Balaputradewa adalah seorang pemimpin yang cakap. Sebagai Raja Sriwijaya ke-4, ia berhasil membawa kerajaan itu hingga mencapai punjak kejayaan. Seperti apa kisah perjalanan hidupnya? Artikel ini akan mengulas profil serta segudang pencapaian yang ia torehkan dalam sejarah Nusantara.
Beritaku.id, Berita Pendidikan – Burung-burung berkicau dengan merdu menyambut terbitnya matahari baru. Di halaman rumah warga, ayam-ayam berkokok membangun semua orang dari mimpi yang membuai. Mengembalikan mereka pada pekerjaan rutin yang telah menanti.
Oleh: Riska Putri(Penulis Berita Pendidikan)
Para laki-laki pun pergi ke ladang untuk bertani, ada melangkah ke pasar untuk berdagang, menarik andong, atau sekedar duduk-duduk menikmati secangkir teh. Sementara para wanita sibuk meniup bara api untuk memasak makanan. Sebagian pergi ke sungai untuk mencuci atau membersihkan diri.
Tak jauh dari pemukiman warga biasa, terdapat istana megah yang menjadi tempat tinggal para ningrat. Di pagi yang cerah itu, lahirlah seorang putra yang istimewa. Dalam tubuhnya, mengalir darah nenek moyang yang begitu mulia kedudukannya.
Banyak orang menaruh harapan agar kelak ia menjadi seorang pemimpin tangguh yang dapat membawa rakyatnya pada kemakmuran. Dan waktu membuktikan bahwa bayi laki-laki itu sanggup mewujudkannya. Ialah Balaputradewa.
Artikel ini akan membawa Anda menjelajahi waktu. Mundur jauh ke masa saat Indonesia masih menjadi Nusantara. Sebuah periode waktu ketika bangsa kita menjadi penguasa lautan dan perdagangan. Mari kita mulai perjalanan ini.
Baca Juga Beritaku: Peninggalan Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, dan Kutai, 25 Situs Budaya
Kerajaan Sriwijaya Masa Pemerintahan Balaputradewa
Tokoh utama kita lahir dan tumbuh besar dalam lingkungan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini bercorak Buddha dengan budaya maritime yang kental karena lokasi ibu kotanya yang berada di tepi Sungai Musi (kini dikenal sebagai Palembang).
Karenanya, Raja dari kerajaan ini memiliki control yang kuat terhadap arus perdagangan di jalur Selat Malaka.
Kerajaan Sriwijaya berhubungan sangat baik dengan raja-raja dari Pulau Jawa. Sebagai kerajaan yang mendominasi perdagangan dan kelautan, kerajaan itu juga menjalin hubungan erat dengan Cina dan India. Jaringan bisnisnya bahkan meluas hingga ke Semenanjung Malaya dan Thailand Selatan.
Kerajaan ini juga menguasai seluruh jalur dagang di Asia Tenggara yang melalui jalur Selat Sunda, Selat Malaka, Tanah Genting Kra, dan Selat Karimata. Wilayah ini akan menjadi lebih luas lagi di masa pemerintahan Balaputradewa.
Kerajaan Sriwijaya Sebagai Pusat Persebaran Agama Budha
Selain dikenal sebagai kerajaan yang kuat secara ekonomi, wilayah Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat persebaran dan pengajaran agama Buddha di Nusantara. Sejarah mencatat, terdapat seorang biksu terkenal memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan yang luas. Ia bernama Dhamakirti.
Para biksu dari berbagai daerah rela melakukan perjalanan panjang demi menimba ilmu darinya. Hal ini menunjukkan bahwa peradaban masyarakat Sriwijaya sangat maju di bidang pendidikan sehingga turut mengembangkan wilayah kerajaan.
Semua deskripsi tersebut disarikan dari jurnal perjalanan seorang biksu Cina bernama I-tsing. Ia pernah singgah selama 6 bulan di Sriwijaya untuk mempelajari bahasa Sansakerta dan agama Buddha. Selain itu, catatan mengenai Kerajaan Sriwijaya juga tertoreh dalam prasasti kedukan bukit (683 masehi) dan 4 prasasti lainnya.
Sebagai kota persinggahan, Kerajaan Sriwijaya begitu hidup dan semarak oleh para pendatang. Karenanya masyarakat Sriwijaya begitu majemuk dan terdiri dari berbagai budaya yang saling berasimilasi.
Para pemimpin di Sriwijaya mendapat julukan sebagai Maharaja atau Dapunta Hyang. Sementara itu, dalam lingkaran istana terdapat 3 gelar penting, antara lain yuvaraja (putra mahkota), pratiyuvaraja (putra mahkota kedua) dan rajakumara (pewaris berikutnya).
Prasasti Telaga Batu menyebutkan berbagai jabatan dan jenis pekerjaan pada masa itu. Beberapa jabatan penting dalam masyarakat antara lain raja putra (putra keempat dari raja), bhupati (bupati), dandanayaka (hakim) dan senopati (komandan pasukan).
Sementara itu, prasasti tersebut menyebutkan pula beberapa pekerjaan yang biasa dilakukan rakyat biasa. Antara lain hulun haji (budak raja), puwahan (nahkoda kapal), marsi haji (tukang cuci), waniyaga (penjaga), adyaksi nijawarna/wasikarana (pandai besi/pembuat pisau), kayastha (juru tulis), tuha an watak wuruh (pengawas kelompok pekerja/mandor), dan pratisra (pemimpin kelompok kerja).
Sebuah catatan dari Tiongkok yang bernama Hsin Tang-shu menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya yang begitu luas ke dalam dua bagian. Satu bagian diatur oleh putra mahkota, sementara putra mahkota kedua mengatur bagian lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya kecemburuan sosial atau perebutan kekuasaan antarsaudara.
Silsilah Raja Balaputradewa
Balaputradewa merupakan bagian dari Wangsa Sailendra yang menguasai wilayah Sumatera, Medan, dan Jawa Tengah.
Ketika Sriwijaya masuk ke dalam wilayah kekuasaan Wangsa Sailendra, dirinya diutus untuk menjadi pemangku kekuasaan. Karenanya, ia tidak mewarisi tahta ini dari Raja Sriwijaya sebelumnya yaitu Sri Dharmasetu.
Namun, ada pula pendapat lainnya yang menjelaskan silsilah serta sejarah hidupnya dari sisi yang berbeda.
George (1968) mengatakan bahwa terdapat perpecahan antara Wangsa Sailendra yang mula-mula menduduki wilayah Jawa. Tidak dapat dipastikan apakah Balaputradewa menduduki Sumatera karena kalah dalam perebutan tahta di Jawa atau memang ia telah memerintah di Sumatera sebelum konflik itu terjadi.
Beberapa sejarawan meyakini bahwa Dewi Tara (ibunda Balaputradewa) adalah putri Kerajaan Sriwijaya. Karenanya, maka dia secara otomatis menjadi pewaris sah tahta kerajaan tersebut.
Satu hal yang pasti, Prasasti Nalanda (860M) menyebutkan ia disahkan sebagai Maharaja Sriwijaya sekaligus mengklaim diri sebagai penerus sah Wangsa Sailendra.
Sementara itu, jika merujuk pada prasasti Nalanda, ia merupakan cucu dari Wirawairimathana. Seorang raja Jawa yang terkenal dengan kegagahannya.
Julukan tersebut sangat mirip dengan Wairiwarawimardana alias Dharaindra yang termuat dalam prasasti Kelurak.
Sehingga sebagian peneliti mengaggap Balaputradewa adalah cucu dari Dharanindra. Ayahnya sendiri adalah Samaragrawira dan ibunya bernama Dewi Tara. Disebutkan bahwa ia adalah putri dari Sri Dharmasetu yang juga merupakan bagian dari Wangsa Soma.
Karena bangsa kita sangat lekat dengan budaya lisan, informasi sejarah yang berupa tulisan memang sangat terbatas. Karena itu, tidak heran jika silsilah tokoh-tokoh lawas sepertinya dia sangat sulit dilacak atau dipastikan kebenarannya.
Baca Juga Beritaku: Banten Kota Bandar Yang Sibuk Sejak Zaman Kerajaan Tahun 1526
Masa Kepemimpinan dan Pencapaian Raja Balaputradewa
Memasuki abad ke-9 sampai ke-12, Raja Balaputradewa menjadi bangsa penjelajah lautan yang sangat handal. Eksplorasi para pelaut dan pedagang Sriwijaya meluas hingga ke Kalimantan, Filipina, Indonesia Timur, Teluk Benggala, bahkan Madagaskar.
Penelitian Cox et al. (2012) bahkan mengemukakan bahwa penduduk asli Malagasi saat ini merupakan keturunan dari 30 pelaut Indonesia, para pelaut itu melakukan perjalanan dan mendarat di Madagaskar sekitar 1.200 tahun yang lalu.
Bahasa yang digunakan oleh orang Malagasi juga berisi diksi-diksi pinjaman dari bahasa Sansakerta yang telah termodifikasi oleh bahasa local. Sehingga ada hipotesis bahwa orang-orang Sriwijaya pernah menjajah wilayah Madagaskar.
Di Filipina, pengaruh Kerajaan Sriwijaya begitu terasa dengan berdirinya sebuah patung Dewa Tera emas dan Dewa Kinara emas di daerah Agusan del Sur. Hal ini menyimbolkan betapa eratnya hubungan antara Kerajaan Sriwijaya dan Filipina kuno.
Sebuah catatan berjudul Ajayeb al-Hind yang berarti Kejaiban India, juga pernah menyiratkan adanya upaya invasi yang dilakukan orang-orang Sriwijaya terhadap bangsa Afrika. Hal ini terjadi pada tahun 945-946 Masehi.
Sebanyak 1000 kapal berusaha menduduki benteng Qanbaloh karena wilayah tersebut memiliki berbagai komoditas berharga. Seperti kulit kura-kura, gading, ambergris, dan macan kumbang. Namun serangan tersebut tak berhasil.
Hal ini menunjukkan bahwa armada laut Sriwijaya begitu kuat dan handal. Mereka mampu menjelajah hingga ke wilayah yang begitu jauh dari kampong halamannya.
Selain itu, juga menunjukkan kepercayaan dirinya untuk menaklukan bangsa lain serta kemahirannya dalam menjalin kerjasama.
Sehingga ia berhasil membawa Sriwijaya pada kejayaan yang gilang-gemilang, sebagaimana arti kerajaan itu.
Daftar Raja Sriwijaya
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut daftar maharaja yang pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya:
Tahun Awal Pemerintahan | Nama Maharaja |
683 | Sri Jayanasa |
702 | Sri Indrawarman |
775 | Dharanindra |
792 | Samaratungga |
835 | Balaputradewa |
988 | Sri Cudamani Warmadewa |
1008 | Sri Mara-Vijayottunggawarman |
1025 | Sangrama-Vijayottunggawarman |
Baca Juga Beritaku: 10 Daftar Kerajaan Terlama Berjaya Di Indonesia
Kisah Melunturnya Kejayaan Sriwijaya
Fakta bahwa sebuah kerajaan yang begitu kuat, makmur, dan berkuasa dapat mengalami kemunduran memang kadang sulit diterima.
Namun perputaran roda waktu telah berkali-kali memaksa manusia untuk merelakan kenyataan bahwa tiada sesuatu pun yang abadi di atas bumi ini. Begitu pula dengan kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
Penyebab utama kemunduran Kerajaan Sriwijaya adalah konflik eksternal yang bertubi-tubi. Pada tahun 922 M dan 1016 M, Sriwijaya harus menghadapi kerajaan Jawa di medan perang.
Tak berhenti di situ, pada tahun 1017 dan 1025, Sriwijaya juga mendapat serangan dari kerajaan Chola. Prasasti Tanjore yang bertarikh 1030 menyebutkan armada laut kerajaan India itu mengarungi samudera dan berhasil mengambil alih sebagian besar daerah-daerah kekuasaan Sriwijaya.
Kekayaan kerajaan Sriwijaya yang begitu melimpah memang menarik bangsa lain untuk menguasainya.
Catatan sejarah dari Arab dan juga Persia menyebutkan bahwa perdagangan barus, cengkih, gajah, pala, dan cendana merupakan sumber kemakmuran para maharaja Sriwijaya.
Komoditas-komoditas itu memang langka dan berharaga mahal sehingga begitu diperebutkan.
Meski begitu, raja-raja asli Sriwijaya tetap di berikan ijin oleh Raja Rajendra Chola I untuk tetap memerintah selama masih mau mengikuti perintahnya. Hal ini di jelaskan oleh seorang utusan Tiongkok pada tahun 1028.
Selain penjajahan itu, perekonomian Sriwijaya merosot tajam akibat perubahan kondisi alam. Lumpur yang mengendap di Sungai Musi dan beberapa anak sungainya, membuat perahu-perahu sulit berlabuh.
Akhirnya aktifitas perdagangan pun tersendat hingga kota Palembang tidak lagi menjadi lokasi strategis untuk berbisnis. Akhirnya Efek domino pun tercipta.
Berkurangnya perdagangan menyebabkan menurunnya pendapatan pajak dan penghasilan masyarakat sehingga banyak orang kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.
Daftar Pustaka
- 2021 . Begini Silsilah Raja Balaputradewa yang Harus Kamu Tahu. https://kumparan.com
- Toemon, Sylvana. 2017. Sriwijaya, Pusat Agama Buddha. https://bobo.grid.id
- Sriwijaya. https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya