Ceramah SIngkat Ibu Kota
Ceramah Singkat, Kehidupan Ibu Kota (Foto: Ibnu)

Ceramah Singkat: 5 Unsur dan Contoh Naskah “Kehidupan di Ibu Kota”

Diposting pada

5 Unsur dan Contoh Ceramah (Naskah singkat) dan Padat tentang kehidupan Ibu Kota Yang Penuh Dengan Tantangan dan Perjuangan.

Beritaku.Id, Organisasi dan Komunikasi – Dalam setiap masyarakat selalu ada sosok berilmu yang dinantikan petuah bijak dan ceramah singkatnya. Baik itu tentang agama, kesuksesan, maupun kisah perjuangan hidup di ibu kota. Artikel ini menjelaskan definisi, 5 unsur, dan contoh ceramah kreatif yang menggetarkan hati audiens Anda.

Oleh: Riska Putri (Penulis Organisasi Dan Komunikasi)

Tak ada seorang pun di jagat raya ini yang menguasai segala pengetahuan. Setiap manusia membutuhkan manusia lain untuk memberitahunya tentang baik dan buruk serta hal-hal lainnya yang tidak ia ketahui.

Karenanya, membagi kebijaksanaan menjadi hal natural oleh manusia. Dari situ, mereka saling belajar tentang kehidupan, kemudian menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Sadar maupun tidak, kebiasaan manusia untuk membagi pengatahuan menjadi factor utama yang menyebabkan spesies makhluk ini dapat bertahan hidup selama puluhan ribu tahun.

Fakta Hidup Ibu Kota
Fakta Hidup Ibu Kota (Foto: Hipwee)

Bayangkan jika seorang ilmuwan tidak membagikan hasil penelitiannya, maka teknologi tak akan berkembang, peradaban stagnan, kesejahteraan masyarakat tak bertambah.

Jika tak ada guru, tak akan ada murid. Tak akan ada sekolah. Tak akan ada kemajuan. Maka kebiasaan itu harus tetap terjaga, karena itulah pondasi kuat peradaban.

Ilmu-ilmu yang bermanfaat tersampaikan melalui berbagai cara. Seperti obrolan hangat di warung kopi sisi jalan, pengajaran di kelas, maupun mimbar ceramah di tempat ibadah atau acara-acara besar.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang pengertian dan contoh ceramah singkat bertema “Kehidupan di Ibu Kota Negara”. Semoga menginspirasi Anda untuk tampil memukau dalam ceramah selanjutnya. Selamat membaca.

Pengertian Ceramah singkat

Umumnya kita mengasosiasikan ceramah dengan acara keagamaan. Seorang pemuka agama akan berdiri di depan jamaah untuk menyampaikan pesan-pesan moral untuk mengingatkan mereka tentang aturan agama.

Ceramah Singkat
Kegiatan Ceramah Outdoor (Foto: Tirto)

Meski begitu, ceramah sebenarnya adalah bagian dari seni berbicara di depan umum dan tidak hanya terbatas pada topik-topik agama saja.

Beberapa ahli menjelaskan definisinya tentang apa dan bagaimana itu ceramah.

Bagi A. G. Lugandi, ceramah adalah suatu teknik penyampaian informasi yang bersifat satu arah, yaitu dari penceramah kepada hadirin.

Sementara itu Abdul Kadir Mansyi menjelaskan ceramah sebagai sebuah metode dengan maksud menyampaikan keterangan petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang suatu masalah di hadapan orang banyak.

Untuk memudahkan kita mengidentifikasi apakah suatu kegiatan bicara itu termasuk sebagai ceramah atau tidak, kita dapat membedah kegiatan itu dari unsur-unsurnya. Ceramah sendiri memiliki 5 unsur, antara lain:

Penceramah/Pembicara

Ia adalah orang yang menyampaikan ceramah berkenaan tentang berbagai topic. Umumnya penceramah berbicara dari balik mimbar atau panggung.

Hal ini bertujuan agar audien paling belakang pun dapat mendengar suara dan melihat penampilan penceramah. Peralatan audio & visual seperti speaker dan layar proyektor dapat pula kita pakai untuk memperlancar penyampian ceramah.

Audiens/Hadirin/Pendengar

Mereka adalah orang-orang yang hadir untuk mendengarkan, menyaksikan, dan menerima ilmu oleh penceramah. Audiens tidak terbatas jumlahnya, bisa satu orang saja hingga ribuan.

Materi Ceramah

Penceramah tentunya harus menyiapkan materi yang akan ia sampaikan sebelum mulai berceramah.

Materi ini terdiri dari topic dan naskahnya. Ada pula penceramah professional yang hanya menyiapkan materi ini di dalam pikiran.

Ia hanya membawa catatan kecil atau tidak membawa pengingat apapun sama sekali.

Metode Penyampaian Ceramah

Terdapat beberapa metode ceramah yang biasa kita gunakan, antara lain:

  • Impromptu: metode ceramah spontan, tanpa persiapan. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan jika penceramah sudah memiliki jam terbang tinggi.
  • Menghapal: penceramah menyiapkan naskah materi kemudian menghapalnya di luar kepala.
    Sehingga pada saat ceramah, ia tidak memerlukan bantuan teks.
  • Membaca naskah: penceramah menyampaikan uraiannya dengan membaca naskah lengkap. Metode ini sebenarnya kurang baik untuk dilakukan. Karena dengan mata focus pada naskah, penceramah akan sulit membangun ikatan dengan audiens dan mempertahankan perhatian mereka.
  • Ekstemporan: yaitu penceramah menyampaikan ceramahnya dengan berpatokan pada kartu atau catatan kecil berisi poin-poin inti materi. Catatan ini bisa juga disebut cue card.

Media ceramah

Yaitu media bagi penceramah untuk menyampaikan materianya. Contohnya, jika ceramah secara langsung dalam suatu acara, maka medianya adalah microphone.

Selain itu, penceramah juga dapat menyampaikan ceramahnya secara tidak langsung melalui media internet. Salah satu platform yang paling sesuai untuk ceramah adalah Youtube.

Arifin Ilham
Cara Memegang Mic Arifin Ilham (Foto: Aboutstory)

Selain kelima unsur di atas, ciri khas dari ceramah adalah komunikasi yang satu arah.

Artinya, penceramah yang mendominasi pembicaraan. Pendengar dapat mengajukan pertanyaan atau tanggapan hanya pada waktu tertentu kepada penceramah.

Dengan berpatokan pada definisi dan unsur-unsur yang dijelaskan di atas. Kita dapat mengidentifikasi apakah sebuah kegiatan public speaking sebagai ceramah atau bukan.

Penjelasan materi oleh dosen di kampus, acara sosialisasi, dan workshop bisa tergolonga sebagai ceramah. Selain itu, coba sebutkan contoh lainnya yang sering kamu temui di kehidupan sehari-hari!

Perbedaan Ceramah dengan Kultum

Ramadhan tak indah tanpa tarawih bersama dan ceramah yang bermakna. Malam tak lagi sunyi sepi karena udara menghembuskan suara dzikir hamba yang berserah diri.

Langit menjadi saksi bahwa ampunan Sang Illahi mengalir pada umatnya yang pandai memanjatkan puji.

Salah satu hal yang mengentalkan suasana Islami di bulan suci itu adalah ceramah yang berkumandang setiap hari.

Di masjid, majlis ilmu, bahkan di televisi, radio, dan internet. Kita bisa mendapatkan ceramah itu baik di pagi hari, siang, maupun sore hari.

Sayangnya, ceramah di media memiliki keterbatasan durasi. Tak seperti ceramah offline yang bisa berlangsung selama berjam-jam, ceramah di media (terutama televisi) cenderung singkat. Tak lebih dari 1 jam saja.

Hal ini karena jadwal media yang padat dan mahalnya biaya penayangan suatu program.

Format baru ceramah Islam yang lebih singkat ini pun mendapatkan nama istimewa: Kultum. Ialah akronim dari Kuliah Tujuh Menit.

Sulit untuk diketahui siapa pencetus, kapan, dan alasan menggunakan kata “kuliah” dalam akronim ini. Kita dapat berspekulasi bahwa si pencetus memilih kata “kuliah” karena ceramah mengajarkan ilmu, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Sama halnya dengan kegiatan perkuliahan. 

Secara spesifik, istilah kultum hanya berguna dalam konteks ceramah Islam. Kemungkinan besar karena stasiun televisi tidak pernah menamai program ceramah agama lain dengan istilah kultum.

Selain itu acara ini jamak tersiarkan pada bulan suci Ramadhan.

Jadi sesungguhnya kultum merupakan satu satu jenis ceramah. Yang membedakannya dengan jenis ceramah lainnya adalah durasi kultum yang lebih singkat, umumnya sekitar 7-15 menit saja.

Penceramah yang menyampaikan kultum menyampaikan poin-poinnya dengan singkat dan langsung ke inti.

Sehingga tipe ceramah ini sangat cocok bagi mereka yang ingin membersihkan hati dengan basuhan petuah bermanfaat yang padat.

Contoh Ceramah Singkat Kejamnya Hidup di Ibu Kota Negara

Beberapa Contoh Pidato dan Ceramah padat tentang kehidupan pada kota, yakni:

1. Mempertahankan Budaya Pulau Jawa Dari Serangan Budaya Barat Di Ibu Kota Negara

Dunia Hiburan
Dunia Hiburan Malam Kota (Foto: Beritainternusa)

Mukadimah pidati, bisa kita lengkapi dengan membaca artikel berikut, Contoh Pembukaan dan Penutupan Berkesan

Pembukaan

Perantauan memberikan banyak pelajaran kehidupan bagi seorang anak manusia. Tentang dirinya sendiri, tentang orang lain, tentang alam sekitarnya.

Namun pelajaran itu juga tak hanya datang bersama hal-hal yang mudah dan menyenangkan. Ia hadir membawa sejuta tanya, beribu kekhawatiran, dan ketidakpastian yang tak terhingga.

Terutama saat melihat bahwa orang-orang di sekitar, tak lagi sama dengan orang-orang di kampung.

Mereka bicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti, mereka makan makanan yang asing, dan memiliki kebudayaan yang berbeda. Diri menjadi merasa berbeda dan terkucil.

Tak jarang pula, hati merasa sakit karena merasa tertolak oleh lingkungan.

Maka sebagai manusia yang memiliki mekanisme penyesuaian diri, otak pun mengarahkan diri agar membaur dan menerima perbedaan.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya kemiripan dengan dunia sekitar mulai tampak pada diri kita.

Namun pertanyaan lainnya muncul: bagaimana agar tidak lupa dengan akan budaya sendiri? Budaya luhur yang harus dijaga dan dipelihara oleh kita anak muda.

Inti

Menghalangi diri dari paparan informasi, kebudayaan, dan kebiasaan Barat bukanlah solusi untuk mempertahankan identitas kita sebagai orang Jawa.

Karena kita membutuhkannya agar tak terkungkung dengan dunia sendiri. Agar mampu mengambil intisari yang baik dan menerapkannya dalam kehidupan kita.

Seperti halnya dalam agama, kita dapat memerangi godaan setan dengan cara menguatkan iman.

Iman, keyakinan kuat bahwa prinsip kita adalah yang paling benar dan tepat. Maka strategi yang sama dapat kita terapkan dalam mempertahankan budaya sendiri saat mengembara di ibu kota.

Perkaya diri dengan pengetahuan tentang kekayaan budaya Jawa, pelajari aksaranya, sejarah perkembangannya, tarian khasnya, serta norma penting yang dianut masyarakatnya.

Itulah yang perlu kita lakukan. Dengan mengenal lebih jauh, cinta kita terhadap budaya sendiri akan lebih dalam.

Dan cinta itu akan mengakar kuat di hati, bagai gunung yang menghujam dalam hingga menjadi pasak bumi.

Penutup

Bukan basa basi bahwa kekuatan cinta dapat mengubah dunia. Dengan cinta yang besar dan tak tergoyahkan pada budaya sendiri, ide dan kreatifitas akan muncul untuk melestarikannya.

Contoh kecilnya adalah menulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan budaya Jawa agar pengetahuan itu terabadikan selamanya.

Maka, mari kita perdalam cinta terhadap budaya Jawa dan hindari sikap permusuhan pada budaya Barat. Dengan begitu kita dapat memenangkan perang tanpa pertikaian. Seperti halnya yang dilakukan Mahatma Gandhi.

2. Ceramah Singkat Indahnya Hidup Di Ibu Kota Negara

Selain dari ceramah diatas juga terdapat contoh yang menggambarkan keindahan.

Pembukaan

Tak sedikit manusia terlena dengan Hingar bingar ibu kota. Bagai serangga yang mendekati lampu terang, orang-orang berbondong-bondong pindah ke ibu kota.

Mengharapkan perubahan signifikan pada kehidupan.

Ibu kota ibarat wajah yang mendapatkan lebih banyak perawatan berbanding bagian tubuh lainnya.

Hal ini wajar karena setiap orang yang memandang, pasti tertuju pada wajah terlebih dulu. Air muka dan tatapan mata menjelaskan sejuta cerita tentang diri seseorang.

Seperti itulah sebuah Negara memperlakukan ibu kotanya. Sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, dan keramian Negara, ibu kota terpoles sedemikian rupa agar megah dan memuakau setiap orang yang dating.

Karenanya ia menyediakan lebih banyak peluang kesuksesan. Tak hanya itu, fasilitas pun lebih maju. Segalanya lebih cepat dan mudah.

Inti

Seorang kepala Negara mengambil keputusan besar untuk masyarakatnya saat duduk di kantornya di ibu kota.

Beberapa pengusaha menandatangani kontrak bernilai puluhan miliar di sebuah ruangan di ibu kota. Seorang siswa berperestasi mendapatkan beasiswa untuk kuliah gratis di ibu kota.

Setinggi itulah kesuksesan dapat kita raih di ibu kota. Hal yang mungkin sulit didapat oleh warga desa.

Orang-orang dari suku, agama, ras, dan kebangsaan berbeda pun dapat kita temui di ibu kota. Kekerabatan yang kita jalin dengan orang-orang berlatar belakang berbeda akan membuat kita lebih kaya akan pengetahuan.

Pada akhirnya, kita menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan hidup. Sesuatu kecil kemungkinannya terjadi di desa dengan penduduk yang homogeny dan mobilitas terbatas.

Itu sajakah keindahan yang disuguhkan oleh ibu kota? Tentu saja tidak. Keindahan hidup dapat kita dapatkan sejauh mata memandang, begitu juga dengan kesedihan. Tak ada pelangi tanpa hujan, bukan?

Penutup

Maka dari itu, untuk mencapai kebahagiaan dan cita-cita, kita juga perlu mempersiapkan diri. Siap terluka hati berkali-kali untuk bangkit lagi ribuan kali. Fakta ini mau tak mau harus kita terima.

Seperti halnya kopi susu, sisi manis dan pahitlah yang membuatnya begitu nikmat. 

Tak perlu takut dengan kesulitan hidup. Karena meski orang-orang di ibu kota tak terlihat seramah warga desa, mereka tetaplah manusia yang memiliki empati.

Jika kita ketuk pintu hatinya dengan lembut, tentu mereka akan mau membantu kita dengan ikhlas.

Daftar Pustaka
  1. Alfari, Shabrina. 2018. Unsur-unsur dan Struktur Teks Ceramah Bahasia Indonesia Kelas 11.https://blog.ruangguru.com/unsur-unsur-dan-struktur-teks-ceramah
  2. Lugandi. 1989. Pendidikan Orang Dewasa (Sebuah Uraian Praktek, Untuk Pembimbing, Penatar,
  3. Pelatih dan Penyuluh Lapangan). Jakarta: Gramedia.
  4. Munsyi, Abdul Kadir. 1981. Metode Diskusi Dalam Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *