Istana Kerajaan Indonesia dengan sejarah kisah raja-rajanya memiliki banyak Istana Kerajaan. Mereka ternyata masih ada hingga saat ini. Keberadaannya menambah keunikan dan keragaman Indonesia.
Beritaku.id, Budaya – Kisah-kisah kerajaan tak ubahnya bagai dongeng pengantar tidur. Percaya atau tidak, sebenarnya itu semua tidak mencakup sejarah dan cerita romantis. Seperti apa sebenarnya riwayat dan sejarah kerajaan di Indonesia?
Oleh Tika (Penulis Budaya)
Daftar Istana Indonesia Kerjaaan Di Pulau Sumatera
Sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia, Pulau Sumatera memiliki nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa. Nama Bumi Malayu melekat pada Pulau ini dalam kitab Negarakertagama.
Asal nama Sumatera berasal dari sebuah kerajaan Islam di pesisir Aceh. Ibnu Batutah, seorang petualang asal Maroko datang ke pulau ini pada tahun 1345. Ia mengucapkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi Sumatera. Kemudian nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis.
Sumatera memiliki begitu banyak kerajaan. Mereka antara lain:
Kesultanan atau Kerajaan Aceh (1496–1903) M
Di sebelah utara Pulau Sumatera, tersebutlah sebuah Provinsi bernama Aceh. Ibukotanya adalah Kota Bandar Aceh. Inilah sebuah kesultanan awal dan merupakan kerajaan Islam Indonesia. Sultan Ali Mughayat Syah merupakan sultan pertama. Beliau mulai bertugas pada tanggal 8 September 1507.
Aceh berkembang sangat pesat termasuk hubungan diplomatiknya dengan bangsa lain. Bahkan dari segi pendidikan pun, propinsi ini tidak kalah saing dengan bangsa Eropa.
Kerajaan Aru (1300-1400) M
Kerajaan Aru atau Haru merupakan sebuah kerajaan Istana di wilayah pantai timur Sumatera Utara Indonesia. Nama kerajaan ini ada dalam Pararaton (1336). Tomé Pires juga mendeskripsikan kehebatan armada kapal laut kerajaan Aru yang dapat melakukan pengontrolan lalu lintas kapal-kapal yang melalui Selat Melaka.
Pada zaman pemerintahan Kubilai Khan, Istana kerajaan Indonesia ini memulai eksistensinya. Dalam Negara Kertagama karangan Empu Prapanca bahwa Aru kemudian menjadi daerah bawahan Majapahit. Termasuk juga Rokan, Kampar, Siak, Tamiang, Perlak, Pasai, Kandis dan Madahaling.
Raja Aceh kemudian mengambil alih kerajaan atau istana ini sementara Ratu dari kerajaan Aru meminta perlindungan kaum Portugis.
Kesultanan Barus (Abad 1524-1668) M
Wilayah Barus merupakan tempat keluar masuk perdagangan. Raja-raja Barus Hulu dan Barus Hilir ingin mengambil alih kesultanan Barus. Sayangnya kerajaan ini diambil alih oleh Kerajaan Aceh.
Kesultanan Deli (1632–1946)
Tuanku Panglima Gocah Pahlawan membuat kesultanan atau istana kerajaan Indonesia ini di tahun 1632. Nama dari wilayah ini saat ini adalah Medan.
Istana Kerajaan Indonesia di Sumatera yang Terkenal
Sumatera memiliki beberapa kerajaan atau Istana yang terkenal dalam sejarah Indonesia.
Kerajaan Samudra Pasai (1267-1521)
Terletak di pesisir pantai utara Sumatera, Istana kerajaan ini adalah kerajaan Islam di Indonesia. Pendirinya adalah Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh.
Keberadaan kerajaan ini ada dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah.
Ia adalah seorang musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kerajaan ini runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.
Kerajaan Sriwijaya (600-1000) M
Sriwijaya adalah salah satu kerajaan di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara. Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671. Hal ini sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682. Pemimpinnya adalah Dapunta Hyang.
Kesultanan Jambi
Kesultanan Jambi adalah kerajaan Islam yang terletak di provinsi Jambi. Ibukotanya terletak di kota Jambi. Tepatnya adalah di pinggir sungai Batang Hari. Berdirinya kesultanan Jambi pada 1616 bertepatan dengan majunya Islam.
Jambi merupakan pelabuhan terkaya kedua di Sumatera setelah Aceh. Namun kejayaannya tidak berumur panjang karena tahun 1680-an daerah ini kehilangan kedudukan sebagai pelabuhan lada utama.
Tahun 1903 Pangeran Ratu Martaningrat menyerah kepada Belanda. Jambi bersatu dengan keresidenan Palembang. Tahun 1906 kesultanan wilayah ini resmi bubar seusai arahan Pemerintah Hindia Belanda.
Bentuk Istana Kerajaan di Indonesia (Pulau Jawa)
Pulau Jawa memiliki pembagian wilayah yang padat. Demikian halnya dengan kerajaan yang ada dalam sejarahnya. Beberapa di atantaranya adalah:
Keraton Kesepuhan
Keraton Kasepuhan berada di kota Cirebon, Jawa Barat. Tempat ini dulu merupakan tempat kerajaan Islam sekaligus pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon. Saat ini, Keraton Kasepuhan merupakan sebuah museum yang cukup lengkap.
Baca juga beritaku: 10 Daftar Kerajaan Terlama Berjaya Di Indonesia
Bagian dalam terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih, ruang tamu, singgasana raja, dan ruang tidur. Salah satu peninggalan dari kerajaan ini adalah kereta singa barong. Kereta ini adalah kereta kencana Sunan Gunung Jati. Kereta tersebut harus dibersihkan setiap tanggal 1 Syawal.
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak sebagai salah satu istana kerajaan di Indonesia yang didirikan oleh Raden Patah pada 1475. Demak pada awalnya merupakan wilayah kadipaten di bawah kerajaan Majapahit.
Namun, Raden Patah mampu menjadikannya sebagai kerajaan berdaulat dan lepas dari Majapahit. Saat ini ada dalam bentuk masjid.
Istana Kerajaan di Indonesia dalam Bentuk Keraton
Keraton Sumedang Larang
Kerajaan Sumedang Larang adalah salah satu kerajaan Islam yang sejak abad ke-16 Masehi di Jawa Barat. Popularitas kerajaan ini memang tidak sebesar popularitas kerajaan Demak, Banten Mataram, dan Cirebon. Namun, keberadaan istana ini merupakan bukti sejarah pengaruhnya penyebaran Islam di Jawa Barat.
Keraton Ngayogyakarta
Keraton Yogyakarta merupakan Kerajaan Istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di Indonesia. Berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia dan secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia.
Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya. Di sana masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini.
Keraton juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan.
Berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan, semua berada di sini. Keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik dari sisi bangunannya.
Ia memiliki balairung-balairung mewah serta paviliun dan lapangan yang luas.
Tahta Istana Raja Di Pulau Jawa Sebagai Kisah Istana Kerajaan di Indonesia
Beberapa wilayah di Pulau Jawa masih memegang teguh prinsip kerajaan. Contohnya adalah Surakarta dan Yogyakarta. Berikut penjelasannya.
Tahta di Yogyakarta (Keraton dan Pakualaman)
Sebagai salah satu istana kerajaan di Indonesia, Keraton Yogyakarta menjadi saksi perjalanan kisah Sri Sultan Hamengku Buwono I hingga sekarang.
Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasinya konon merupakan bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini dulu merupakan tempat untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta). Mereka hendak memakamkannya di Imogiri.
Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I tinggal di Pesanggrahan Ambar Ketawang. Saat ini wilayah tersebut termasuk Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Sementara itu Pura paku Alaman merupakan tempat tinggal pangeran Paku Alaman. Sri Paduka Paku Alam selain sebagai Yang Dipertuan Pemangku Tahta Adat atau Kepala Puro Paku Alaman, ia juga memiliki kedudukan yang khusus dalam bidang pemerintahan.
Sri Paduka Paku Alam secara otomatis menjadi Wakil Gubernur atau Wakil Kepala Daerah Istimewa yang tidak terikat dengan ketentuan masa jabatan, syarat, dan cara pengangkatan, sama halnya dengan gubernur Yogyakarta.
Tahta di Surakarta (Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran)
Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) mendirikan Keraton Surakarta pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana atau Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan.
Di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Sala terbangunlah istana kerajaan Indonesia ini.
Setelah resmi dan selesai, nama desa itu berubahmenjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini adalah saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun 1749.
Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini menjadi istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya.
Sama halnya dengan Sultan Yogyakarta, Sultan solo juga masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini. Berbeda halnya dengan Pura Mangkunegaran, Pura itu ada setelah Perjanjian Salatiga yang mengawali pendirian Praja Mangkunegaran.
Baca juga beritaku: Kerajaan Majapahit Dan Faktor Pendukungnya
Perjanjian Giyanti yang isinya membagi pemerintahan Jawa menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta oleh VOC (Kompeni) pada tahun 1755 membuat Kerajaan Surakarta terpisah.
Pangeran Raden Mas Said terus memberontak pada VOC (Kompeni) dan atas dukungan sunan mendirikan kerajaan sendiri tahun 1757. Raden Mas Said memakai gelar Mangkunegoro I dan membangun wilayah kekuasaannya di pusat kota yang sekarang bernama Solo.
Singgasana Raja di Bali
Bali memiliki singgasana Raja yang tak kalah eksis dari Jawa. Salah satunya berada di Taman Ujung, Kabupaten Karangasem. I Gusti Bagus Jelantik membangun istana ini tahun 1901 dengan nama Kolam Dirah. Artinya adalah tempat untuk membuang orang-orang yang menguasai ilmu hitam.
Pada tahun 1909 raja Karangasem memerintahkan arsitek Belanda dan Tiongkok untuk mengubah kolam ini menjadi tempat peristirahatan. Pembangunannya selesai pada tahun 1921. Saat ini menjadi tempat wisata dan tidak ditinggali sepert iistana kerajaan di Indonesia lainnya.
Kerajaan Bedahulu adalah sebuah kisah lain dari Bali. Gajah Mada memberontak dan mengacaukan segalanya. Awalnya kerajaan ini ada di Pjeng, kemudian berpindah ke Gel Gel, dan terakhir di Klungkung. Inilah awal mula kerajaan Bali yang terpecah-pecah menjadi sembilan kerjaaan kecil.
Kerajaan di Papua dan Istana Kerajaan di Indonesia (Papua)
Papua yang dahulu memiliki nama Papua Nugini memiliki banyak kerajaan. Antara lain adalah:
- Waigeo
- Misool
- Salawati
- Sailolof
- Fatagar
- Rumbati
- Atiati
- Sekar
- Patipi
Tidak banyak cerita mengenai kerajaan di Papua. Kendati demikian, memang benar adanya jika pada jaman dulu di wilayah ini memiliki jejak kerajaan-kerajaan.
Contohnya kerajaan Islam yang bernama Petuanan. Mayoritas berada di abwah kendali Maluku. Mereka memiliki hak untuk menjalankan otonomi masing-masing.
Kerajaan-kerajaan tersebut memiliki suku masing-masing. Suku Dewan Adat akan mengatur pergerakan anggota suku. Dengan demikian semua sistem berjalan tertib.
Demikian artikel mengenai Istana Kerajaan di Indonesia. Semoga mengingatkan kita kembali akan sejarah. Tidak lupa sebaiknya kita berkunjung untuk mendalami sejarah bangsa ini.