Suku dan Bahasa Konjo
Suku dan Bahasa Konjo Terbesar Ada di Kecamatan Kajag Kabupaten Bulukumba

Mengenal Suku dan Bahasa Konjo, Populasi 500.000 Org

Diposting pada

Beritaku.Id, Budaya – Menyebut dan Mengenal Suku dan Bahasa Konjo sebagian besar tinggal di Butta Panrita Lopi atau Kabupaten Bulukumba, dengan jarak kurang lebih 200 kilometer dari Pusat Kota Makassar Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan.

Sebaran Suku Konjo

Suku Konjo tersebar pada 4 Kecamatan (Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Bontobahari dan Kecamatan Herlang), yang kesemuanya berada di Timur Kabupaten Bulukumba.

Daerah ini, murni semua memakai Bahasa Konjo dalam keseharian, terletak diujung selatan-selatan dari Sulawesi Selatan, atau tempat beradanya Titik Nol Sulawesi yakni di Kecamatan Bontobahari

Orang Konjo membangun kapal layar pinisi yang biasanya dikira dibuat oleh suku Bugis dan suku Makassar.

Disini terdapat perkampungan tradisional khas, dimana daerah ini mempertahankan nilai alami, termasuk penerangan listrik belum masuk dikawasan adat tersebut.

Motor pun tidak bisa masuk kedalam kawasan ini, di daerah ini terdapat hutan lindung yang memasuki tempat sakral ini, para pelancong atau pendatang yang akan masuk ke wilayah ini harus memakai pakaian serba hitam.

Suku dan Bahasa Konjo di Bulukumba
Suku dan Bahasa Konjo sangat kental di Daerah Timur Bulukumba

Namun jangan menyebut Suku Konjo hanya ada di Bulukumba, tapi suku ini juga terdapat di Sinjai, Barru, dan Kabupaten Gowa dipegunungan.

Populasi suku Konjo 500.000 jiwa tersebar disleuruh nusantara, 100% beragama Islam, dan belum ada satupun orang Konjo yang beragama Kristen.

Sebab dahuu kala, jika ada yang beragama Kristen, maka adat memutuskan untuk meninggalkan kampung halaman.

Perdebatan Soal Suku dan Bahasa Konjo

Pada sebagian orang (selain orang Konjo), menganggap bahwa Konjo bukanlah suku yang independen, melainkan Suku Makassar, dimana hanya karena dialektika saja yang berbeda dengan Makassar.

Namun, pada sebagian besar orang Konjo meyakini, bahwa Konjo adalah Suku yang berdiri sendiri, dan bukanlah Suku Makassar, hal ini ditemukan banyaknya kata-kata atau sekitar 80% Bahasa Konjo berbeda dengan Bahasa Makassar.

Pada rgumen lain, memandang bahwa Konjo merupakan batas antara Bahasa Makassar dan Bahasa Bugis.

Jika demikian adanya, benar bahwa Konjo adalah Suku, sebab tidak pernah ada dalam sejarah, satu turunan suku yang bersumber dari 2 suku yang berbeda jauh.

Maksud berbeda jauh adalah bahasa Bugis dan Bahasa Makassar.

Kerajaan-Kerajaan Di Kampung Bahasa Konjo

Terdapat beberapa kerajaan kecil di daerah Suku Konjo, disebut kerajaan kecil karena tidak sebesar kerajaan Gowa dan Bone.

Di Daerah Kajang, dengan Amma Toa, pada dasarnya Amma Toa adalah Raja, sebab ucapannya adalah titah bagi penduduku sekitarnya.

Kerajaan inilah yang paling besar dan masih bertahan hingga sekarang di kawasan Suku Konjo Bulukumba.

Bergerak kearah selatan Kajang, akan ditemui kerajaan kuno, yakni Karaeng Hero dan Langnge-langnge, dan penggabungan kedua nama tersebut menjadi asal muasalah Kerajaan Herlang.

Daftar nama Raja Herlang : Kr. Collong Dg Palalo, Kr Sattuang Dg Manyallang, Kr Hage Dg Mangka, Kr Puteh Dg Malla’langi, Kr Le’leng Langnge-Langnge, Jatting Kr Borong, Puang Toa Tipu Kr Lampo, Puang Kr Baluta Dg Malleo’ Puang Kr Makkarasang, Puang Kr Kilong Dg Mangalle, Puang Kr Pagunai Dg Tarima.

Keduanya dalam banyak hal masih berada di bawah pengaruh kerajaan kajang yang jauh lebih besar, dan serta turut dalam pemujaan yang d pimpin oleh Amma Toa (Usop, 1985).

Bahasa Dan Suku Konjo Yang Khas

Di selatan Hero dan Lange-lange terdapat kerajaan Tiro, Batang dan Bonto Tangnga yang merupakan kerajaan kuno pedalaman.

Seluruhya di gabungkan dalam kecamatan Bonto tiro pada tahun 1960-an. Secara tradisional kerajaan tadi bergabung pada pertanian khususnya jagung.

Kerajaan Tiro masing-masing bagian di pimpin oleh seorang pejabat dan gelar berbeda,merunut hierarkinya adalah sebagai berikut : Lompo, ’sang agung’ Erelebu, Gallarang yang bergelar Kalumpang; anrong tau, ibu rakyat, Caramming; kapala  Hila-hila; Macoa “yang lebih tua” diperbatasan selatan kalumpang, dan di tenggara Caramming, jadi ikatan terdekat Ara dengan Tiro adalah dua pemukiman ini.

Di selatan Bonto Tiro terdapat kecamatan Bontobahari sebab tanah di Bontobahari sangat tipis untuk mendukung kegiatan pertanian, desa-desa di Bonto Tiro secara tradisional menjadi penyuplai sebagian besar makanan yang di komsumsi BontoBahari untuk di pertukarkan dengan ikan, uang atau barang-barang dagangan.

Bontobahari terdiri dari kerajaan lama Ara, Bira, Lemo-Lemo dan Tanahberu. Dekatnya ikatan kekerabatan dan pertukaran ekonomi mengaitkan empat wilayah kuno ini.

Seluruhnya sangat bergantung pada laut mata pencaharian; Ara dan Lemo-Lemo mengandalkan nyaris hanya pada pembuatan perahu, sementara Bira dan Tanaberu pada perdagangan dan penangkapan ikan jarak jauh, dan kaum perempuan Bira juga memproduksi tekstil katun berkualitas tinggi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *