupi apapun dari publik.
Baca juga beritaku: Sejarah Perkembangan TVRI Hingga 5 Penyiar Legendaris
Orator berbicara apa adanya. Inilah yang membangun kepercayaan pendengar.
b. Gestur menghitung
Ketika orator menghitung dengan jari-jarinya, maka sebenarnya ia sedang menjelaskan poin-poin.
Adapun poin tersebut dapat berkaitan dengan poin dalam orasi maupun poin dalam konteks.
Hal ini juga dapat menarik perhatian pendengar untuk mengetahui poin selanjutnya.
c. Meletakkan tangan di dada
Arti dari gestur ini adalah kejujuran. Orator bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ini merupakan sebuah gestur universal.
d. Mengepalkan tangan
Merupakan sebuah tanda adanya emosi pada pidato. Hal ini juga merupakan suatu ajakan.
e. Gestur ala karate
Dengan gestur ini, tersirat penekanan-penekanan dalam sebuah ceramah. Tujuannya untuk menegaskan suatu hal penting.
f. Dua tangan beda arah
Hal ini untuk menerangkan dua poin yang berbeda. Gestur ini juga bertujuan untuk membuka pikiran pendengar agar lebih fokus.
g. Meletakkan satu telapak tangan di atas tangan lainnya
Makna dari gestur ini adalah menyimpulkan pidato serta mengajak publik mengingat poin-poin dari pidato tersebut.
Efektivitas Mimik dan Gestur dalam Komunikasi
Efektivitas sebuah komunikasi akan tercapai apabila memenuhi minimal lima komponen yaitu:
- Terdapatnya kesamaan kepentingan antara komunikator dengan komunikan
- Adanya sikap positif. Artinya, antara pikiran dan ide yang terlontar, bisa mendapat penerimaan serta bisa menimbulkan suatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.
- Terdapat sikap saling mendukung dari kedua belah pihak
- Sikap keterbukaan yang muncul dari kedua belah pihak
- Masing-masing pihak mencoba menempatkan diri melalui unsur empati pada lawan bicaranya.
Apakah komunikasi itu? Komunikasi adalah cara menyampaikan pengertian dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang.
Penyampaiannya tersebut merupakan suatu bentuk proses. Agar komunikasi bisa berjalan dengan lancar maka perlu memahami bersama fakor-faktor yang berperan dalam proses komunikasi.
Baik orasi, pidato, maupun ceramah adalah bentuk komunikasi. Dasar dari ketiga kegiatan itu adalah berbicara.
Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang manusia lakukan dalam kegiatan berbahasa setelah aktivitas menyimak.
Manusia belajar mengucapkan dari bunyi-bunyi yang mereka dengar. Akhirnya mereka mampu untuk berbicara
dalam suatu bahasa yang baik.
Seorang pembicara diharuskan memiliki pelafalan hingga struktur kosakata bahasa yang ada. Di samping itu, perlu juga adanya penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan.
Berkomunikasi adalah sebuah sistem yang mana dapat kita dengar, serta kita lihat, yang mana menggerakkan bagian tubuh manusia.
Kegiatan ini sangat berkaitan dengan perilaku manusia, yang mana mereka memanfaatkan beberapa faktor, dari mulai fisik, psikologis, hingga kepada faktor linguistik.
Hubungan Gestur dan Mimik dengan Komunikasi Publik
Selain dengan beberapa faktor seperti kebahasaan, ada juga faktor lain yang menjadi keberhasilan daripada efektivitas komunikasi. Ialah faktor nonkebahasaan.
Dalam proses komunikasi atau pembicaraan, faktor-faktor yang termasuk faktor nonkebahasaan tersebut adalah:
(1) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
Kesan pada kesempatan pertama kali berkomunikasi dengan orang lain, ialah sebagai poin berhasilnya proses berkomunikasi selanjutnya.
Oleh sebab itu, dalam berbicara seorang pembicara sebaiknya dapat bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku.
Sikap dalam berbicara tersebut juga sangat bergantung pada situasi dan kondisi seseorang saat melakukan pembicaraan atau menyampaikan pesan dalam pidato.
Dengan sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku maka akan menambah kepercayaan pendengar kepada
pembicara.
Baca juga beritaku: Pengertian Mukadimah Pada 4 Contoh Kegiatan
Sikap tersebut akan timbul dalam praktik berbicara. Salah satunya karena penguasaan materi berbicara. Pada saat seseorang kurang siap dengan apa yang menjadi topik pembicaraan. Biasanya akan merespon dengan beberapa sikap yang diluar ekspektasi.
Selain penguasaan terhadap materi pembicaraan, faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah
kesiapan dan latihan yang cukup.
(2) Kontak Mata atau Pandangan Terhadap Lawan Bicara
Agar pembicaraan berhasil, maka seorang pembicara harus selalu menjalin kontak mata dengan orang-orang yang hadir.
Hal ini penting agar para pendengar merasa mendapat perhatian dan berperan dalam komunikasi. Pandangan mata bagi pembicara pemula menjadi penentu.
Jika kontak mata tidak dapat menangkap pembicaraan dalam komunikasi dalam hal ini bersama dengan pendengarnya. Tidak jarang akan mengalami permasalahan dalam komunikasi selanjutnya.
Baca juga beritaku: Tentang Sejarah Organisasi Pemuda Muhammadiyah
Kontak mata dalam berbicara memiliki manfaat untuk menjalin hubungan batin dengan lawan bicara. Dalam berbicara, seorang pembicara sebaiknya menatap orang yang mendengar sehingga terjadi kontak mata.
Bagi pemula, ketika merasa ragu untuk memandang langsung ke arah mata, maka sebaiknya memandang ke atas mata.
Lakukan secara menyeluruh, jangan hanya pada pendengar tertentu saja. Hal tersebut terkesan bersahabat ketika pandangan kalian menyapu semua orang yang ada di sekeliling kalian.
(3) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain
Seorang pembicara harus bisa open minded serta bisa menampung hingga menyaring pendapat dari beberapa orang. Apabila pendapat yang ada memiliki kekurangan atau kesalahan, maka pembicara harus mau menerima pendapat dan koreksi dari pihak lain.
Memang tidak semua pendapat harus mutlak menjadi penerimaan pembicara. Sebaiknya menelaahnya terlebih dahulu.
(4) Gerstur dan Mimik yang Tepat
Gestur dan mimik yang tepat dalam sebuah pembicaraan dapat mendukung dan memperjelas isi pesan dalam pidato, ceramah, maupun orasi.
Akan tetapi hal ini akan menjadi gangguan dalam berbicara apabila dilakukan secara berlebihan. Gestur dan mimik ini harus sesuai dengan pokok pembicaraan.
Mimik juga harus sesuai dengan perasaan hati yang terkandung dalam isi pesan pembicaraan.
Gestur berkaitan dengan penggunaan anggota badan untuk memperjelas pesan yang ada dalam komunikasi. Gestur universal dalam berbicara atau berkomunikasi.
Mimik merupakan pengungkapan atau ekspresi dari wajah kita, yang mana berkaitan dengan perasaan yang ada di hati kita. Ketika dalam berkomunikasi, dapat mengusahakan ekspresi kita membuat orang atau lawan bicara menjadi lebih tertarik.
(5) Kenyaringan Suara
Beberapa faktor seperti keyaringan daripada sebuah suara, perlu adanya penyesuaian terhadap kondisi, hingga jumlah dari pendengar kita.
Hal yang paling penting adala ketika berbicara, pendengar dapat menerima suara pembicara dengan jelas dan nyaman di telinga.
Untuk suara, sebaiknya tidak terlalu keras atau terlalu pelan. Ketika berbicara dengan mikrofon, maka jangan sampai
terlalu dekat dengan mulut.
hal itu menyebabkan suara menjadi tidak nyaman untuk didengar.
(6) Kelancaran
Kelancaran saat berbicara akan memudahkan pendengar dalam menerima atau menangkap isi pembicaraan.
Kuncinya adalah pembicara menguasai materi pembicaraan. Dengan demikian, maka ia akan dapat berbicara dengan lancar tanpa adanya gangguan.
Ketika seseorang tidak lancar dalam berbicara, maka akan muncul suara-suara ee, oo, aa, dan sebagainya.
Suara-suara demikian akan mempersulit pendengar dalam menangkap apa yang menjadi topik komunikasi. Terutama pada frekuensi suara yang memiliki volume yang lebih dari kita.
(7) Relevansi atau Penalaran
Sangat penting bagi pembicara untuk mampu menalar suatu topik. Sebaiknya juga sesuai dengan tema aara.
Sebagai contoh ketika harus memberikan orasi mengenai Hari Ibu, maka sebaiknya tema yang diusung adalah berkaitan dengan ibu, dan bukan mengenai kenakalan remaja.
Hal-hal seperti ini perlu persiapan dengan baik.
(8) Penguasaan Topik
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya agar pembicara benar-benar dapat menguasai topik pembicaraan. Menguasai topik yang menjadi pembicaraan, menjadi poin penting dalam keberhasilan berkomunikasi.
Ketika pembicara tidak menguasai topik dengan baik, maka akan sangat mempengaruhi kelancaran dalam berbicara.
Ketidak lancaran berbicara akan sangat berpengaruh terhadap sikap dan mimik pembicara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kedua hal ini mempertegas penyampaian pesan.
Apa kesimpulan dari artikel ini? Efektivitas sebuah orasi, pidato, maupun ceramah, dalam konteks komunikasi publik adalah dari adanya keberhasilan dalam penyampaian pesan.
Gestur dan mimik adalah sarana pembantu agar komunikasi semakin hidup. Adanya kedua hal itu membantu pendengar menangkap inti dan poin dari komunikasi.
Demikian artikel ini semoga memberikan manfaat. Inti dari komunikasi publik adalah menyampaikan pesan.
Ketika pesan tersampaikan dengan baik, artinya komunikasi pun berhasil.