Berdasarkan teori Retorika Aristoteles Demonstratif atau Epideiktik, bukan sesuatu yang baru, lahir sejak 324 SM, sebagai bagian dari retorika.
Beritaku.id, Pendidikan – Semenjak berkembangnya konsep Retorika oleh Kaum Sophisme (Gorgias & Protagoras), maupun kaum Filsuf dengan konsep Filsafat (Socrates, Plato & Aristoteles).
Masa kemajuan ilmu pengetahun Filsafat berkembang sangat maju ketika itu, terlihat dengan kemajuan di Yunani, Romawi hingga jazirah arab.
Pada dasarnya, berdasarkan perjalanan sejarah, kajian Filsafat bermula dari kajian tentang pidato, debat dan pencarian kebenaran.
Argumen ini bukan tanpa alasan, sebab bermula datangnya Gorgias & Protagoras, ke Athena untuk membentuk Kaum Sophis. Dari kota ke kota lain untuk mengajarkan konsep berpidato dengan retorika.
400 SM, dengan olimpiade pidato, sebagaimana pidato pada saat itu lebih kepada keindahan yang puitis, sebagaimana ajaran dari Gorgias.
Membuat Socrates melakukan perlawanan pada metode Gorgias.
Socrates tidak berjalan sendiri, namun ada muridnya Plato, dan juga Aristoteles membantunya mengembangkan konsep pidato, tidak hanya berisi bahasa puitis. Tetapi harus berisi dialog kebenaran.
Adalah Aristoteles yang menemukan ketiga jenis retorika tersebut. Semenjak tahun 324 SM, metode tersebut mulai ada.
Teori Retorika Aristoteles
Sebagaimana teori komunikasi Aristoteles dalam The Art Of Rhetorica dengan 3 komponen utama saat berpidato: 1). Etika (Ethos), 2). Seni (Pathos), 3). Logika (Loghos).
Dalam perkembangannya, Aristoteles membagi Retorika kedalam tiga bagian, yaitu:
- Demonstratif (Epideiktik)
- Forensik,
- Deliberatif.
Retorika Epideiktik “Demonstratif”
Sering mendengar kata “demonstrasi”? kata itu sama dengan demonstratif. Dalam Retorika juga membahas mengenai kata tersebut. Bahkan menjadi salah satu bagian dari pembagian Retorika Aristoteles.
Epideiktik dalam bahasa Yunani, Επιδικητικό (Epidikitikó)
Retorika Epideiktik adalah bentuk dari kegiatan demonstratif, untuk memuji atau mengecam seseorang, institusi atau lembaga.
Dalam pengertian lanjut, ketika terjadi distorsi, maka menggunakan retorika ini sebaga salah satu jalan keluar.
Dengan berkumpul dan membangun konsep mengecam atau sebaliknya memberikan pujian.
Bentuk Epideiktic Rhetorik ini masih ada hingga saat ini, dalam bentuk kegiatan demonstasi di jalan-jalan.
Retorika Forensik (Forensic Rhetoric)
Selanjutnya, Forensic Rhetoric adalah sebuah upaya untuk mendorong munculnya rasa bersalah maupun tidak bersalah. Dalam bentuk pertanggung jawaban serta pengakuan dalam ruangan pengadilan.
Bentuk daripada Rhetoric ini masih ada hingga saat ini, dalam bentuk, kegiatan laporan pertanggung jawaban pengurus organisasi.
Dari kata ini (Forensik) pulalah lahir kata penelitian Laboratorium Forensik kepolisian. Untuk mengungkap kebenaran atau ketidak benaran sebuah kasus.
Retorika Deliberatif (deliberative rhetoric)
Deliberative Rhetoric adalah suatu ketentuan yang harus dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh khalayak umum. Ini menjadi sebuah ketentuan atau keharusan. Dalam penyebutan selanjutnya adalah “Kebijakan”.
Contoh: Saat ini wabah Covid-19, maka semua harus memakai masker.
Demikian Artikel tentang Rhetorica Aristoteles.
Baca juga: Menguasai Orang Lain Dengan Komunikasi, Dengan Konsep Dan Kajian Ilmiah