Pematung Nyoman Nuarta, adalah seniman pemahat patung yang telah mempunyai mahakarya yang luar biasa terkenal di seluruh penjuru Indonesia. Dan sekarang, ia didapuk sebagai desain dari Istana Negara baru di tanah Kalimantan. Jadi, bagaimana jelasnya?
Beritaku.id – Beritaku_ Semboyan Bhineka Tunggal Ika, tergambar dalam patung megah yang akan dipersembahkan kepada Indonesia. Bertengger megah di tanah Kalimantan, namun dibalik itu ada sekelumit rantai yang harus terurai. Akankah dapat telerai, atau malah berseteru dan bercerai-berai?
Oleh: Ayu Maesaroh(Penulis Beritaku)
Ucapkan selamat pagi kepada dunia, dan Indonesia. Kemegahan yang akan terrjadi di negara tercinta, sebentar lagi. Ya, apalagi jika bukan pematung dari Nyoman Nuarta, akan bertengger megah di negeri kita.
Garuda, menjadi satu simbol bagi istana negara, yang ternyata dibalik itu semua, penuh dengan kontroversi.
Rasanya memang tidak pernah habis dari Indonesia, mengenai segala topik yang muncul. Mengingat topik tersebut dirasa sangat bertentangan dengan segala keadaan yang ada, termasuk dalam segi ekonomi Indonesia.
Berawal dari Covid-19, Indonesia, bahkan dunia mengalami keterpurukan ekonomi.
Sektor perekonomian menurun dari kelas atas hingga kepada kelas rakyat sekalipun. Yang kemudian Covid-19 mulai tumbang, kesempatan tersebut seperti celah yang sangat lebar untuk memberikan tamparan kepada rakyat sekeras-kerasnya.
Mulai dari gedung untuk DPR dan beberapa jajarannya serta istana megah yang akan bertengger di tanah Kalimantan. Sungguh, benarkah ini akan terjadi?
Dan apakah kita rakyat harus mulai menabung demi terciptanya keinginan para penguasa wilayah ini?
Mengintip Megahnya Istana Negara Baru Rancangan Jokowi
Rancangan dari predesain istana baru yang berada di Kalimantan Timur, rasanya lambat laun menemukan titik terangnya.
Presiden Indonesia (Jokowidodo), akhirnya dengan begitu susah payah memutuskan untuk memindahkan ibukota Indonesia ke Kalimantan, mulai menuaikan hasil.
Ya, apalagi dengan predesain yang beliau pilih adalah Burung Garuda yang bertengger megah nan gagah. Menjadi simbol istana Kepresidenan yang nantinya akan menjadi hunian selama periode 5 tahun mendatang.
Namun dari sisi lain topik ini menjadi geger masyarakat Indonesia, terutama para arsitek yang ada di Negara ini.
Banyak yang memprotes terutama dengan konsep dari Burung Garuda yang sangat melenceng dengan konsep awal, yang pernah Presiden RI tersebut bicarakan.
Yang mana sebelumnya beliau mengatakan bahwa desain dari Istana baru Indonesia, akan tetap mengusung ramah lingkungan, dan sejenisnya.
Baca juga beritaku: Presiden Yang Terlupakan, Tegaknya Negara Indonesia
Namun dari predesain saja, hal tersebut banyak pihak yang langsung angkat bicara. Beberapa pakar arsitek mengatakan bahwa Presiden harusnya membuat sebuah sayembara akan hal tersebut.
Yang mana nantinya para arsitek akan memberikan pendapat, namun masih dalam konsep yang telah tersepakati sebelumnya.
Predesain ini juga dirasa tidak adanya keterbukaan antara Presiden dan rakyat, seperti ada yang ditutupi dari pihak presiden.
Mereka mengatakan bahwa sudah seharusnya presiden meilbatkan rakyat dalam hal ini, sehingga imbasnya adalah rasa kepemilikan dari rakyat Indonesia yang akan tumbuh seiring berjalannya waktu.
Apa Ikon Penting Dalam Desain Istana Negara Baru
Seperti yang sudah kita singgung sebelumnya, bahwasannya ikon penting dari desain istana Negara terbaru, adalah ikon Burung garuda yang bertengger megah nantinya.
Dengan desain garuda seperti sedang melindungi istana negara yang baru, lalu sayapnya yang mengepak lebar.
Seakan memberikan kesan tegas dan berwibawa, secara tidak langsung kepada istana negara yang baru. Meski demikian, hal itu juga menjadi bulan-bulanan protes dari para pihak arsitek Indonesia, terutama para ketua organisasinya.
Pihaknya mengatakan bahwasannya bangunan burung garuda yang bertengger, belum mencerminkan “ramah lingkungan, rendah karbon”, dan lainnya.
Sangat bertentangan dengan konsep dari Presiden untuk pembangunan istana di tanah Kalimantan Timur tersebut.
Hal ini merujuk kepada berbagai edaran video visual predesain dari Burung Garuda, yang mana setidaknya ada 5 asosiasi profesi pada bidangnya mengkritik tentang simbol tersebut.
Juga adanya masukan untuk sayembara baru terkait dengan desain ini.
Bahkan tidak sedikit dari para seniman yang angkat bicara mengenai dari simbol garuda yang akan terpakai nantinya, terlepas dari alasan dari para arsitek yang Presiden berikan wewenang.
Hal tersebut merujuk para representasi dari simbol garuda. Apakah merepresentasikan masa lalu, atau masa depan yang akan mendatang.
Dari topik tersebut muncul juga dengan berbagai pertanyaan, yang mana bisakah desain tersebut memenuhi kebutuhan atau prediksi-prediksi yang berbau era digital 4.0 ini.
Juga dengan IKN atau singkatan dari Inti Kota Negara, yang mana juga diragukan.
Pasalnya belum ada UU terkait pembangunan IKN, sehingga banyak yang mengkritik jika pembangunan terlaksana pada tahun ini, tepatnya pada bulan Agustus 2021 mendatang. Harus ada proses ulang atau diskusi ulang mengenai hal tersebut, agar nantinya tidak memberikan dampak yang negatid di kemudian hari.
Biaya Dalam Menyelesaikan Desain Istana
Menindaklanjuti dari hal tersebut, ada juga berbagai kontroversi yang menjadi pandangan beberapa pihak, salah satunya adalah dari segi pembiayaan dari pembuatan istana baru di tanah Kalimantan, terutama pada bagian burung garuda yang ditaksir melebihi budget yang menjadi target.
Banyak yang berpendapat bahwasannya patung yang menjadi ikon nanti, yang mana dibuat oleh Pematung dari Nyoman Nuarta, mencapai taksiran sebesar 100 juta dollar, atau lebih dari 1 triliun.
Hal tersebut melihat rekam jejak dari Nyoman Nuarta yang juga pernah mendesain GWK di Bali.
Baca juga beritaku: Memperbaiki Shalat 5 Waktu Untuk Sempurnakan Hidup Dan Akhlak
Yang mana pembiayaan tersebut melebihi dari pembiayaan pembuatan menara Eiffel, yang hanya 100 miliar saja. Maka ada banyak desakan dari berbagai pihak untuk beberapa arsitektur yang terpilih, terutama dalam hal ini adalah Nyoman Nuarta.
Membuat anggaran sendiri bersama dengan para pihak yang bersangkutan, agar nantinya tidak menjadi catatan pembengkakan defisit pemasukan Negara.
Desain Istana Negara Versi Nyoman Nuarta
Namun bukan Pematung Nyoman Nuarta namanya, jika tidak memberikan penjelasan yang gamblang tentang mengapa ia memilih untuk membuat Garuda sebagai ikon dari Istana Negara yang baru di Tanah Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Timur.
Beliau mengatakan bahwa dengan adanya ikon dari garuda, berharap sebagai simbol dari pemersatu bangsa. mengingat dengan rancangannya yang sangat merepresentasikan Indonesia, dari printilan jumlah patung garuda yang nantinya akan menjadi rancangan bersama dengan tim nya.
Lalu beliau juga mengatakan bahwa Ikon dari Kalimantan yang lengket dengan julukan kota dengan tambang dan beberapa hasil bumi lainnya, kini dengan adanya pembangunan Istana baru dan ibukota baru, kesan dari Tanah Kalimantan akan bergeser dari sebelumnya.
Hal tersebut pula yang menjadi keputusan dari para pihak yang berwenang, terkait pemilihan Pematung dari Nyoman Nuarta sebagai orang terpenting dari balik megahnya Burung Garuda yang akan bertengger di istana.
Pihak yang menjadi penanggungjawab sayembara yang terbatas tersebut yakni KemenPUPR, beralasan memilih Nyoman Nuarta sebagai arsitek utama dalam pembangunan ini, adalah dari rekam jejak beliau dalam membuat GWK di Bali, sehingga menjadi ikon tempat wisata di sana.
Pihak dari KemenPUPR juga mengatakan bahwa beliau mempunyai jiwa arsitektur yang sangat bagus, maka tak heran menjadi pemenang dalam sayembara terbatas tersebut.
Makna Desain Pematung Nyoman Nuarta
Dari kontroversi yang ada, Nyoman Nuarta mengatakan alasan kenapa ia menggunakan Burung Garuda yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan banyak pihak. Apalagi dengan 5 asosiasi profesi pada bidangnya, yang langsung angkat bicara soal desain ini.
Terlebih dengan taksiran pembiayaan yangmendapat prediksi akan menelan biaya dengan jumlah yang cukup fantastis. Dari visual predesain saja, sudah terlihat jelas bagaimana detail Burung Garuda akan bertengger megah di Istana.
Namun, terlepas dari hal tersebut, Nyoman mengatakan bahwa Burung Garuda akan menjadi ikon baru, serta menjadi simbol pemersatu bangsa.
Baca juga beritaku: Film Sejarah Janur Kuning: Fakta atau Pencitraan?
Ia juga menambah bahwa desain Istana yang terbaru, sangat berbeda dengan desain dari Istana Indonesia sebelumnya, yang lebih condong ke arah kolonial.
Oleh karena itu, beliau ingin membuat ikon Istana Negara dengan konsep yang lebih sains, modern, dan sebagainya. Apalagi dengan jumlah komponen dari Burung Garuda, yang mana sangat merepresentasikan Indonesia.
Siapa Nyoman Nuarta?
Tapi, siapakah Nyoman Nuarta? Beliau adalah seniman pemahat terkenal, yang merupakan lulusan dari Institusi Teknologi Bandung atau singkatan dari ITB fakultas seni rupa.
Beliau lahir pada tanggal 14 November tahun 1951, di Bali, Tabana. Dan sekarang beliau sudah menginjak usia hampir 70 tahun.
Pematung Nyoman Nuarta, adalah anak dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra, serta ia merupakan 6 bersaudara di keluarganya.
Banyak beberapa mahakarya yang sudah beliau buat, dan menjadi ikon yang terkenal sampai sekarang. Seperti yang menjadi highlight sekarang ini, adalah Garuda Wisnu Kencana di Bali.
Lalu ada Monumen Proklamasi Indonesia, dan beberapa mahakarya lainnya. Serta yang terbaru adalah Istana kepresidenan yang akan bertengger di Tanah Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Timur yang sekarang maasih menuai kontroversi.
Selain itu, pematung Nyoman Nuarta mempunyai beberapa prestasi, seperti pernah menang dalam lomba pembuatan patung proklamator pada tahun 1979. Lalu pada tahun 2009, beliau mendapat penghargaan jasa Adiutama yang terselenggara oleh ITB.
Penutup
Itulah beberapa pembahasan mengenai Pematung I Nyoman Nuarta, yang mana ternyata beliau menjadi poin andil dalam pembangunan Ibukota baru yang ada di Tanah Kalimantan.
Terlepas dari hal tersebut, sudah seharusnya kita sebagai warna negara entah dari berbagai profesi, latar belakang, dan lainnya, mempunyai kewajiban dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Dalam hal apapun, baik di hal yang kecil, maupun hal dengan cakupan resiko yang lumayan besar. Sudah saatnya kita para generasi Indonesia, melestarikan apa yang harusnya kita lestarikan guna menjadi bekal pembelajaran para generasi berikutnya.
Jangan sampai kelestarian dari Indonesia, hilang, hanyut, dan gelar sebagai “negara agraria” hanya sebatas dongeng belaka bagi generasi masa depan kita.
Dan kita tunggu saja bagaimana kelanjutan dari pembangunan Istana Kepresidenan, yang sampai detik ini masih menuai kontroversi dari berbagai pihak. Akankah ada sayembara desain baru, atau terus mempertahankan pendapat untuk segera terealisasi dari predesain tersebut?
Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.
Daftar Pustaka: