Tidak kenal era, kopi selalu mengambil tempat untuk menjadi identitas seseorang, apakah Coffee adalah identik dengan pria dan kejantana?
Beritaku.id, Lifestyle – Tidak ada ruang yang kosong, dan tidak ada jalan yang sepi tanpa ada kopi yang mengambil bagian. Baik dalam bentuk cafe dengan fasilitasnya yang lengkap, hingga warung kopi dengan kelas yang bertingkat. Dari warung kopi yang besar hingga pedagang kaki lima.
Oleh: Firyal shabirah, Penulis Lifestyle
Filosofi Kopi Dan Pria Dengan Identitas Diri
Tak ada rumah yang tidak memiliki persediaan kopi. Kopi menempati posisi yang sama dengan beras. Sebagai kebutuhan penting pada setiap orang.
Secangkir Kopi telah mengambil Peran dalam kehidupan kita sangatlah kuat. Setiap hari pasti kita bisa menemukan kopi di mana-mana.
Mulai dari stok di rumah, barisan kopi di minimarket dan pasar, menjamurnya kedai kopi di pinggir jalan yang selalu penuh. Bahkan kini, pada aplikasi ojek online yang menampilkan rekomensasi minuman kopi.
Tak hanya sampai hal itu, bahkan ada film khusus yang membahas tentang kopi, Filosofi Kopi.
Baca juga: Nilai Moral Kopi, Dengan Filosofi Dalam 1 Cangkir, Sejarah Dan Budaya
Mungkin kamu sudah menonton film Filosofi Kopi dengan bintang utama Chico Jerico dan Rio Dewanto.
Sebagaimana Chico Jerico bersama Rio Dewanto pada Sebuah film yang menceritakan perjalanan Ben dan Jody. Membangun dan mempertahankan kedai kopi yang mereka miliki.
Film ini mampu merebut hati penonton, hingga sekitar 800.000 jiwa dengan jumlah tiket yang laku terjual.
Dalam film ini juga menujukkan perjalanan mereka pergi untuk mencari kopi terbaik pada seluruh nusantara Indonesia.
Identitas Indonesia Dengan Kopinya Yang Khas
Indonesia memang terkenal dengan identitas cita rasa biji kopinya yang beragam dan memiliki rasa yang luar biasa.
Beberapa daerah yang terkenal menjadi penghasil kopi terbaik dan rekomended di Indonesia, yakni:
- Aceh,
- Kintamani,
- Toraja,
- Mandailing,
- Papua,
- Flores,
- Bali,
- Bulukumba,
- Sumatera. Sumber: DailynewsIndoenesia.
Maka dari itu, meminum kopi sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas untuk banyak orang di Indonesia. Identitas rakyat Indonesia Pria dan Wanita adalah mengkonsumsi kopi, sebagai hal wajar. Sebab pada negaranya memiliki produsen kopi.
Karena seringnya kopi di konsumsi itu lah ungkapan filosofi kopi termaknai bahwa kopi melambangkan sesuatu.
Apa saja sebenarnya yang tergambarkan oleh kopi, sebuah minuman berwarna gelap yang memiliki rasa pahit dan asam ini.
Kopi sering kali tergambarkan sebagi sesuatu yang kuat, dan membuat orang yang meminumnya menjadi kuat juga.
Selain itu, karena kopi memiliki rasa pahit dan warna gelap, kopi sering kali teridentifikasi sebagai minuman untuk pria.
Konstruksi masyarakat kita memang menganggap pria lebih kuat, sehingga minuman seperti kopi lebih cocok untuk diminum oleh pria.
Sedangkan bagi wanita biasanya identik dengan minuman seperti teh, atau minuman lain yang rasanya cenderung lebih manis, atau bahkan minuman yang memiliki warna cerah.
Kategori Gender Dalam Segelas Kopi
Unik bukan, sebuah minuman saja seolah-olah terkategorikan berdasarkan gender orang yang meminumnya.
Mungkin juga, kopi identik dengan pria karena kita lebih sering melihat pria meminum kopi.
Padahal orang meminum kopi selain karena rasanya, juga karena kopi memiliki kandungan kafein yang cukup tinggi.
Kandungan kafein pada kopi dapat bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas tubuh dan otak, kopi juga sering kali kita gunakan untuk menahan kantuk.
Hal ini akan berhasil jika terbantu dengan kondisi tubuh yang prima dan sugesti kepada diri sendiri.
Namun jika tubuh dalam keadaan sangat lelah, kopi tetap tidak bisa membantu untuk menahan kantuk.
Karena hal-hal di atas lah kopi sangat erat kaitannya dengan pria, karena para pria seringkali memiliki peran sebagai pekerja yang membutuhkan produktivitas maksimal.
Mengukur Aktifitas Pria Dengan Kopi
Biasanya di pagi hari para pria sudah meminum kopi, ada yang membuatnya sendiri. Oleh pasangannya, atau mampir sebentar ke warung kopi sebelum pergi ke kantor untuk bekerja.
Meminum kopi di pagi sebagai “ritual” dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan daya ingat. Hal ini baru bisa terjadi jika kopi kita konsumsi secara rutin setiap pagi. Entah ini sebuah mitos atau hal yang lmiah.
Apakah kemampuan kognitif berhubungan dengan kandungan kopi?
Pada sebuah penelitian, Riset Kesehatan di Prancis menyebutkan bahwa mengkonsumsi kopi, sebanyak 3 cangkir atau setara dengan 300 mg perhari, akan membantu mencegah penurunan kognitif.
Sebagaimana secara normal, umur manusia mengalami penurunan kognitif sejak umur 45 tahun, penurunan ini secara bertahap. Dan kopi dengan kandungan cafein dapat menghambat penurunan kognitif tersebut. Sumber: Halosehat.com.
Secangkir Kopi Dan Rokok?
Banyak orang yang merasa kenikmatan menyeruput kopi sambil menghisap sebatang rokok, dua hal ini menjadi komplementer yang pas dan nikmat. Sayangnya, sebuah studi menunjukkan hal ini sangat berbahaya. Pasangan yang setia, sementara rokok adalah identitas pria yang melekat selain kopi.
“Kalau kopi dan rokok kita konsumsi secara bersamaan, bisa berbahaya bagi jantung. Ini karena kandungan nikotin dalam rokok bisa meningkatkan kerja jantung jadi lebih cepat, sedangkan kafein pada kopi pun sama. Lalu, keduanya juga bisa menimbulkan hipertensi,” pernyataan seorang dokter dr. Arina Heidyana kepada klikdokter.com.
Pada malam hari, di saat semua kegiatan sudah selesai para pria kembali meminum kopi.
Sebenarnya minum kopi di malam hari tidak terlalu disarankan. Karena kafein yang terkandung dalam kopi akan bekerja selama enam jam, dan dalam jangka waktu ini pasti tubuh butuh beristirahat, sedangkan kafein akan membantumu terjaga.
Berbeda cerita, jika kamu memang ingin menahan kantuk dan ada pekerjaan yang harus dterselesaikan. Kopi akan membantumu produktif walaupun di malam hari.
Tetapi sebaiknya hal ini tidak setiap hari, karena bisa mempengaruhi pola tidur. Karena, biar bagaimanapun, tidur yang cukup adalah kunci utama agar bisa produktif di keesokan hari.
Sebenarnya semua ini merupakan pola kebiasaan yang sudah bertahun-tahun, bahkan dari generasi ke generasi.
Faktanya, minuman seperti teh dan cokelat juga mengandung kafein dan bisa menjadi pilihan pengganti untuk kamu yang tidak suka dengan kopi atau bosan saja.
Sudah tahu kan bahwa kopi memiliki banyak manfaat terutama untuk membantu produktivitas.
Tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal waktu meminum kopi harus kita perhatikan. Komplementer untuk kopi juga harus kita imbangi sesuatu yang sehat. Jangan lupa untuk didukung dengan makan makanan yang sehat.
Pria Suka Ngopi Itu Jantan, Apa Benar?
Seringnya para lelaki meminum kopi, sampai menimbulkan stereotype bahwa pria yang suka meminum kopi adalah pria yang jantan.
Tapi, apa sih sebenarnya yang di maksud jantan?
Apakah jantan adalah identitas lelaki yang kuat pada “ranjang” atau jantang dalam pengertian kuat, kekar.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), jantan berarti yang berjenis kelamin laki-laki (hanya untuk binatang dan tumbuh-tumbuhan) seperti ayam — , sapi — , kuda — , bunga — , pepaya –; di beberapa daerah di pakai juga untuk manusia; 2 ki gagah dan berani: siapa yang — turunlah!; 3 ki (tentang benda) berjenis laki-laki (yaitu: besar, lancip, panjang, dan sebagainya.
Dari pengertian KBBI di atas, mungkin makna yang paling dekat dengan jantan yang kita bahas di sini adalah arti yang ke dua yaitu gagah dan berani.
Jadi, pria yang suka meminum kopi adalah gagah dan berani. Hmm, bagaimana mungkin kegagahan dan keberanian seorang pria teridentifikasi dengan apa yang dia minum. Rasanya hal ini tidak masuk akal dan memang stereotype belaka saja.
Tentunya, kejantanan pria tidak oleh kopi atau minuman lainnya. Seorang pria bisa menyukai minuman teh, jus, ataupun sirup, dan tetap menjadi seorang pria yang gagah dan berani.
Kejantanan seorang pria justru bisa kita nilai dari tingkah dan perilakunya sehari-hari.
Baca juga: Resiko Bumil Minum Kopi Terlalu Sering, Apakah Berefek Pada Janin?
Prilaku, Kejantanan Dan Machonya Seorang Lelaki
Perilaku yang membuat pria bisa kita sebut jantan atau gagah dan berani adalah ketika dia sering membantu orang yang ada di sekitarnya.
Pria jantan juga memperlakukan orang-orang di sektiarnya dengan baik, bertutur kata yang ramah, tidak merendahkan orang lain. Mendukung teman yang terlibat kesulitan, dan tidak takut untuk mengatakan kebenaran.
Stereotype tentang kejantanan pria yang di tentukan oleh minuman sebenarnya bisa memicu timbulnya toxic masculinity.
Hal ini bisa membuat beberapa orang merasa harus meminum kopi agar ternilai jantan, mendapat tempat bersama teman-temannya, atau di kagumi para wanita.
Selain itu, toxic masculinity ini juga bisa membuat orang-orang yang suka meminum kopi merasa superior dan lebiih “jantan” atau lebih baik daripada pria yang tidak meminum kopi.
Pada dasarnya, kita tidak bisa memaksa orang untuk menyukai hal yang sama.
Apalagi menjadikan sebuah minuman sebagai suatu tolak ukur atas sikap seseorang. Standar yang di berikan atas kejantanan sangatlah abstrak.
Stereotype ini harus kita hentikan, biarkan orang bebas memilih untuk meminum apapun.
Standar-standar seperti ini yang kita bentuk sendiri dalam pergaulan justru akan mempengaruhi kita sendiri.
Ada banyak juga wanita yang meminum kopi, jangan-jangan karena itu, akan ada pria yang merasa kalah jantan. Karena ada wanita yang lebih kuat meminum kopi daripada dirinya.
Sungguh sulit bukan, jika harus mengukur kejantanan berdasarkan secangkir kopi.
Identitas Pria Selain Kopi
Selain identik dengan kopi, pria juga lekat dengan pandangan harus kuat, harus bisa menanggung beban apapun yang menimpanya. Kopi bukan identitas tunggal pada pria.
