Peperang tabuk dan mutah
Perang tabuk dan mut'ah (Foto: intisari.grid.id)

Peperangan Tabuk dan Mutah: 2 Persamaan, Perbedaan

Diposting pada

Peperangan Tabuk dan peperangan Mutah memiliki kisah menariknya tersendiri. Dari kedua peperangan tersebut ternyata terdapat sebuah persamaan serta perbedaan yang bisa kita simpulkan. Apa sajakah itu? Mari kita simak penjelasan selengkapnya.

Beritaku.id, Berita Islami. – Bunyi dentuman alas kaki pasukan memecah keramaian.  Terlihat gigil ketakutan yang bersembunyi dari balik kejauhan. Melihat, mengamati, hingga akhirnya mengurungkan niat untuk bertempur melawan pasukan besar muslim yang telah sampai di tanah Tabuk.

Oleh: Ulfiana (Penulis Berita Islami)

Di awal masa penyebaran islam, terdapat beberapa peperangan yang pernah terjadi. Peperangan itu terjadi salah satunya di sebabkan karena mempertahankan diri dari kedzaliman pihak yang tak menyukai islam.

Islam di pandang sebagai sesuatu yang anomali di zaman itu karena pengikut pertama kalinya adalah orang-orang gurun. Kebanyakan orang –orang arab adalah seorang petani dan penggembala, namun tak jarang banyak pedagang sukses yang kaya raya.

Namun tetap saja, para pemilik kekuatan besar dari seberang memandang islam hanya sebelah mata.

Pada akhirnya, beberapa kekuatan besar yang berkuasa saat itu, di buat takjub dengan tumbuhnya islam menjadi kekuatan besar. Peperangan pun akhirnya tak bisa terhindarkan.

Beberapa peperangan besar yang pernah terjadi adalah perang Tabuk dan perang Mutah. Bagaimana berlangsungnya perang tersebut? Berikut penjelasan selengkapnya.

Berita Singkat Peperangan Tabuk

Peperangan Tabuk terjadi di bulan Rajab, tepatnya pada tahun 9 H. Yaitu, tahun 630 M. Lokasi peperangan ini yaitu di daerah Tabuk. Tabuk merupakan daerah yang berjarak 683 km dari kota Madinah.

Perang ini terjadi setelah adanya perang Mutah. Rasulullah SAW sendiri yang memimpin perang Tabuk.

Menurut sumber, ada beberapa hal yang melatar belakangi terjadinya perang Tabuk. Diantaranya yaitu, adanya keinginan dari pihak musuh untuk membalas kekalahan mereka di perang Mutah.

Juga, pihak musuh berusaha untuk mendominasi kembali wilayah dari jazirah arab bagian utara yang pernah mereka kuasai. Hal itu menyebabkan stabilitas politik di bagian utara jazirah arab menjadi tidak stabil.

Rasulullah SAW bersama kaum muslim berusaha untuk menghalangi dominasi dari pihak musuh itu. Hal itu karena, agar daerah tersebut bersih dari ancaman musuh. Sehingga, dakwah islam di sana berjalan dengan lancar.

Ketika mendengar akan terjadi ekspedisi ke Tabuk, para sahabat berusaha untuk berlomba-lomba dalam mensedekahkan hartanya. Diantara sedekah yang tak tanggung-tanggung adalah dari Utsman Bin Affan, Umar bin Khatab serta Abu Bakar.

Mereka bersedekah hampir separuh lebih dari jumlah harta yang mereka miliki. Semua dana itu untuk mendanai logistik pasukan saat perang di Tabuk.

Perjalanan ke Tabuk

Selanjutnya, kaum muslimin yang di pimpin langsung oleh Rasulullah SAW berangkat menuju Tabuk. Sedangkan Madinah, di titipkan pada Ali Bin Abi Thalib untuk menjadi pemimpin sementara.

Saat itu cuaca begitu ekstrim. Matahari menyengat sangat panas membuat perjalanan terasa lebih berat. Namun, semua hal itu tak lantas menyurutkan semangat pasukan muslim.

Baca juga beritaku: Kisah Panglima Perang Terbaik Khalid Bin Walid

Mereka tetap melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai ke Tabuk.

Ketika telah berada di Tabuk, pasukan musuh yang di tunggu tak kunjung datang. Bahkan, mereka menunggu hingga 20 hari lamanya. Namun, tak terlihat tanda-tanda kedatangan mereka.

Akhirnya, pasukan muslim pulang dengan selamat tanpa sempat ada perlawanan dari pihak lawan. Meski pulang tanpa menemui musuh, nama pasukan muslim justru semakin di segani.

Mereka menjadi pasukan yang sangat di perhitungkan karena cukup kuat melakukan ekspedisi ke Tabuk saat kondisi sedang ekstrim.

Sebenarnya, ketika ada di Tabuk itu, Rasulullah SAW meminta Khalid Bin Walid untuk mengamati situasi. Jikalau ada, pasukan bizantium yang terlihat, pasukan muslim bisa bersiap-siap. Namun, lagi-lagi tak nampak sedikitpun tanda kedatangan dari mereka.

Akhirnya Rasulullah dan umat muslim memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjalin kerja sama dengan warga sekitar Tabuk. Baik dari umat yahudi, nasrani maupun suku badui yang ada di kawasan tersebut.

Perang Tabuk, Siapa Lawan Siapa?

Peperangan tabuk dan mutah
Awal perang tabuk (Foto: umma.id)

Lantas,  siapa pihak musuh yang sebenarnya ingin di hadapi itu? Berikut ini penjelasannya.

Pihak lawan yang sebenarnya di tunggu oleh kaum muslim dan tak kunjung datang adalah pasukan Bizantium Romawi. Ketika itu Bizantium Romawi berada di bawah kepemimpinan Heraklius.

Jadi, peperangan Tabuk ini sebenarnya terjadi antara pasukan Rasulullah dengan pasukan Heraklius Romawi Timur. Namun, pasukan Bizantium Romawi tak datang ke wilayah yang menjadi tempat bertemunya pasukan.

Ketika mendengar kabar bahwa pasukan muslim telah sampai di Tabuk, kaisar Heraklius begitu kaget. Padahal, cuaca sedang sangat ekstrim dan jaraknya juga tak dekat. Mereka membawa begitu banyak pasukan.

Ini menunjukkan kekuatan pasukan muslim sangat besar.

Sehingga, ia mengurungkan niatnya untuk membawa pasukan berperang dengan pasukan muslim di Tabuk.

Berapa Jumlah Pasukan Peperangan Tabuk

Dari penjelasan di atas, kita bisa mengetahui bahwa jumlah pasukan yang di bawa Rasulullah SAW sangat besar. Namun, berapa jumlah nominal dari pasukan besar tersebut?

Berikut selengkapnya.

Jumlah pasukan muslim yang di bawa adalah 30.000 orang pasukan. Tentu, jumlah ini sangat fantastis.

Untuk membawa pasukan dengan jumlah sebesar ini pastilah sangat tidak mudah.

Belum lagi, di tambah dengan cuaca yang sedang dalam kondisi panas ekstrim. Tentu salah satu yang menjadi poin menarik adalah masalah logistiknya.

Terdapat pengelolaan manajemen logistik yang baik dimana sumber logistiknya cukup dari sedekah para sahabat.

Jika di ulas lebih dalam, artinya jumlah yang di sedekahkan hingga cukup untuk 30.000 orang itu pastilah sangat besar.

Jadi, tak heran bahwa kaisar Heraklius mengurungkan niatnya untuk membawa pasukan untuk berperang melawan pihak muslim saat itu.

Hal itu karena, kaisar telah tau semangat jihad dari pihak muslim hanya akan membuat kekalahan pada pasukannya. Mereka telah memiliki niat yang sungguh-sungguh dan serius menghadapi peperangan ini.

Itu sebabnya, memilih mundur adalah cara yang paling aman menghindari kekalahan.

Cerita Singkat Perang Mutah

Apakah perang Mutah itu? Berikut ini adalah kisah singkat tentang terjadinya perang Mutah.

Perang ini terjadi di tahun 8 H atau 629 M, tepatnya di bulan Jumadil Awal.

Lokasi tempat terjadinya perang Mutah adalah di wilayah yang bernama Mutah. Wilayah ini merupakan wilayah dari dataran rendah Balqa yang ada di Syam.

Rasulullah kemudian memberangkatkan pasukan muslim yang ternyata jumlahnya lebih kecil dari jumlah pasukan lawan.

Namun, hal itu tak membuat pasukan muslim goyah. Peperangan berjalan dengan begitu sengit meski terjadi ketimpangan jumlah.

Pasukan muslim yang berjumlah sedikit itu justru membuat kewalahan pihak musuh.

Dalam perang tersebut, gugur tiga panglima besar islam yang memimpin. Hingga akhirnya, panglima perang di gantikan oleh Khalid Bin Walid.

Kepiawaian Khalid dalam memimpin pasukan membuat musuh merasa terdesak. Memang, sebelum masuk islam pun, Khalid telah terkenal sebagai seorang yang pandai dalam mengatur siasat perang.

Ketika terdengar kabar akan ada pasukan bantuan yang di kirim dari Madinah, hal itu membuat pihak musuh merasa goyah.

Hal itu karena, jumlah sekecil itu saja bisa membuat kewalahan. Apalagi, jika jumlahnya di tambah. Maka, akhirnya peperangan itu selesai dengan mundurnya pasukan musuh.

Siapa Melawan Siapa Pada Peperangan Mutah

Lalu sebenarnya, siapa pihak musuh yang di lawan oleh pasukan muslim tersebut?

Berikut penjelasannya.

Pihak musuh tersebut adalah pasukan bizantium yang di kirim ke syam.

Peperangan Mutah merupakan perang yang terjadi antara pihak muslim melawan pihak Bizantium Romawi Timur.

Dari pihak Bizantium di pimpin oleh kaisar Heraklius.

Perang ini merupakan serangan pertama kali dari pihak muslim ke wilayah yang merupakan daerah kekuasaan Bizantium.

Itu sebabnya, peperangan Mutah merupakan salah satu perang terpenting dalam sejarah islam.

Perang Mutah, Alasan Kejadian Peperangan

Adanya perang Mutah di sebabkan karena adanya pembunuhan beberapa orang islam oleh penguasa wilayah Syam. Saat itu, Syam sedang di kuasai oleh kekuasaan Bizantium Romawi Timur.

Menurut sumber, berikut adalah kronologi penyebab pecahnya perang di Mutah.

– Al Harist Bin Umar Al Azadi merupakan seorang utusan dari Rasulullah yang memiliki misi untuk menyampaikan surat pada gubernur Syam.

Namun, gurbernur syam saat itu yaitu Hanits Bin Abi Syamr Al Ghassani justru membunuhnya ketika menyampaikan surat.

– Belasan Bani Sulaiman yang di utus Rasulullah di daerah Dhat Al Talh di bunuh oleh penguasa Syam yang berkuasa.

Tentu kesemua hal itu merupakan tindakan yang sewenang-wenang dari penguasa Syam. Itu sebabnya, Rasulullah SAW kemudian merencanakan serangan pertama pada kawasan wilayah bizantium romawi. Tepatnya di daerah Syam.

Selain itu, tujuan lain dari peperangan Mutah ini adalah untuk meluaskan penyebaran agama islam selain di wilayah jazirah arab. Syam merupakan wilayah yang cukup strategis untuk menghubungkan wilayah Irak dan Mesir.

Komposisi Prajurit Pada Perang Mutah

Rasulullah SAW mengirimkan pasukan berjumlah 3000 orang menuju wilayah Mutah. Pemimpin pasukan terdiri dari tiga sahabat nabi yang cukup terkenal.

Yaitu, Zaid Bin Harits, Abdullah Bin Rawahah, serta Ja’far Bin Abu Thalib. Selain itu, Khalid Bin Walid merupakan salah seorang yang ada dalam pasukan kiriman tersebut yang akhirnya menggantikan mereka.

Sedangkan dari pihak musuh, Heraklius mengirim 200.000 orang pasukan. Dimana 100.000 dari pasukan Byzantium Romawi, sedangkan 100.000 sisanya dari kaum Arab musyrikin.

Tentu jumlah ini berbeda begitu jauh, pasukan kecil melawan pasukan raksasa. Yaitu, 3000 : 200.000 atau 3 : 200.

Namun, meski dengan jumlah yang berbeda jauh, pasukan muslim tak mengurungkan semangatnya. Bahkan, semakin berkobar perjuangan mereka dalam melawan musuh yang berjumlah lebih besar itu.

Persamaan dan Perbedaan Peperangan Tabuk dan Mutah

Persamaan dan perbedaan perang tabuk dan mut’ah (Foto: republika.co.id)

Dari kedua perang di atas, sebenarnya kita bisa menarik kesimpulan bahwa perang Mutah dan perang Tabuk memiliki beberapa persamaan. Berikut ini adalah persamaan antara peperangan Tabuk dan peperangan Mutah.

  1. Pihak musuhnya adalah sama – sama kekaisaran Byzantium Romawi timur, di bawah pimpinan Kaisar Heraklius.
  2. Sama – sama kemenangan ada di tangan pihak muslim. Meski sebenarnya ada sumber yang mengatakan dalam perang Mutah, hasilnya adalah seimbang.

Sedangkan, meski sama-sama melawan Byzantium, terdapat perbedaan diantara keduanya. Antara lain adalah:

  1. Dalam peperangan Tabuk, tidak terjadi kontak fisik dengan musuh. Sedangkan dalam peperangan Mutah terjadi kontak fisik dengan musuh.
  2. Peperangan Tabuk di pimpin langsung oleh Rasulullah SAW sehingga perang ini masuk dalam kategori peperangan yang di ikuti Rasulullah ketika masih hidup.

Sedangkan untuk perang Mutah, Rasulullah SAW mengirim pasukan untuk berperang sehingga Rasulullah tidak mengikuti peperangan ini.

Akhirnya, demikianlah kisah lengkap dari peperangan Tabuk dan peperangan Mutah. Dari keduanya kita dapat belajar tentang semangat umat muslim saat itu.

Meski, jumlah pasukan nya sangat kecil dan bahkan tidak seimbang itu, tak lantas membuat mereka menyurutkan semangat dalam melawan kemungkaran.

Keimanan yang begitu tinggi, membuat Allah menghadiahi kemenangan bagi umat muslim tersebut. Sekian dulu, sampai jumpa di pembahasan selanjutnya!

Baca Juga Beritaku: Perang Ghatafan

Sumber:

  1. Perang tabuk
  2. Perang Mut’ah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *