Pertempuran Zaturriqa tidak terelakkan untuk terjadi. Sejarah mencatat perjalanan berat atas kejadian ini. Namun ternyata banyak pertempuran ini banyak menghasilkan manfaat.
Beritaku.Id – Berita Islami. Kisah inspiratif hadir melalui utusan-utusan Allah dalam menegakkan Islam. Saat kita telah mendapat segala kenyamanan atas usaha mereka, pantaskah kita lalai dari sejarah?
Oleh Tika (Penulis Berita Islami)
Peperangan Zaturriqa Terjadi pada Tahun?
Pertempuran Zaturriqa menurut dua versi terjadi di tahun 7H atau 4H. Namun Abu Musa Al Al-Asy’ari Radiallahu ‘anhu yang juga ikut serta dalam perang ini menegaskan jika perang tidak terjadi di tahun 4H.
Jadi yang benar adalah perang ini terjadi di bulan Rabiul Awal tahun 7H bersama dengan datangnya Ja’far bin Abu Thalib dari perjalaanannya dari Habasyah.
Setelah menaklukkan Khaibar, Abu Musa datang kembali ke Madinah. Selain bukti tersebut, masih ada bukti lain mengenai tahun terjadinya perang ini.
Pada tahun 7H, orang-orang yang mengikuti peang berhadapan dengan orang-orang Ghafatan. Mereka dulunya ikut mengepung Kota Madinah.
Saat Perang Ahzab mereka ikut membantu bersama orang-orang Yahudi sambil mematangkan kembali rencana menyerang Madinah.
Rasulullah pun bertindak cepat untuk menghadapi musuh di Khaibar.
Sejarah Singkat Perang Zaturriqa
Mulanya terjadi kekalahan di Khaibar dan orang-orang Ghafatan bertekad menyerang madinah. Rasulullah memimpin pasukan kaum muslimin.
Cara beliau adalah dengan menjemput orang-orang Ghafatan di pemukiman mereka dan memberi tau siapa yang sebenarnya sedang mereka hadapi kali ini.
Saat itu Rasulullah hanya membawa sedikit pasukan. Pasukan musuh semakin banyak dari hari ke hari sedangkan pasukan Rasulullah juga hanya membawa sedikit tunggangan.
Puji syukur kehadirat Allah sekalipun Rasulullah memiliki sedikit pasukan dan menempuh perjalanan berhari-hari, tidak ada satu pun yang mengeluh.
Hingga akhirnya mereka tiba di perkampungan Ghafatan. Letaknya adalah di sebelah timur laut kota Madinah. Perjalanan yang cukup berat.
Konon menurut Abu Musa Al Asy’ari, mereka sebanyak enam orang bergantian menaiki satu unta. Kaki-kaki mereka terluka bahkan hingga kuku-kukunya lepas.
Mereka membalitnya dengan kain sehingga nama dari perang ini adalah Zaturriqa. Hal itu karena sikap mereka yang membalut kaki-kaki mereka dengan kain.
Pertempuran sengit ini berlanjut saat Nabi mendatangi pemukiman. Saat itu nampak jelas bagaimana penampilan Nabi dan pasukannya yang banyak luka dan jauh dari kata layak bertempur.
Atas ijin Allah, semua itu tidak membuat tim musuh menjadi semakin gencar untuk menyerang, akan tetapi justru membuat musuh ketakutan. Bahkan sudah sejak sebulan yang lalu mereka sudah ketakutan.
Padahal jika melihat secara lebih jelas, mereka berada di tanah mereka dengan jumlah pasukan yang jauh lebih banyak. Hal ini benar-benar tidak masuk akal jika mereka justru ketakutan dengan muslim.
Perang Tanpa Serang Fisik
Perang Zaturriqa merupakan salah satu perang yang tidak berhadapan fisik. Pertempuran tersebut hanya berupa penyerbuan karena pasukan yang akan di lawan telah meninggalkan medan perang.
Ghatafan sendiri adalah nama dari sebuah suku atau kabilah bangsa Arab. Mereka tinggal di daerah najd atau najed dan merupakan suku yang bersekutu dengan bani quraisy saat terjadi perang khandaq.
Adapun pasukan sekutu itu adalah dari bani Quraisy, bani quraidzah,, bani nadir dan bani ghathafan itu sendiri.
Awal mulanya adalah merupakan perang yang melawan kabilah Ghatafan setelah sebelumnya mereka berencana untuk melakukan penyerbuan ke madinah.
Tepatnya pada bani Tsa’labah dan bani Muharib yang berusaha memprovokasi serangan.
Bani muharib dan bani tsalabah lalu menyatukan kekuatan untuk memerangi umat muslim. Setelah terjadi perang badar, banyak dari pemimpin kaum kafir yang berusaha untuk mengalahkan kaum muslim.
Mereka ingin mengehentikan kuasa dan kekuatan muslim yang terus tumbuh dengan subur itu.
Itulah mengapa kaum yang telah bersatu ini berniat untuk menghancurkan kota madinah. Hal ini karena Madinah adalah kekuatan kaum muslim.
Jumlah Pasukan Muslim Pada Pertempuran Zaturriqa
Menurut kisah, Nabi Muhammad membawa pasukan sebanyak 700 orang dalam pertempuran ini. Namun ada sumber lain yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad hanya membawa 400 pasukan saja.
Dari pasukan itu, beliau hanya membawa sedikit hewan tunggangan. Kondisi saat itu memang tidak memungkinkan bagi nabi untuk membawa begitu banyak pasukan.
Pasukan Islam sedang berada di tempat-tempat yang berbeda yaitu ada yang menjaga Kota Madinah, ada yang berada di Khaibar, ada yang di Fadak, serta ada yang di Taima.
Tidak hanya itu, mereka juga masih ada beberapa yang menjaga tempat lainnya. Madinah tidak boleh dibiarkan tanpa penjagaan karena kaum Muslim belum aman dari ancaman orang-orang Mekah.
Orang-orang dari suku Ghafatan juga berada di titik-titik yang dapat masuk ke Madinah. Sebab itulah Madinah membutuhkan penjagaan ekstra.
Rasulullah terus saja mengembara masuk ke pedalaman padang pasir dengan sahabat-sahabat yang setia. Meskipun panas dan berselimut dingin.
Hingga akhirnya mereka tiba di Ghafatan sebagaimana Imam Al Bukhari meriwayatkan kisah Abu Musa Al Asy’ari.
Hadist Mengenai Nama Zaturriqa
خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ فِي غَزْوَةٍ، وَنَحْنُ سِتَّةُ نَفَرٍ، بَيْنَنَا بَعِيرٌ نَعْتَقِبُهُ، فَنَقِبَتْ أَقْدَامُنَا وَنَقِبَتْ قَدَمَايَ وَسَقَطَتْ أَظْفَارِي، وَكُنَّا نَلُفُّ عَلَى أَرْجُلِنَا الْخِرَقَ؛ فَسُمِّيَتْ غَزْوَةَ ذَاتِ الرِّقَاعِ لِمَا كُنَّا نَعْصِبُ مِنَ الْخِرَقِ عَلَى أَرْجُلِنَا
hadist itu menceritakan mereka keluar bersama Nabi dalam suatu peperangan dimana enam orang akan bergantian mengendarai satu unta.
Kaki-kaki mereka terluka hingga kuku-kukunya lepas. Mereka membalut kaki-kakinya dengan kain. Sebab itulah perang ini bernama Perang Dzaturriqa karena apa yang mereka lakukan.
Yaitu membalut kaki-kaki mereka dengan menggunakan kain. (HR. al-Bukhari, Kitab al-Maghazi Bab Ghazwah Dzatu ar-Riqa’, 3899).
Mereka bergantian menaiki unta satu per satu gantian dengan yang lain hingga tiba ke tempat tujuan. Begitulah seperti yang dikisahkan dalam Fath al Bari.
Kejadian Pasca Perang
Mobilisasi pasukan Rasulullah terjadi dalam tiga bulan terakhir yakni dari berangkatnya Rasulullah kepada para sahabatnya ke Mekah untuk umrah al -qadha.
Terjadi perjanjian Hudaibiyah dan setelah itulah beliau kembali ke Madinah. Setelah sampai, kamum muslim bertolak ke Khaibar untuk menghadapi kaum Yahudi.
Akhirnya pertempuran sengit terjadi hingga lebih dari satu bulan. Setelah dari Khaibar, rasulullah kembali mempersiapkan pasukan dan kembali berangkat ke Ghafatan.
Ja’far Bin Abu Thalib baru tiba di Madinah setelah ia pergi dari Habasyah atau Etiopia saat ketika benteng Khaibar diserang. Ia pun langsung menyusul Nabi.
Sama halnya dengan Abu Musa al Asy’ari yang menyusul ke Madinah dari Yaman pada hari Khaibar. Mereka benar-benar menggiatkan diri untuk beribadah pada Allah hingga tidak kenal lelah.
Kejadian Menarik Dalam Perang Zaturriqa
Pertempuran Zaturriqa memiliki berbagai kisah menarik. Secara logika, kamu Ghafatan lebih unggul dari sisi jumlah. Namun belum saja terjadi gencatan senjata, mereka telah lari terbirit-birit.
Berbanding terbalik dengan kaum muslim yang telah babak belur dalam perjalanan panjang dan juga dengan jumlah pasukan yang sedikit.
Tidak hanya itu, umat muslim juga tidak membawa banyak perlengkapan perang. Justru mereka hanya membawa sedikit unta. Namun Rasulullah bersabda,
نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ
Yaitu Rasulullah mendapat pertolongan melalui rasa takut yang Allah masukkan ke dalam hati musuh dalam jarak satu bulan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam kitab al Jihad wa As Siyar.
kaum muslimin menyaksikannya di Perang Ahzab, Perang badar,s erta perang-perang lainnya yang mengjadapi Yahudi. Mulai dari menghadapi Bani Qainuqa’ sampai dengan apa yang terjadi di Khaibar.
Di babak awal Perang Uhud pun demikian. Para sahabat menaati apa yang menjadi perintah Rasulullah.
Dalam Al Qur’an Surah Ali Imrom ayat 151 menjelaskan jika Allah memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir. Itu karena mereka menyekutukan Allah.
Bahkan Allah sendiri tidak menurunkan adanya keterangan tentang itu. Sedangkan tempat mereka kembali adalah neraka dan neraka merupakan seburuk-buruknya tempat tinggal orang-orang yang zalim.
Oleh sebab itu kita tidak perlu melanggar perintah Allah untuk dapat menang seperti halnya harus melakukan maksiat. Baik suka atau tidak, menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah hal yang paling penting.
Orang-orang musyrik menjadi takut bukan karena siapa yang mereka akan hadapi melainkan karena mereka kerap melakukan kemaksiatan dan kesyirikan.
Kisah Unik Dalam Pertempuran Zaturriqa
Kisah lain yang unik adalah ketika dalam perjalanan kembali ke Madinah, Nabi beristirahat di tempat terpisah. Beliau menggantungkan pedangnya di pohon.
Muncul seseorang yang mengambil pedang Nabi dan menodongkannya ke leher Nabi hingga Nabi terbangun. Orang itu akan membunuh Nabi dan jika usahanya berhasil tentu ia akan mendapatkan posisi baik di Ghafatan.
Namun Allah menjaga rasulNya sebagaimana firman Allah dalam Surah Al Maidah ayat 67.
Allah menjaga Muhammad dari gangguan manusia. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.
Kemudian orang itu bertanya apakah Nabi takut dengannya? Rasulullah dengan mantap menjawab tidak. Bahkan ketika orang itu bertanya siapa yang akan menolong Nabi, Beliau dengan tegas menjawab Allah.
Hingga tiga kali dengan pertanyaan yang sama, Nabi menjawab Allah dengan mantap. Seketika hal itu membuat ornag ini ketakutan dan menjatuhkan pedangnya.
Ini merupakan sebuah titik balik serangan Nabi kepada orang itu. Ketika pedang terjatuh, nabi mengambilnya. Kemudian menghunuskan pedang ke arah leher orang tersebut.
Nabi menanyakan siapa yang akan menolongmu, dan orang itu tidak dapat menjawab. Ketika nabi menanyakan padanya apakah ia mau mengucapkan kalimat syahadat?
Orang itu pun tetap tidak mau. Namun ia berjanji tidak akan memerangi Rasululah ataupun membela kaum yang memerangi rasulullah.
ia tetap menolak untuk memeluk agama Islam. Memang sudah pasti ada saja tipe manusia seperti itu.
Pertempuran Zaturriqa menjadi sebuah titik kemenangan besar bagi umat islam. Kaum muslim dapat memperoleh kejayaan di jazirah Arab dan memperluas wilayahnya.
Mobilisasi Islam secara intens membuat umat muslim menang dalam segi dakwah, psikologis, hingga pengaruh. Tidak heran semakin banyak yang lantas memeluk Islam.
Pertempuran Zaturriqa menghasilkan begitu banyak pencapaian yang menjadi hasil akhir dari apa yang kaum muslim di Arab dapatkan saat ini.
Mungkin inilah yang menyebabkan banyaknya muslim di Jazirah Arab. terbukti pula bagaimana kecakapan Rasulullah dalam hal ini. Beliau mampu memimpin dengan sangat baik.