Mentan SYL Dinilai Aorgan
Kegiatan Menteri Pertanian di Provinsi Jambi (Sumber Foto: Kanal Youtube Kompas)

Pecat Saja Mentan SYL “Arogan & Tidak Beretika?”

Diposting pada

Syahrul Yasin Limpo arogan, sebab sebagai Mentan (Menteri Pertanian) mempertontonkan sifat tidak terpuji dengan mengusir wartawan, kasus ini mengundang respon pakar media, komunikasi ikut berkomentar. Benarkah ia pribadi arogan?

Siang itu, dengan menggunakan pakaian berwarna abu-abu, SYL (Syahrul Yasin Limpo) mendekati sebuah gedung dalam rangka pelepasan ekspor pinang ke negara Pakistan.

Selangkah sebelum memasuki ruangan, derap langkah rombongan berhenti, terdengar sahutan “keluar dulu, keluar dulu” gerakan melambaikan tangan kepada para awak media. Lelaki yang mendampingi pada posisi di samping kiri menteri pertanian.

Sejurus kemudian, menteri pertanian juga angkat suara, dengan gerakan tangan kanan yang berada pada bahu kiri, entah kenapa namun ada gerakan menggaruk pada bahunya tersebut.

Selepas itu tangannya memberikan aba-aba arah. Memberi kode kepada peliput, lengkap dengan kalimat “keluar dulu semua”.

SYL menjadi latah dengan ucapan lelaki yang mendampinginya, banyak yang menyebut bahwa yang bersangkutan adalah protokol mentan.

Kejadian pada 6 November 2021, pada Provinsi Jambi, kunjungan menteri pertanian (mentan) Syahrul Yasin Limpo, banyak mendapatkan kecaman. Karena dinilai arogan, mengusir wartawan yang tengah meliput kegiatan.

Banyak media dari berbagai poros telah memberikan komentar, dan menganggap bahwa kejadian tersebut merupakan sebuah tindakan yang tidak beretika. Oleh seorang menteri, tidak pantas mengusir wartawan.

Kunjungan tersebut ikut mendapingi adalah Gubernur Jambi Al Haris, pada acara itu. Di Desa Pudek III Kumpeh Ulu, Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Kenapa Mentan Usir Wartawan?

Harusnya insiden “pengusiran” ini tidak terjadi! Sebagai seorang yang berasal dari Makassar dengan budaya Siri na Pacce. Berpantang untuk melakukan perbuatan “tidak beretika itu”, harusnya!

Atau sudah semestinya? Namun kitab tafsir kita berbeda.

Sebaiknya kita melihat, alas dasar kenapa para wartawan ada pada lokasi tersebut.

Jika membaca surat nomor B-1876/HM.160/K24.B/11/2021 perihal undang, tertanggal 1 November 2021, oleh Badan Karantina Pertanian, Balai Karantina Kelas I Jambi, Kementrian Pertanian.

Undangan untuk para wartawan, dengan bubuhan tandatangan T. Noerrahcman sebagai kepala Balai. Untuk beberapa peliput:

  1. Kompas (Suci Annisa)
  2. INews (Rifki R.)
  3. Antara News (Nanang),
  4. Vivanews (Syarifuddin N)
  5. Jambi Independen (Gita)
  6. Rubrik Jambi (Nia)
  7. Pedestrian Jambi (Andre)
  8. Selayang.Id (Manang)
  9. Tribunnews Jambi (Yoga)
  10. Jambiline (Sofwan).

Namun pada lokasi, tidak hanya ada 10 orang namun lebih dari itu, diduga ada media lain yang tidak tercatat dalam undangan tersebut.

Yang memberikan reaksi via rekaman dan terpublikasi melalui kanal Youtube Kompas.com. Adalah Suci Annisa, yang merasa sangat keberatan dengan tidakan mentan tersebut.

Pernyataan Suci Annisa

Ketua IJTI (Ikatan Jurnalis Tivi Indonesia) Pengurus Daerah jambi. Meminta Menteri Pertanian memohon maaf kepada seluruh awak media di Jambi.

“Tanpa media, tidak akan ada pemberitaan dan tanpa media orang tidak akan kenal dengan bapak” pernyataan ini bersambung dengan langkah melaporkan kasus tersebut pada ketua IJTI pusat. Nada mengancam.

Suci Annisa Kompas
Suci Annisa Jurnalis Kompas

Pernyataannya pada kanal youtube tersebut mendapatkan komentar beragam, termasuk yang mengecam sikap wartawan yang tanpa melakukan klarifikasi dan langsung memuat (menerbitkan) sebuah liputan.

Benar saja, bahwa tindakan ini terlihat emosional dalam menanggapi “sikap mengusir” menteri pertanian tanpa melakukan klarifikasi secara langsung. Namun dengan nada mememinta menteri memohon maaf.

Ada kesalahan apa yang luar biasa dari kejadian tersebut sebagai sebuah kesalahan besar dan mewajibkan seorang menteri untuk memohon maaf.

Mengulas pernyataan Suci Annisa bahwa bahwa tanpa media, tidak ada orang yang kenal bapak, juga sebuah pernyataan tendensius.

Yang memposisikan Subjek dalam hal ini menteri pertanian sebagai orang yang tidak ada apa-apanya tanpa media.

Kecaman Ketua DPP SPRI

Ketua Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) ikut ambil bagian dalam kasus tersebut. Melalui ketua DPPnya yakni Hence Mandagi sebagaimana pada media membagikan pernyataannya.

