Syahidnya Panglima Perang Di Perang Mut'ah
Syahidnya tia orang Panglima Perang Di Perang Mut'ah

Syahidnya Panglima Perang Islam Pada Perang Mu’tah

Diposting pada

Perang Mut’ah yang membuat Syahidnya Panglima Perang Yang Dimiliki Rasulullah Muhammad SAW. Dalam sebuah pertempuran tidak seimbang

Beritaku.Id, Kisah Islami – Tepatnya  bulan Jumadil ‘Ula tahun ke-7 Hijriah Atau 629 Masehi.

Lokasi Perang Mut’ah Pada 629 M

Daerah Mu’tah adalah sebuah desa yang terletak di perbatasan Syam. Desa ini sekarang bernama Kirkuk Iraq. Menjadi lokasi penjemputan roh suci dari tubuh para panglima perang yang menjadi syuhada.

Sebagai bagian dalam perang menegakkan Islam, Jenderal Dalam Islam Sepanjang Sejarah

Kronologi Syahidnya Para Panglima Perang Islam

Diawali dengan terbunuhnya Al Harits bin Umair Al-Azdi, utusan Rasulullah Saw kepada Raja Bashra. Utusan tersebut diberikan tugas membawa surat kepada Raja Bashra.

Namun utusan tersebut dibunuh dengan cara yang keji membuat umat Islam tidak menerima perlakuan tersebut. Dan bereaksi atas kekejaman Raja Bashra.

Utusan Diplomatik, tidak sepantasnya di bunuh. Sebab itu pelanggaran kesepakatan perang. Tidak fair.

3000 orang tentara berkumpul usai Rasulullah Saw menyerukan supaya kaum muslimin agar berangkat menuju dan menyerang Syam.

Rasulullah Saw sendiri tidak ikut serta bersama mereka. Dengan demikian, perang ini bukan ghazwah, melainkan sariyah.

Namun demikian, hampir semua ulama sirah menamakannya ghazwah. Karena melihat banyaknya jumlah kaum Muslimin yang berangkat dan arti penting yang dikandungnya.

Persiapan Sebelum Keberangkatan Perang

Dalam sabda Rasulullah sebelum mereka berangkat, sebagai arahan kepemimpinan dalam proses peperangan tersebut:

“Yang bertindak sebagai Amir (panglima perang) yaitu Zaid bin Haritsah. bilamana Zaid gugur, Ja’far bin Abu Thalib penggantinya. Bilamana Ja’far gugur, Abdullah Bin Rawahah penggantinya. Bilamana Abdullah Bin Rawahah gugur, hendaklah kaum Muslimin memilih penggantinya.”

Selanjutnya, Nabi Saw mewasiatkan kepada mereka agar sesampainya disana, mereka menyerang dengan meminta pertolongan kepada Allah.

Musuh memiliki mata-mata untuk mengintai pergerakan pasukan Islam.

Mereka selanjutnya mempersiapkan pasukan penahan serangan yang jauh lebih besar guna menghadapi kekuatan kaum Muslimin.

Heraklius (Kaisar Romawi Timur dari tahun 610 sampai tahun 641) mengerahkan lebih dari seratus ribu tentara Romawi.

Komposisi Tidak Berimbang

3000 Vs 200.000, adalah benturan pasukan yang tidak rasional. Akhirnya sementara waktu, mereka para kaum Muslimin berhenti selama dua malam di daerah Mu’an guna merundingkan apa yang seharusnya dilakukan. Diskusi perang dan strategi ceritanya.

Sebab kondisi pasukan Romawi Ratusan ribu, dengan kondisi peralatan lengkap. Sementara pasukan kaum muslim masih kabur dengan komposisi mereka.

Beberapa orang di antaranya berpendapat, “Sebaiknya kita menulis surat kepada Rasulullah Saw guna melaporkan kekuatan musuh. Mungkin beliau akan menambah kekuatan kita dengan pasukan yang lebih besar lagi atau memerintahan sesuatu yang harus kita lakukan.”

Namun, Abdullah bin Rawahah tidak menyetujui pendapat tersebut. Ia bahkan mengobarkan semangat pasukan dengan berdiri memberikan pencerahan:

“Hai saudara-saudara, mengapa kalian tidak menyukai mati syahid yang menjadi tujuan kita berangkat ke medan perang ini! Kita akan berperang tidaklah mengandalkan banyaknya jumlah pasukan atau besarnya kekuatan. Tetapi semata-mata berdasarkan agama yang dikaruniakan Allah kepada kita. Karena itulah, marilah kita maju! Tidak ada pilihan lain kecuali salah satu dari dua kebajikan: menang atau mati syahid.”

Dibawah komando Panglima atau Amir pasukan bergerak menuju Syam. Dan titik pertemuan perang di daerah Kirk tersebut.

Lalu pasukan kedua belah pihak bertemu di Kirk. Dari segi jumlah personil dan senjata, kekuatan musuh jauh lebih besar dari kekuatan kaum Muslimin. Perang Mut’ah adalah perang tak berimbang, dan kemenangan bisa disebut hanya hayalan manusia biasa.

Detik-Detik Syahid Panglima Perang

Dengan demikian peperangan di Mut’ah dipimpin oleh 3 panglima pilihan Rasulullah berikut ini.

Zaid Bin Haritsah

Zaid bin Haritsah dengan mengendalikan  pertempuran dari pasukan muslimin. Menerjang sisi depan lawan, Bersama kaum Muslimin bertempur menghadapi musuh. Dia menjadi panglima yang pertama di jemput malaikat untuk diantarkan rohnya menuju Allah SWT. Gugur di ujung tombak musuh.

Ja’far bin Abu Thalib

Syahidnya Panglima Perang Zaid Bin Haritsah, membuat Ja’far bergerak. Mengambil alih panji peperangan sebagai simbol dan maju menerjang musuh dengan berani. Di tengah sengitnya pertempuran, ia turun dari kudanya lalu membunuh, melesat, menerjang pasukan Romawi seraya bersyair,

“Alangkah dekatnya surga!

Harumnya semerbak dan segarnya minuman.

Kita hujamkan siksa ke atas orang-orang Romawi

Yang kafir nun jauh nasabnya

Pastilah aku yang memeranginya.”

Dengan kemampuannya, menghadapi pasukan Romawi yang jumlahnya 40 kali lipat lebih besar. Pedangnya mendesing menghentak dan mencabik-cabik musuk.

Ia terus maju bertempur sampai tertebas oleh pedang orang Romawi yang memotong tubuhnya menjadi dua.

Di tubuhnya terdapat lima puluh tusukan. Semuanya di bagian depan. Tidak ada luka dibagian belakang yang bermakna ia tidak membelakangi musuh sebagai pengecut.

Ia menjadi seorang Syuhada dalam perang Mut’ah tersebut.

Abdullah bin Rawahah

Saat Jafar Bin Abu Thalib telag menjadi syuhada. Panji peperangan kemudian diambil oleh Abdullah bin Rawahah. Ia maju memimpin pertempuran seraya berkata:

“Wahai jiwa, engkau harus terjun

Dengan suka atau terpaksa.

Musuh-musuh telah maju ke medan laga.

Tidakkah engkau telah lama merindukan surga.

Telah lama engkau hidup tenang

Engkau hanya setetes air yang hina.”

Seperti petir yang menyambar-nyambar, detakan pedang membuat merinding. Romawi meski menang jumlah, tapi tidak lantas mudah menaklukkan pasukan muslim.

Ia terus maju bertempur sampai Syahidnya sang Panglima yang gugur menjadi syuhada. Dia menjadi Pimpinan perang Mutah ketiga yang menjadi syahid.

Terpilihnya Khalid Bin walid

Pedang Allah ada diantara pasukan tersebut. Kaum Muslimin kemudian menyepakati Khalid bin Walid sebagai panglima perang.

Pasukan Romawi mengalami kebingungan dalam hal strategi, sebab Panglima perang dengan Syahidnya sebelumnya. Tidak membuat lemah pasukan muslimin.

Ketika gugur satu maka lahir pemimpin pasukan yang jauh lebih beringas. 3 Kali pergantian pimpinan pasukan. Semangat tidak pernah pudar.

Dengan strategi Khalid Bin walid, Ia kemudian menggempur musuh hingga berhasil memukul mundur. Pasukan Romawi menang jumlah. Namun nyalinya telah rapuh, memilih mundur.

Khalid tidak memburu, sebab melihat kondisi pasukan kaum muslimin. Dengan itulah, Khalid Bin Walid mengambil langkah strategi menahan serangan tentaranya kepasukan Romawi yang mundur.

Lalu dia memerintahkan pasukan untuk segera ke Madinah.

Di Madina dia disambut oleh Rasulullah Muhammad SAW

Bacaan lain : Bintang TNI Bagian 1 Di Era Orde Lama Presiden Pertama RI Soekarno