Peninggalan Kerajaan besar di Indonesia untuk menambah wawasan tentang sejarah di nusantara, Termasuk Majapahit, Sriwijaya dan Kutai.
Beritaku.id, Budaya – Pergeseran kepercayaan masyarakat yang semula menganut animism dan dinamisme yang bergeser kepada Hindu dan Budha salah satunya berdampak dari berkembangnya kerajaan-kerajaan Nusantara.
Oleh: Miftahur Rahmi (Penulis Budaya)
Hal ini sangat berpengaruh besar pada tatanan kepercayaan, budaya, ekonomi, dan kehidupan masyarakat di Indonesia. Setidaknya ada tiga Kerajaan Hindu-Budha tertua dan terbesar yang berpusat di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Yakni Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sriwijaya, dan Kerajaan Kutai.
Letak Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, dan Kutai
Letak Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit atau terkenal juga dengan sebutan Wimatikta, merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara.
Istimewanya, Kerajaan Majapahit pernah menjadi sebuah negara adidaya di sekitar abad ke-13 Masehi. Berdasarkan Jurnal Criksetra, Telaah Geomorfologi Kerajaan Majapahit, Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Budha yang berpusat di Jawa Timur.
Tepatnya di dekat Trowulan, kurang lebih berjarak 10 KM di sebelah barat daya Kota Mojokerto.
Menurut Timbul Haryono di dalam Kerajaan Majapahit: Masa Sri Rajasanagara sampai Girindrawarddhana, berdirinya Kerajaan Majapahit menurut Kitab Pararaton bermula dari sebuah Hutan Terik.
Ketika orang-orang Madura tengah mendirikan desa di tengah hutan tersebut, lalu salah satu dari mereka kelaparan karena kurangnya bekal. Sambil menebang pohon ia memakan buah Maja yang ternyata terasa pahit. Dari situlah tempat tersebut bernama Majapahit.
Daerah Kekuasaan Kerajaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, hingga ke bagian Indonesia Timur. Letak pusat Kerajaan Majapahit ini terbukti melalui penemuan-penemuan, seperti umpak-umpak rumah, pondasi bangunan, candi, gapura, dan reservoir air.
Pusat kerajaan dikelilingi oleh jalur air yang lebar serta dalam menuju ke arah barat kali Brantas. Air ini bersumber dari sungai-sungai yang berada di arah selatan pusat kerajaan.
Baca Juga Beritaku; Kesultanan Banten: Kerajaan Islam Terbesar, Berjaya Pada Tahun 1651 M
Letak Kerajaan Sriwijaya
Sekitar abad ke-7 Masehi, semenjak daerah Pantai Timur Sumatera menjadi jalur perdagangan, bermunculanlah beberapa pusat kerajaan kecil seperti Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya.
Namun yang berhasil berkembang dan mencapai puncak kejayaannya adalah Kerajaan Sriwijaya. Namun hingga saat ini, lokasi tepatnya dari kerajaan ini belum pasti.
Pendapat yang paling banyak mendapat dukungan dari para ahli adalah Kerajaan Sriwijaya berpusat di Palembang, di dekat tepi Sungai Musi. Ketika Kerajaan Sriwajaya mulai mengalami kemunduran, pusat kerajaan kemudian berpindah ke Jambi.
Penyebab keberadaan Sriwijaya yang masih menimbulkan perdebatan hingga saat ini salah satunya karena penyebutan nama Sriwijaya yang beragam.
Para pedagang Arab menyebutnya dengan Zabaj, bangsa Cina menyebutnya Shih li fo shih, San fo ts’l, dan San Fo Qi, dan Bahasa Sanskerta menyebutnya Yavadesh atau Javadeh. Secara parsial, peradaban Sriwijaya tidak dapat terpisahkan baik di dalam Indonesia ataupun di luar Indonesia.
Pasalnya, sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya memiliki pengaruh yang kuat di bidang politik, agama, dan perdagangan (ekonomi).
Letak kerajaan Kutai
Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di Hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Sedangkan pusat pemerintahan Kerajaan Kutai berlokasi di Muara Kaman. Kerajaan Kutai memiliki cakupan wilayah kekuasaan yang cukup luas. Terbukti, saat ini terdapat tiga kabupaten yang dulunya termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai.
Ada Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Kutai Timur. Berdasarkan salah satu yupa yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Kutai, asbab kemunculan Kerajaan Kutai adalah kelahiran seseorang yang bernama Kundungga.
Yupa sendiri memiliki tiga fungsi utama, yakni sebagai tiang pengikat hewan untuk upacara keagamaan, sebagai lambing kebesaran raja, dan sebagai prasasti.
Nama Kutai sendiri ternisbatkan berdasarkan di mana lokasi kerajaan ini mulanya berdiri.
Walaupun Lokasi Kutai tidak masuk ke dalam jalur perdagangan dunia, namun kerajaan sudah lama dan terlebih dahulu menjalin kerjasama dagang dengan negara India.
Bahkan sejak pertama kali berdirinya Kerajaan Kutai.
Raja Paling Fenomenal dari Majapahit, Sriwijaya, dan Kutai
Raja Majapahit
Di era pemerintahan yang ketika itu masih dipimpim oleh Tribhuwana Tunggadewi, Hayam Wuruk telah terpilih menjadi raja muda (rajakumara).
Kemudian pada tahun 1350, Hayam Wuruk menjadi raja di Kerajaan Majapahit yang bergelar Sri Rajasanagara yang memiliki seorang pendamping yakni Patih Gajah Mada.
Pada saat kepemimpinan Hayam Wuruk ini jugalah Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Palapa.
Ia bersumpah ia akan menyatukan wilayah-wilayah nusantara di bawah naungan Kerajaan Majapahit.
Sumpah ini terbukti, di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk berasama Patih Gajah Mada menguasai hampir seluruh wilayah nusantara.
Seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, bahkan sampai ke sebagian Asia Tenggara.
Selain itu, Hayam Wuruk juga melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Ia melakukan kunjungan ke daerah-daerah untuk menyaksikan kehidupan rakyatnya dari dekat.
Hayam Wuruk juga membangun hubungan yang harmonis antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang diibaratkan seperti sungai dan hutan.
Dalam bidang ekonomi, Raja Hayam Wuruk juga berusaha meningkatkan hasil bumi dengan memerintahkan perluasan lahan pertanian melalui pembukaan hutan.
Bidang perpajakan juga menjadi sarana untuk memperbaiki perekonomian kerajaan.
Pada masa kepemimpinan Hayam Wuruklah terbentuknya kerukunan antar umat beragama yang terwujud melalui pemugaran bangunan-bangunan suci.
Pembenahan hukum dan perundang-undangan serta tatanan pemerintah beserta birokrasinya.
Raja Sriwijaya
Negeri bahari Sriwijaya merupakan pusat pembelajaran agama Budha terbesar di Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijaya berada di puncak kegemilangannya di masa kepemimpinan Raja Balaputradewa.
Kemasyhurannya sampai ke negeri India karena membangun asrama di Nalanda untuk para pelajar Sriwijaya.
Pada masa kepemimpinan Balaputradewa hingga Sri Marawijaya, daerah kekuasaan Sriwijaya menacapai jalur utama perdagangan India dan Cina, yakni Selat Malaka.
Raja Balaputradewa juga berhasil memajukan Kerajaan Sriwijaya di bidang ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan.
Ia berhasil memajukan kekuatan armada laut yang bertujuan untuk meningkatkan komoditas perdagangan.
Tidak hanya itu, sektor ekonomi memperoleh suntikan dari pembayaran upeti dan pajak.
Berdasarkan salah satu sumber tertulis, pada tahun853 Masehi, Balaputradewa membangun hubungan dimplomatis antara kerajaan-kerajaan lain di wilayah Sumatera.
Di saat Kerajaan Sriwijaya hampir hancur akibat perang saudara karena perebutan kekuasaan.
Kemudian Balaputradewa pindah ke Swarnadwipa pada abad ke-9 untuk membangun kembali Kerajaan Sriwijaya yang tertuang prasasti Nalanda di India.
Baca Juga Beritaku: Banten Kota Bandar Yang Sibuk Sejak Zaman Kerajaan Tahun 1526
Raja Kutai
Terkenang di dalam sebuah Yupa, Mulawarman merupakan raja yang berhasil membawa Kerajaan Kutai menuju puncak keemasan.
Terkenal sebagai raja yang baik hati kepada kaum Brahmana, ia sering bersedekah minyak kental, tanah, hingga kerbau yang jumlahnya tidak sedikit. Dalam sektor ekonomi, komoditas masyarakat Kerajaan Kutai adalah dari sektor pertanian.
Pada masa kepemimpinan Mulawarman, sektor ekonomi juga merambah ke sektor peternakan.
Kaum Brahmana dan Ksatria umumnya menguasai bahasa Sanskerta. Berdasrkan hal tersebut, Kerjaan Kutai menganut sistem sosial menurut kasta untuk penggolongan masyarakatnya serta menjunjung tinggi kepercayaan leluhurnya yakni Hindu Syiwa.
Raja Mulawarman menjadi raja yang disegani karena kearifannya dalam memimpin Kerajaan Kutai. Ia menciptakan stabilitas politik yang melibatkan masyarakat di luar istana.
Pada masanya jugalah ke luar perintah untuk menulis Yupa sebagai bentuk perjalanan sejarah serta bermunculannya banyak golongan terdidik yang berlayar ke India.
Kejayaan Mulawarman sebagai seorang raja kemudian diabadikan menjadi sebuah nama universitas negeri yang berada di ibu kota Kalimantan Timur, yakni Universitas Mulawarman.
Peninggalan Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, dan Kutai
Peninggalan Kerajaan Majapahit
Sebagai sebuah kerajaan yang memiliki catatan perjalanan sejarah, setiap kerajaan tentu meninggalkan bukti keberadaannya. Peninggalan Kerajaan Majapahit meliputi:
- Situs Trowulan yang meliputi Kecamatan Trowulan, Kecamatan Sooko, dan Kecamatan Jombang di Kabupaten Mojokerto. Situs ini terdiri dari tempat tinggal, tiang-tiang untuk upacara, waduk, sawah, dan lain-lain.
- Gapura Bajang Ratu yang berbentuk vertical dengan tiga bagian, yakni kaki, badan, serta atap. Di dinding gapura ini juga terdapat Relief Sri Tanjung yang dipercaya dapat menangkal marabahaya.
- Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca. Kitab ini berkisah tentang sejarah raja-raja Nusantara, keadaan dan kekuasaan Kerajaan Majapahit, juga perjalanan Hayam Wuruk ke pelosok Jawa Timur.
- Candi Tikus yang berlokasi di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Sebagian masyarakat menganggap candi ini sebagai tempat pemandian anggota kerajaan. Dan sebagian lain lagi beranggapan sebagai tempat penampungan air.
- Candi Pari yang terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Siduarjo. Bangunan candi ini dahulanya untuk mengenang hilangnya adik angkat dan sahabat dari putra Prabu Brawijaya.
- Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular yang berkisah tentang perjalanan Sutasoma, anak kerajaan yang ke luar dari istana untuk memperdalam ajaran Buddha.
- 12 Prasasti, yang terdiri dari Prasasti Wurare, Prasasti Kudadu, Prasasti Sukamerta, Prasasti Prapancasapura, Prasasti Parung, Prasasti Canggu, Prasasti Biluluk (I, II, dan III), Prasasti Karang Bogem, Prasasti Katiden I, Prasasti Waringin Pitu, Prasasti Jiwu, dan Prasasti Marahi Manuk.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Adapun peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut:
- Sisa struktur bata, pecahan tembikar serta keramik asing, dan prasasti berbahan emas.
- Kendi Stone Ware di abad ke-9 dan ke-10 Masehi yang berasal dari Palembang Barat. Kundika dari Perairan Cirebon, Kendi masa Dinasti Sui abad ke-6 Masehi, serta Tempayan dan Piring Changsa di abad ke-8 dan ke-9 Masehi.
- Candi Muara Takus, terletak di Muara Sungai Kampar Kanan. Tepatnya di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Candi ini terdiri dari stupa dan fragmen vajra yang berisi mantra agama Budha menggunakan huruf nagari dan Jawa Kuno.
- 15 Prasasti yang mengisahkan perjalanan kerajaan Sriwijaya, yang terdiri dari Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Brahi, Prasasti Palas Pasemah, Prasasti Ligor (A dan B), Prasasti Nalanda, Prasasti Tanjore, Prasasti Kanton, Prasasti Srilanka, Prasasti Grahi, Prasasti Chaiya, dan Prasasti Amoghapasha.
Peninggalan Kerajaan Kutai
Sedangkan peninggalan Kerajaan Kutai meliputi:
- Tujuh PrasastI Yupa merupakan peninggalan Kerajaan Kutai yang paling tua.
- Tiga Prasasti yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta yang berbentuk seperti tiang sejajar.
- Ketopong Sultan Kutai, adalah mahkota raja yang terbuat dengan bahan dasar emas.
- Kalung Ciwa, salah satu peninggalan Kerajaan Kutai yang biasanya dikalungkan oleh para raja ketika upacara pengangkatan raja yang baru.
- Kalung Uncal, merupakan kalung emas yang di bandulnya terdapat Relief Ramayana dan terpakai oleh Raja Kartanegara.
- Kura-kura emas yang pertama kali bertemu di hulu Sungai Mahakam. Menurut sejarah, benda ini merupakan persembahan pangeran dari Kerajaan Cina untuk putri Kerajaan Kutai.
- Pedang Raja Kutai, terbuat dari lapisan emas yang padat dengan ukiran kepala dan badan harimau pada gagangnya dan pada sarungnya terdapat ukiran berbentuk buaya.
Baca Juga Beritaku: 10 Daftar Kerajaan Terlama Berjaya Di Indonesia