Mengutip pasal 18 ayat 1 pada UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Tidak tanggung-tanggung, yang bersangkutan memberikan masukan kepada Presiden untuk memasukkan SYL dalam daftar menteri yang akan di reshuffle.

Pernyataannya mendapat kecaman dari berbagai pihak, sebab menganggap pernyataan Ketua DPP SPRI tersebut tidak sesuai substansi dan bukan sebuah pelanggaran berat.

Tak hanya sampai disitu, namun organisasi ini juga meminta polisi mengusut kasus tersebut. Yang menjadi pertanyaan, kasus yang mana yang harus diusut? Nitizen makin bingung.

Namun menyambung daripada pernyataan Ketua IJTI Jambi dan Ketua Umum DPP SPRI, maka melalui penelusuran, kami mengumpulkan berbagai data mengenai siapa Syahrul Yasin Limpo, yang sekarang menjabat sebagai Menteri Pertanian.

Siapa Itu Syahrul Yasin Limpo?

Tahun 1955, tepatnya pada 16 Maret, ia lahir, yang pada tahun 1967 menyelesaikan pendidikan pada SD Mangkura Makassar. Tahun 1970 selesai pada SMP Negeri 6 Makassar, melanjutkan pendidikan pada SMA Katolik Cenderawasih tahun 1973.

Setelah itu menjadi Kepala Desa Karabasse Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Selanjutnya pada tahun 1980 terangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

Menyelesaikan S1, S2 dan S3 Pada Universitas Hasanuddin, serta mendapatkan ilmu tambahan S2 pada LAN.

Menjadi pejabat yang merangkak dari arus bawah maka itulah SYL. Setelah menjadi Kepala Desa kemudian ia bergerak naik menjadi Camat Bontonompo, kemudian menjabat Kepala Biro, Sekwilda Gowa. Selanjutnya menjadi Kepala Biro Sekwilda Provinsi.

Bupati 2 Periode

Yang banyak terpotret adalah posisi startingnya sebagai Bupati. Sehingga ia tercermin sebagai politisi murni. Padahal tidak demikian, sebab kenyataannya ia merupakan seorang pegawai negeri sipil.

Birokrat yang menjadi politisi, mungkin demikian tepatnya.

Dalam posisi sebagai Bupati 2 periode, akhirnya ia menjadi Wakil Gubernur tahun 2003 mendampingi Amien Syam (mantan Bupati Enrekang) yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Partai Golkar Sulsel.

Prestasi gemilang berikutnya adalah ketika pemilihan langsung kepada daerah (Gubernur) Sulsel. Pada pilkada tahun 2008.

Ia mengambil posisi menantang Petahana (Amien Syam). Sebuah pilihan yang berani sebab masa itu Petahana memiliki kans kuat.

Dengan mengambil Agus Arifi Numang sebagai Wakil Gubernur, ia berhasil memenangkan Pilkada tersebut, menumbangkan petahanan.

Sekaligus menempatkan dirinya sebagai Gubernur pertama Sulsel melalui Pilkada Langsung.

Pada pilkada tahun 2013, ia kembali memenangkan pertarungan dengan pasangannya selama 2 periode Agus Arifin Nu’mang.

Gestur Menteri Pertanian

Kembali ke kasus yang terjadi pada Provinsi Jambi bahwa ia merupakan orang yang arogan. Sebenarnya banyak data dan sumber yang menyebutkan bahwa SYL merupakan pribadi yang baik dan sangat santun kepada orang lain.

Untuk hal tersebut, maka mari kita mencoba membuka video viral tersebut.

Bahwa tidak ada ucapan Syahrul yang tidak beretika secara sosial.

Bahwa yang ia lakukan adalah mengusir wartawan sebagaimana sangkaan media beberapa hari terakhir, justru video ini menunjukkan gestur sopan. Jauh dari kata arogan.

Kita bisa menyaksikan bagaimana ia tersenyum dengan sapaannya pada pagi itu.

Sehingga mendefinisikan arogan, entah subjektifitas mana yang sensitif dengan kejadian tersebut.

Sebab nitizen banyak menilai, bahwa beberapa “wartawan” yang merasa tersinggung dengan kejadian itu sebagai sebuah prilaku yang terlalu didramatisir. Seakan sebuah pelanggaran berat.

Pecat Saja Mentan

Sampai disini, berhempus isu, “pecat saja mentan”, “Begini rasanya menteri luar Jawa”. Kedua pernyataan ini melampaui kewenangan penduduk Indonesia. Sebab sisi pecat memecat menteri adalah “hak veto” seorang presiden.

Berikutnya pernyataan menteri luar Jawa merupakan sebuah pernyataan yang rasis, tentu tidak melambangkan nilai nasionalisme.

Puto Salama SYL Kajang
SYL dalam penobatan Adat Kajang

Maka melalui tulisan ini kita berharap, media tidak terlalu sensitif menanggapi kejadian tersebut. Serta mengharapkan Menteri Pertanian tetap fokus membangun negeri.

Soal permohonan maaf menteri pertanian, sudah terwakilkan oleh Gubernur Jambi, sebagai representasi Kepala Daerah di Provinsi Jambi tersebut.

Selanjutnya kita mengharapkan pula, media tidak terfokus pada perdebatan tidak sunstansif. Sebab yang harusnya menjadi berita utama adalah bagaimana kelanjutan ekspor pinang.

Yang tentunya menjadi komoditas dalam menggerakkan roda ekonomi pada Provinsi Jambi. Waalhu Wa’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *