Gaya kepemimpinan dalam tiap organisasi memiliki budaya dan warnanya masing-masing. Tiap pemimpin ini memiliki keunikan tersendiri saat menuntun organisasi mencapai tujuannya. Dengan segala kelebihan dan kekurangannnya, berikut ini 10 tipe pemimpin dalam organisasi!
Beritaku.id, Organisasi dan Komunikasi – Semua dimensi hidup terkuasai oleh organisasi.
Oleh: Sri Rahma (Penulis Organisasi)
Pengertian Organisasi

Secara umum organisasi adalah sebuah perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang yang terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi dapat pua berupa sebuah kesatan dari banya orang, kelompok, asosiasi, lembaga ataupun institusi yang mempunyai tujuan serupa dan saling berhubungan satu dengan lainnya.
Menurut W.J.S Poerwadarmita dalam kamus Bahasa Indonesia, Organisasi adalah susunan serta aturan dari berbagai bagian yang kemudian mejadi satu kesatuan yang teratur. Janu Murdiyamoko dan Citra Handayani menuturkan jika organisasi adalah sebua sistem sosial yang memiliki identitas kolektif yang tegas, daftar anggota, program kegiatan hingga prosedur untuk pergantian anggota (Prawiro, 2018).
Max Weber menjelaskan jika organisasi adalah sebuah pola hubungan terstruktur yang dalamnya terdapat wewenang, tanggung jawab serta pembagian kerja sesuai dengan jabatan fungsionalnya. Sedangkan Thompson mengatakan organisasi merupakan perpaduan antara beberapa anggota baik mereka yang impersonal ataupun rasional kemudian saling bekerjasama untuk mencapai berbagai tujuan bersama.
Sehingga jika mengacu pada beberapa penjelasan tersebut maka organisasi adalah sebuah perkumpulan yang terstruktur dengan wewenang, tanggung jawab dan pembagian kerja sesuai dengan fungsional masing-masing demi menjalankan program kerja bersama.
Setiap organisasi menurut Chester I Bernard harusnya berjumlah lebih dari dua orang. Ada seseorang yang menjadi ketua atau pemimpin para anggota-anggotanya selama periode tertentu dan kemudian melakukan pergantiian kepemimpinan dan anggota.
Baca juga beritaku: Ciri, Cara Dan 9 Kepemimpinan Organisasi Yang Baik
Tujuan Organisasi

Tujuan organisasi tak hanya terfokus pada pencapaian visi dan misi perusahaan semata. Kadang kala tujuan dari organisasi adalah untuk peningkatan penghasilan dari perusahaan atau organisasi tersebut. Perbedaan tujuan ini yang nantinya mempengaruhi bentuk dari suatu organisasi. Apakah organisasi tersebut merupakan organisasi profit atau non profit.
Secara garis besar, tujuan organisasi adalah sebagai berikut (Abdi, 2019) :
- Mencapai keinginan atau cita-cita bersama dari tiap anggota
- Mendapatkan keuntungan bersama
- Mengatasi keterbatasan kemandirian serta kemampuan personal dalam mencapai tujuan bersama
- Penghargaan dan pengakuan untuk anggota
- Mendapatkan pengalaman melalui interkasi dengan anggota lain
Secara rinci tujuan organisasi terbagi tiga yakni :
- Tujuan Jangka Pendek (Tujuan Operasional) : adalah tujuan yang harus tercapai dalam jangka waktu cepat dan berkala. Biasanya tujuan jangka pendek memiliki rentan waktu mulai dari tiga bulan, enam bulan atau satu tahun. Periode ini menyesuaikan dengan periode keuangan setiap organisasi.
- Tujuan Jangka Menengah (Tujuan Taktis) : adalah tujuan yang harus tercapai dalam kurun waktu lebih panjang dan merupakan rangkaian dari pencapaian tujuan pendek. Biasanya tujuan jangka menengah memiliki rentan waktu hingga tiga tahun.
- Tujuan Jangka Panjang (Tujuan Strategis) : merupakan tujuan akhir dari suatu organisasi. Tujuan jangka panjang adalah capaian akhir setelah berhasil meraih tujuan jangka pendek dan menengah. Biasanya membutuhkan waktu sekitar tiga sampai lima tahun.
Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya memerlukan kerja sama serta pengolaan sumber daya dengan baik. Keterbatasan sumber daya manusia ataupun dana dapat menjadi penghalang tercapainya tujuan jika tidak dapat mengelolanya sebaik mungkin.
Baca juga beritaku: Retorika: Pentingnya, Sejarah Perjalanan, Definisi, 8 Unsur Utama
Ciri – ciri dan Prinsip Organisasi
Jika mengacu pada tujuan serta visi misi dari organisasi maka ciri-ciri organisasi dapat terdiri dari (Prawiro, 2018) :
- Sekumpulan orang. Organisasi harus terdiri setidaknya dua atau lebih orang
- Mempunyai tujuan bersama
- Terdapat kerjasama antar anggota
- Mempunyai aturan. Aturan ini dapat berbentuk peraturan, tata tertib, ataupun ADART
- Terdapat pembagian tugas yang jelas
Sedangkan prinsip dari suatu organisasi adalah :
- Organisasi mempunyai tujuan yang jelas
- Terdapat Skala Hirarki. Maksud dari skala hirarki ialah terdapat perbandingan kekuasaan pada setiap bagian yang ada. Kekuasaan ini jelas serta terukur siapa dan apa tugasnya dalam organisasi
- Berada dalam satu komando atau perintah. Organisasi hanya punya satu pucuk kepemimpinan tertinggi dan dapat memberikan komando atau perintah kepada bawahannya
- Pelimpahan wewenang. Dalam hal pelimpahan wewenang ini dapat bersifat permanen atau sementara. Pelimpahan secara permanen biasanya ditandai dengan Surat Keputusan sedangkan pelimbahan secara mendadak atau sementara berupa tindakan pelimpahan wewenang dalam kondisi aksidentil
- Pertanggungjawaban dari seluruh anggota organisasi tanpa terkecuali
- Pembagian pekerjaan. Tidak semua orang dalam organisasi dapat mengerjakan seluruh pekerjaan yang ada sehingga memerlukan spesialisasi pekerjaan. Pembagian ini nantinya akan menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing anggota organisasi
- Rentang pengendalian. Hal ini berkaitan dengan jumlah bawahan dalam satu atasan. Tingkat kewenangan mampu memberikan batasan yang jelas antara anggota dan atasan sehingga tidak semua orang merasa menjadi seorang atasan
- Fungsional. Seluruh anggota dalam organisasi harus mempunyai tugas dan wewenang yang jelas baik dalam bentuk kegiatan, hubungan kerja hingga tanggung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi
- Pemisahan. Setiap anggota dalam organisasi punya tugasnya masing-masing sehingga tidak bisa melimpahkan tanggung jawab begitu saja kepada anggota lainnya
- Keseimbangan. Terdapat kesimbangan antara struktur organisasi dengan tujuan organisasi. Kesimbangan ini erat kaitannya dengan beban tugas, imbalan, waktu bekerja dan hasil dari masing-masing struktur dan anggota
- Flexibilitas dan,
- Kepemimpinan. Merupakan inti dari suatu organisasi. Seluruh kegiatan hingga fungsi manajemen berada dalam komando pemimpin. Ia pun bertanggung jawab atas seluruh yang terjadi pada organisasi entah itu keberhasilan ataupun kemunduran (Setiawan, 2021).
Berkaitan dengan Kepemimpinan, pada pembahasan kali ini akan membedah lebih dalam mengenai kepemimpinan dalam dunia organisasi.
Pengertian Kepemimpinan

Menurut Robbins (2006) Kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi kelompk demi mencapai sasaran. Jacob dan Jacques (2008) menjelaskan jika kepemimpinan adalah sebuah proses untuk mempengaruhi aktifitas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Sebuah proses yang memberikan arti kerjasama dan merupakan hasil dari kemauan untuk memimpin demi mencapai tujuan.
Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan : Apakah Kepemimpinan Abnormal itu (2005) menjelaskan jika kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain agar bersedia melakukan suatu usaha kooperatif demi mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Sedangkan Kreitner dan Kinicki (2008) menyebutkan jika kepemimpinan adalah proses seorang individu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama (Trang, 2013). Berdasarkan definisi kepempimpinan yang telah dijabarkan sebelumnya maka kepemimpinan adalah sebuah proses dan kemampuan individu untuk memberikan pengaruh pada kelompoknya demi mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Kepemimpinan dalam organisasi merupakan hal yang sangat krusial. Setiap pemimpin pada suatu organisasi memiliki tanggung jawab besar untuk membawa para anggotanya bersama-sama mewujudkan tujuan organisasi. Biasanya bentuk kepemimpinan seseorang dalam memimpin organisasi dapat memberikan warna pada organisasinya terutama pada budaya dan kinerja para anggota.
Gaya Kepemimpinan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sandy Trang mengenai Gaya kepemimpinan dan budaya organisasi pengaruhnya terhadap kinerja karyawan menunjukkan jika gaya kepemimpinan dan budaya organisasi dapat memberikan pengaruh cukup positif terhadap kinerja karyawan (Trang, 2013).
Budaya organisasi dapat lahir dari pemimpinnya dan setiap pemimpin mempunyai gaya memimpin yang berbeda-beda. Gaya kepemimpinan inilah nantinya akan membentuk budaya yang mencerminkan kepribadian sang pemimpin.
Gaya kepemimpinan seorang pimpinan akan memberikan pengaruh bagi kinerja anggota organisasi. Kerap kali terjadi ketika pergantian ketua maka berganti pula gaya kepemimpinan pada organisasi tersebut dan memberikan pengaruh pada budaya organisasi juga kinerja anggota.
Berikut ada sedikitnya 10 gaya kepimpinan yang biasa digunakan dalam memimpin organisasi (Rizka, 2020) , (Yudha, 2017):

1. Otokratis
Lebih akrab dengan gaya kepemimpinan otoriter. Gaya kepemimpinan yang menitik beratkan seluruh kekuasaan penuh pada pemimpin. Anggota dan para bawahannya tidak memiliki kebebasan untuk menentukan suara atau pilihan mereka. Keputusan dalam gaya otokratis ini bersifat mutlak, tak dapat diganggu gugat.
Alur komunikasi yang terjalin dalam otokratis adalah satu arah yakni dari atasan ke bawahan. Pemimpin atau atasan menjadi sangat dominan pada semua aspek organisasi baik dalam proses pengambilan keputusan, kebijakan, peraturan hingga prosedur dalam organisasi.
Meski terdengar menyeramkan namun dalam beberapa kondisi, gaya otokratis dapat membawa organisasi berjalan sukses selama pemimpin tersebut mempunyai pengalaman serta keterampilan yang mumpuni. Gaya kepemimpinan otokratis sangat tepat diterapkan oleh organisasi militer atau kepolisian.
2. Demokratis
Lawan dari otokratis adalah gaya kepemimpinan demokratis. Gaya memimpin yang menempatkan anggota organisasi mempunyai posisi penting dalam setiap keputusan. Setiap anggota mendapatkan tugasnya masing-masing sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka.
Gaya kepemimpinan ini dapat terlihat dari pemimpin yang mengedepankan kreativitas, kejujuran, usaha, serta tanggung jawab dalam kepemimpinannya. Komunikasi yang terjalin pun bersifat dua arah yakni atasan – bawahan dan bawahan – atasan.
3. Birokrasi
Gaya kepemimpinanan model birokrasi merupakan gaya dimana seorang pemimpin tidak hanya bertugas sebagai atasan namun juga memastikan jika seluruh anggota telah menjalankan semua aturan yang berlaku.
Gaya kepemimpinan seperti ini dapat berjalan dengan efektif apabila semua anggota patuh terhadap prosedur dan melakukan tanggung jawabnya masing-masing. Pemimpin dapat langsung mengambil tindakan jika anggotanya lalai dalam tanggung jawab ataupun tidak menunjukkan kinerja yang baik. Kelemahan dari kepemimpinan birokrasi ialah kurangnya ruang bagi anggota untuk melakukan inovasi atau mengembangkan ide-ide mereka sebab seluruh prosedur kegiatan organisasi telah diatur.
4. Karismatik
Max Weber, seorang sosiolog dan ahli ekonomi politik dari Jerman menjelaskan mengenai gaya kepemimpinan karismatik. Mengambil istilah Yunani ‘karisma’, Max mendefinisikan karismatik sebagai sifat dari seseorang, sebuah kemampuan istimewa yang tidak dimiliki oleh semua orang. Seseorang dengan karisma dapat tampil begitu mempesona sehingga menghadirkan kesan meyainkan bagi anggotanya.
Seorang pemimpin karismatik mempunyai kepercayaan diri yang kuat, ia mampu mempengaruhi anggota-anggotanya hingga mereka dapat mempercayai serta yakin padanya. Kedekatan secara emosional yang dibangun oleh pemimpin karismatik bersama anggotanya dapat menumbuhkan rasa memiliki organisasi sehingga mereka ingin turut berkontribusi dalam keberhasilan organisasi.
5. Partisipatif
Gaya kepemimpinan yang satu ini lebih mengarah pada kepercayaan serta loyalitas antara pemimpin dengan para anggota organisasi. Keduanya saling bekerja sama bahu membahu untuk menentukan kebijakan hingga prosedur dalam organisasi. Gaya kepemimpinan demikian ini kerap dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan karismatik.
6. Delegatif
Gaya kepemimpinan delegatif (Laissez Faire) adalah gaya kepemimpinan organisasi yang hampir mirip dengan gaya demokratis yakni memberikan kebebasan pada anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara mereka sendiri selama tidak melanggar aturan organisasi dan tetap berada dalam pengawasan pemimpin. Asas kepercayaan dalam bekerja sama adalah dasar dari pemimpin dengan gaya delegatif.
Meskipun terlihat menyenangkan, gaya kepemimpinan delegatif memilki dampak yang kurang baik untuk semangat kerja tim dalam organisasi. Selain itu gaya kepemimpinan seperti ini dapat menyulitkan pemimpin ketika anggotanya memiliki motivasi bekerja serta rasa tanggung jawab yang rendah.
Gaya kepemimpinan delegatif banyak digunakan oleh perusahaan start up yang masih berkembang.
7. Situasional
Pemimpin dengan gaya situasional akan memimpin organisasi sesuai dengan keadaan organisasinya. Ia lebih melihat kepada situasi perkembangan anggota dalam menjalani tugas-tugas organisasi. Itu sebabnya pemimpin dengan gaya situasional kerap menggabungkan beberapa gaya kepemimpinan lainnya tergantung pada kondsi yang tengah terjadi.
Secara garis besar gaya kepemimpinan situasional terbagi atas empat gaya kombinasi yakni :
- Telling – Directing. Pemimpin akan menjelaskan hingga membimbing anggotanya dalam melakukan program kerja organisasi. Tahapannya mulai dari memberitahu, menunjukkan, memimpin hingga menetapkan tindakan dalam melaksanakan prosedur organisasi.
- Selling – Coaching. Layaknya seorang penjual, pemimpin akan menjelaskan prosedur program kerja organisasi dengan gaya persuasif lalu ketika anggota atau organisasi tengah menghadapi kesulitan bahkan hampir menyerah maka pemimpin akan memberikan dorongan serta bujukan bagi anggotanya agar dapat menyelesaikan tanggung jawab mereka.
- Participating – Supporting. Tipe pemimpin ideal nan idaman yakni ketika pemimpin mengikutsertakan dirinya bersama anggota dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab organisasi, memberikan semangat kala hampir menyerah dan bekerjasama dalam menyelesaikan serta mewujudkan visi dan misi organisasi.
- Delegating. Seperti namanya, pemimpin akan memberikan wewenang kepada anggota untuk melaksanakan tanggung jawab mereka sesuai dengan kemampuannya namun tetap melakukan pengawasan terhadap mereka.
8. Inovatif
Innovatif Leadership style adalah gaya kepemimpinan yang akan mengarahkan para anggota organisasi untuk memberikan ide-ide kreatif mereka untuk kemajuan organisasi. Pemimpin dengan tipe seperti ini cenderung lebih berani dalam mengambil resiko pada setiap keputusannya. Pemimpin dengan gaya inovatif kerap menerapkan prinsip trial and error untuk melihat seberapa besar tingkat keberhasilan dari ide-ide yang tersedia.
9. Transformasional
Danim menjelaskan jika kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau anggotanya untuk mentransformasikan secara optimal seluruh sumber daya organisasi demi mencapai tujuan bersama. Bass menyebutkan dalam kepemimpinan transformasional terdapat perasaan saling percaya antar anggota dan pemimpinnya. Mereka -para anggota mempunyai rasa kagum, kesetiaan, kepercayaan dan hormat kepada pemimpinnya sehingga mereka termotivasi untuk melakukan lebih baik dari yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Para pemimpin transformasional merupakan seorang pemimpin yang mampu memberikan inspirasi bagi seluruh anggota tanpa terkecuali semua demi keberlangsungan organisasi. Menurut Northouse (2001) gaya kepemimpinan ini lebih efektif dan menguntungkan perusahaan atau organisasi. Ciri-ciri dari pemimpin dengan gaya transformasional antara lain (Riadi, 2017) :
- Idealized Influence. Seorang pemimpin transformasional adalah seorang dengan kemampuan memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungannya. Hal ini tercermin dari perilakunya dalam organisasi dapat membangun rasa bangga, respek dan kepercayaan dari para anggotanya. Mereka merasa sangat terberkati dapat bekerja dalam pimpinan sang ketua.
- Inspirational Motivation. Tak hanya sekedar memberikan motivasi semata, seorang pemimpin transformasional dapat mengkomunikasikan dengan baik seluruh harapan, visi dan misi organisasi sehingga memberikan inspirasi bagi anggota untuk mencapai tujuan bersama
- Intellectual Stimulation. Pemimpin dalam transformasional bukanlah ia yang gemar maju dan berhasil sendiri. Ia adalah seorang yang mampu merangsang anggotanya untuk meningkatkan kecerdasan, kreativitas serta inovasi mereka juga menumbuhkan pemikirian cermat dalam memecahkan masalah
- Individualized Consideration. Jika mengacu pada tiga ciri sebelumnya maka dapat terlihat secara gamblang jika pemimpin transformasional adalah seorang yang amat sangat mempertimbangkan kemampuan anggotanya. Seorang pemimpin dengan kemampuan melihat, memperlakukan, memberikan perhatian kepada anggotanya secara individual sesuai dengan kemampuan mereka pribadi. Tak hanya sekedar mendengarkan saran atau kritik dari masing-masing individu, nantinya ia akan melatih juga mengembangkan kemampuan mereka.
10. Transaksional
Max Weber adalah orang pertama pengagas teori kepemimpinan transaksional yang kemudian dikaji lebih dalam oleh Bernard M. Bass pada awal 1980an. Kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan yang menitik beratkan pada sistem hadiah dan hukuman untuk memastikan jika seluruh anggota organisasi melaksanakan tanggung jawab mereka dengan baik dan benar. Pemimpin dalam gaya transaksional lebih terpusat pada koordinator, pengawasan dan penilaian kinerja. Ia juga bertanggungjawab untuk mempertahakankan kinerja organisasi dengan mengelolanya sebaik mungkin dan memfasilitasinya.
Walau terkesan kaku namun gaya kepemimpinan ini sebenarnya berjalan layaknya simbiosis mutualisme. Baik anggota, pemimpin hingga organisasi sama-sama diuntungkan. Jika anggota dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target dan ketentuan organisasi maka ia akan mendapatkan hadiah atas kerja kerasnya begitu juga jika ia lalai maka ada hukuman menanti.
Gaya kepemimpinan transaksional atau manajerial ini sangat berguna kala menghadapi krisis. Seluruh elemen organisasi tahu pasti apa yang harus mereka lakukan untuk segera menyelesaikan krisis yang tengah terjadi (Quamila, 2020).
Lalu dari sepuluh gaya kepemimpinan ini manakah yang lebih baik untuk organisasi? Sebenarnya masing-masing dari gaya kepemimpinan tersebut mempunyai kelebihan juga kekurangan tersendiri, mereka cocok digunakan dalam beberapa kondisi tertentu misalnya gaya kepemimpinan otokratis cocok untuk kemiliteran, delegatif untuk start up dan transaksional cocok saat menghadapi krisis.
Jadi, mana nih gaya kepemimpinan organisasimu?
Pemimpin terbesar belum tentu merupakan orang yang melakukan hal-hal besar. Dia adalah orang yang membuat orang lain melakukan hal-hal besar.
Ronald Reagan
Sumber :
- Abdi, H. (2019, April 1). Fungsi Organisasi, Pengertian dan Tujuannya yang Harus Kamu Ketahui. Retrieved from liputan 6: https://hot.liputan6.com
- Prawiro. (2018, Mei 28). Pengertian Organisasi, Tujuan, Ciri-Ciri, dan Unsur-Unsur Organisasi. Retrieved from maxmanroe.com: https://www.maxmanroe.com
- Quamila, A. (2020, Desember 23). Ciri-Ciri Kepemimpinan Transaksional dan Plus Minusnya. Retrieved from glints: https://glints.com/id/lowongan/gaya-kepemimpinan-transaksional
- Riadi, M. (2017, Agustus 17). Kepemimpinan Transformasional. Retrieved from Kajian Pustaka.com: https://www.kajianpustaka.com
- Rizka. (2020, Juni 02). 10 Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi dan Perusahaan. Retrieved from indozone.id: https://www.indozone.id/life/yBsdVg/10-gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi-dan-perusahaan/read-all
- Setiawan, P. (2021, Januari 26). Pengertian Organisasi – Tujuan, Ciri, Prinsip, Bentuk, Manfaat, Para Ahli. Retrieved from Guru Pendidikan: https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-organisasi/
- Trang, D. S. (2013). Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan. EMBA Vol.1 No.3, 208-216.
- Yudha, K. B. (2017, Juli 9). Ini 9 Jenis Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi, Sudah Tahu? Retrieved from finansialku.com: https://www.finansialku.com/gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi-teori-kepemimpinan/