Pria kita nilai harus bisa tegar apapun yang terjadi. Biasanya hal ini membuat para pria terus-terusan bekerja dan berusaha sendirian karena takut kita anggap lemah.
Pada kenyataannya, kamu, para pria, bukanlah sebuah mesin yang harus berusaha dan bekerja terus menerus.
Kamu bisa berhenti sebentar, beristirahat, sebelum kembali melanjutkan perjuangan. Kamu juga tidak harus menanggung semuanya sendirian, kamu bisa bercerita untuk meringankan sedikit beban.
Carilah orang yang kamu percayai untuk mendengarkan keluh kesahmu. Selain itu, kamu juga boleh loh meminta tolong.
Tidak ada yang salah dengan meminta bantuan orang lain, kamu tidak akan menjadi lemah hanya karena meminta pertolongan.
Kita juga seringkali mendengar bahwa pria tidak boleh menangis atau bersedih.
Dari kecil saja hal itu sudah tertanam “masa anak laki-laki menangis”, akibatnya hingga tumbuh besar pemikiran itu terus tertanam.
Akibatnya banyak pria yang lebih memilih untuk memendam perasaannya dan kesedihannya. Hal ini akan berakibat tidak baik bagi kesehatan mental.
Meluapkan emosi dalam bentuk tangisan, kemarahan, senyuman, itu semua merupakan ungkapan emosi. Yang dimiliki oleh semua manusia.
Ekspresi itu sangat manusiawi dan wajar oleh semua orang. Maka, melarang pria untuk menangis adalah hal yang harusnya tidak perlu kita lakukan.
Jika ada seorang pria yang menangis dan kamu melihatnya sebagai sosok yang lemah, maka pemikiranmu mungkin harus berubah.
Pria Luka Dan Air Mata
Pria adalah luka dan airmata, entah dia tampakkan atau ia sembunyikan.
Dan jika kamu selama ini tidak pernah menangis karena merasa hal itu tidak lazim di lakukan oleh seorang lelaki.
Maka pikiranmu juga harus diubah.
Tidak apa-apa menangis, bersedih, tetapi jangan terlalu lama terpuruk dalam kesedihan. Baca juga beritaku: Kata Hati Untuk Yang Sedang Rapuh
Dengan menangis, mungkin perasaan buruk yang berada dalam diri akan keluar dan membuatmu lebih mudah untuk melanjutkan hidup.
Selain kopi, dan kedua hal di atas, biasanya pria juga identic dengan warna gelap.
Kebanyakan pria suka memakai warna gelap seperti hitam, cokelat, biru tua, dan abu-abu.
Warna-warna ini dianggap lebih maskulin dan akan membuat pria terlihat lebih macho.
Sebaliknya, menggunakan warna-warna terang seperti pink, kuning cerah, ungu, atau warna pastel yang lembut terlalu feminine dan tidak cocok untuk para lelaki.
Tahukah kamu, dikutip dari infografis oleh Tirto,id dengan judul “Pink adalah Warna Maskulin”.
Sesungguhnya warna pink pertama kali diciptakan sebagai warna yang maskulin loh. Pada tahun 1927, warna pink mendominasi toko pakaian pria di Amerika Serikat.
Sedangkan pada tahun 1435, Leon Battista Alberti dalam teori warna mengklasifikasifikasikan. Warna pink sebagai warna maskulin karena warna tersebut tegas dan keras.
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa kamu bisa melakukan apa pun, yang kamu anggap terbaik untukmu.
Seringkali, standar yang beredar di masyarakat tidak memiliki alasan yang pasti dan jelas.
Untuk itu, kamu tidak perlu berusaha untuk menuruti seluruh standar kejantanan laki-laki yang beredar.
Identitas kita, ditentukan oleh diri sendiri. Tidak berhubungan dengan secangkir atau segelas kopi.