Muslimin Bando
Sebelum Jadi Bupati Enrekang Pada Tahun 2013, Muslimin Bando Adalah Loper Koran Tahun 1983 Di Makassar (Foto:Istimewa)

Muslimin Bando, Bupati Enrekang Loper Koran di Tahun 1983

Diposting pada

Bupati Loper Koran Saat Mahasiswa

Beritaku.Id, Politik – Bumi Massenrempulu, atau Kabupaten Enrekang dengan luas, 1.876 Km persegi, dipimpin oleh Muslimin Bando Jumat (31/1/2020).

Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Enrekang ± 236 Km sebelah utara Makassar.

Secara administratif terdiri dari 12 kecamatan defenitif terdapat 129 kelurahan/desa. Yaitu 17 kelurahan dan 112 desa, dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 Km².

Terletak pada koordinat antara 3o 14’ 36” sampai 03o 50’ 00” Lintang Selatan. Dan 119o 40’ 53” sampai 120o 06’ 33” Bujur Timur.

Bupati Enrekang Loper Koran

Muslimin Bando menjadi Bupati Enrekang tidak pernah bermimpi menjadi seorang Bupati.

”Tidak selembar daun pun yang jatuh ke tanah tanpa seizin Allah. Termasuk pula amnah masyarakat yang diberikan kepada saya sebagai bupati. Itu semua terjadi atas izin Allah,” kata Bupati Enrekang 2 Periode tersebut.

Ia bahkan sama sekali tidak pernah menyangka garis tangan akan membawanya ke jabatan yang diembannya saat ini. Sebagai orang nomor satu di Bumi Massenrempulu.

Selama ini dirinya berjuang keras dalam hidup, bukan berjuang keras untuk menjadi seorang Bupati.

Namun Allah yang mengatur takdir setiap orang.

Allah yang menimbang nasib setiap umatnya.

Dalam menjalani hidupnya, lelaki yang memiliki saudara 17 orang tersebut, memiliki pengalaman perjalan hidup yang bisa menjadi inspirasi.

Lahir sebagai anak seorang guru, melanjutkan pendidikan, baginya adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditunda.

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, namun memiliki keyakinan bahwa Allah maha melihat dan maha memberi.

Akan melihat usaha hambanya yang selalu berusaha, dan akan memberi kepada hambanya yang berjuang untuk mendapatkan apa yang dimintanya.

Mulai dari Sekolah Dasar hingga menuntut ilmu di Institut Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (IKIP), Bupati Massenrempulu yang menunjukkan kemandirian.

Ketika anak sebayanya belum terjun kekebun, maka dirinya setiap pulang sekolah, mengganti baju dan terjun ke kebun.

Ia juga menjadi peternak dan memelihara ulat sutra, aktifitas ini dilakukan ketika masih SD sampai SMA di Enrekang.

Tiba saatnya melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, di Makassar.

Di Makassar tidak ada kebun yang bisa digarap, bagaimana caranya mendapatkan uang?

Putar otak, dan menemukan ide menjadi loper koran, maka bangun subuh adalah menjadi keharusan. Baginya bukan masalah sebab kebiasaan bangun sholat subuh menjadi modal utama.

”Saya lima tahun merasakan menjadi loper koran saat kuliah. Itu saya lakukan untuk mendapatkan uang biaya kuliah dan membayar sewa kos,” tutur Muslimin.

Sepeda Ontel Muslimi Bando Jadi Kenangan

Dengan sepeda ontel, lelaki kelahiran 31 Desember 1956 tersebut mengingat rute yang dilaluinya adalah Jalan Garuda. Penghibur, Nuri dan keluar di Jalan Andi Mangerangi.

”Saya pakai sepeda singking (sepeda ontel) untuk mengantar koran ke rumah pelanggan. Itu saya lakukan setiap subuh dan pagi sebelum pergi kuliah. Itu di tahun 1983,” kenangnya. 

Bagi Bupati Enrekang tersebut, pekerjaan apapun itu, asalkan halal pasti akan dilakoninya.

Sebab ia telah diajarkan untuk selalu mandiri sejak masih kecil, melihat beberapa adiknya telah lahir.

Maka jiwanya untuk membantu orangtua adalah keharusan yang harus dilaksanakan.

Menjadi loper koran sambil kuliah bukan halangan, sebab pekerjaan atau aktifitas kuliah tidak terganggu dengan mengantar koran setiap subuh.

Muslimin kecil menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar Buntu Tangla, Kecamatan Masalle Enrekang pada tahun 1963.

Kemudian melanjutkan pendidikanya di Sekolah Menegah Ekonomi Pertama (SMEP) kelas jauh Kalosi pada tahun 1969 di Buntu Tangla.

Masuk SMEA Kalosi pada tahun 1972, kemudian melanjutkan pendidikanya di IKIP Ujung Pandang pada tahun 1976.


”Waktu kuliah, memasuki semester tiga saya mulai honor di sekolah swasta di Makassar. Sambil tetap jualan koran,” terangnya.

Setamat kuliah tahun 1981, suami Hj Johra ini mendaftar menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Iapun dinyatakan lulus dan ditempatkan sebagai guru di SMA N 229 Cakke. “Sambil mengajar saya bertani, beternak dan pengusaha hasil bumi,” ujarnya.

Dimana ada kemauan maka disitu ada jalan, Siapapun yang berusaha dengan sungguh-sungguh maka jalannya akan di Rahmati Allah SWT.

Kisah perjalanan Muslimin diangkat kepermukaan, menjadi inspirasi bagi kebanyakan orang, bahwa ketika dirinya berhadapan dengan kekurangan hidup, dirinya tidak mengeluh.

Tapi dijawabnya dengan berusaha dengan sungguh-sungguh, bangun pagi untuk mencari rezky, demi masa depan.

Bupati enrekang Muslimin Bando dulu adalah Loper Koran
Ilustrasi : Pekerjaan Loper Koran yang pernah dilakoni oleh Muslimin Bando saat ini Bupati Enrekang (Foto:Istimewa)

Namun Allah memberinya takdir tambahan sebagai bonus, yakni menjadi Bupati Massenrempulu.

Bahkan diperiode kedua, tanpa lawan, dan dirinya melawan Kotak Kosong.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *