Sungai Eufrat
Kondisi Sungai Eufrat

Eufrat dan Gunung Emas: Sejarah, Kisah dan Pendapat Para Ahli

Diposting pada

Sungai Eufrat dan gunung emas bagi umat Islam adalah dua hal yang sudah tidak asing lagi bagi umat islam karena disebutkan dalam Hadits dan menjadi salah satu tanda-tanda kiamat.

Beritaku.id, Berita Islami – Namun dari semua itu ternyata banyak cerita menarik yang bisa kita pelajari dari sungai ini, mulai dari sejarah hingga kisah politik yang mengikutinya.

Oleh : Nur Rahmawati Khairiah (Penulis Berita Islami)

Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak di gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pemanfaatannya dapat berupa sebagai sumber perairan untuk pertanian, transportasi, jalur perdagangan bahkan sebagai pembangkit listrik tenaga air.

Sungai Eufrat

Dalam peradapan Islam menyebutkan jika terdapat tiga sungai besar yang terkenal sangat sibuk baik di gunakan sebagai jalur perdagangan ataupun di manfaatkan oleh masyarakat.

Tiga sungai tersebut adalah Eufrat, Tigris dan Nill.

Sebagai sungai yang membelah Kota Baghdad, aktifitas di Sungai Eufrat dan Tigris sangatlah padat.

Para pedagang dapat melintas menuju Basra, Mosul, Teluk Arab, Kufa dan Tikrit melalui kedua sungai ini.

Masyarakat setempat pun turut membangun pelabuhan besar di masing-masing sungai yang mengarah ke Samudera Hindia.

Selain itu tersedia pula transportasi laut seperti perahu-perahu untuk mobilitas penduduk.

Hingga kini Sungai Eufrat masih tetap berguna sebagai salah satu sumber tenaga bagi beberapa negara.

Namun terdapat hal menarik terkait dengan sungai yang kerap di sebutkan dalam hadits sebagai tanda-tanda datangnya hari akhir.

Berikut ini penjelasan singkat mengenai Eufrat dan keterkaitannya dengan tanda-tanda akhir zaman.

Sungai Eufrat dan Peradabannya

Merupakan sungai terbesar di Asia Barat. Alirannya yang membentang melintasi tiga negara yakni Turki, Syiria dan Irak.

Sungai yang juga di kenal dengan nama Sungai Furat ini merupakan salah satu sungai besar serupa dengan Sungai Tigris dan menjadi ciri khas dari Mesopotamia atau tanah di antara sungai-sungai.

Sungai ini bermata air di Anatolia, Turki dan kemudian bermuara di Teluk Persia tepatnya di perpanjangan Teluk Oman yang berada di antara Jazirah Arab dan Iran (Rohimah, 2020).

Memiliki panjang 1.730 mil atau setara dengann 2.781 KM ini termasuk dalam perairan kuno dan telah ada sejak zaman prasejarah, Beberapa catatan sejarah menunjukkan jika dahulu kala ada manusia yang menghuni lembah dari sungai ini bahkan sebelum masuk Zaman Jamdet Nasr (3600 – 3100 SM) dan Zaman Wangsa Pradana (3100 – 2350 SM).

Para peneliti dan arkeolog menemukan beberapa situs kuno di sekitar Sngai Eufrat yang di perkirakan berasal dari peninggalan Bangsa Sumeria seperti Bangsa Sipar, Uruk, Adab dan Kis (Rohman, n.d.).

Bangsa Sumeria sendiri merupakan bangsa tertua yang menduduki kawasan Mesopotamia.

Bangsa ini muncul sekitar 3000 SM. Kehidupan awal Sumeria cukup sederhana yakni dengan berburu dan bercocok tanam.

Setelahnya mereka dapat berkembang sehingga dapat mempelajari cara menangani banjir, membuat benteng tanah, terowongan dan saluran air untuk mengalirkan aliran sungai.

Bangsa Sumeria dan Bangsa Assyira

Bangsa Sumeria mencapai puncaknya ketika berhasil membangun kota-kota dengan pemerintahan seperti negara atau city state.

Kemajuan sektor pertanian Sumeria antara lain di dukung oleh keadaan tanah sekitar Sungai Eufrat dan Sungai Tigri yang subur di samping keahlian bangsa ini dalam membangun irigasi (Prabowo, 2020).

Selain Bangsa Sumeria terdapat pula Bangsa Assyria. Bangsa yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Babilonia ini telah menetap di hulu Sungai Eufrat dan Tigris sejak 3000 SM.

Bangsa ini membangun dua kota besar yakni Kota Ashur dan Kota Niniveh.

Tidak jauh berbeda dengan Sumeria, salah satu keunggulan dari Bangsa Assyria adalah pertanian dan peternakan, Mereka memiliki hasil komoditas seperti gandum, zaitun, anggur dan beragam sayur mayur.

Selain itu Bangsa Assyria mampu melakukan inovasi dalam tata kota yakni dengan membuat bangunan dalam kota menjadi lebih kokoh dengan di lengkapi beberapa ornamen, hiasan serta pahatan yang menggambarkan kemiliteran atau peperangan (Prabowo, Assyiria, Peradaban Lembah Sugai Eufrat dan Tigris, 2020).

Baca Juga Beritaku: 9 Tanda Kiamat, Sungai Eufrat (Lokasi, Dan Kondisi Sekarang)

Konflik di Sungai Eufrat

Sungai Eufrat
Alirannya membentang melewati tiga negara

Membentang melewati tiga negara, sejarah mencatat jika telah terjadi beberapa kali konflik antara Turki, Syiria dan Irak terkait penggunaan serta pemanfaatannya.

Kemudian Terhitung sejak tahun 1960-an, konflik terjadi antara Turki dan Syiria saat keduanya berencana pemanafaatkan air sungai ini untuk irigasi dalam jumlah besar.

Pada tahun 1973, Syiria mendirikan bendungan yang cukup besar bernama Bendungan al-Thawrah sebagai sumber aliran irigasi dan pembangkit listrik.

Bendungan ini menciptakan waduh dengan luas 640 km persegi dan terkenal dengan nama Waduh Assad.

Pada tahun 1974 konflik semakin memanas ketika Irak menyerang bendungan milik Syiria di Tabqa menggunakan bom serta meletakan pasukan di sepanjang perbatasan karena kurangnya aliran sungai yang mereka terima.

Konflik kedua negara ini mereda pada tahun 1975 dengan Irak membangun sebuah bendungan untuk turut mendapatkan jatah pemanfaatan air Sungai Eufrat yang di beri nama Bendungan Keban (Sasongko, Sungai Eufrat, Sumber Ketegangan Politik , 2017).

Di sisi lain, Turki berada di atas angin setelah Bendungan Attaturk selesai di bangun pada Januari 1990.  

Bendungan ini merupakan bagian dari Projek Anatolia atau GAP dan termasuk dalam salah satu bendungan terbesar di dunia.

Bendungan ini memberikan keuntungan bagi seluruh negara yang berada di daerah aliran sungainya sebab dapat mengurangi ketidakmenentuan aliran alami dari sungai.

Kendati demikian, kehadiran Attaturk memberikan kesempatan besar bagi Turki untuk mempunyai senjata air demi melawan negara di bagian hilir (Setyawan, 2001, p. 29).

Gunung Emas dan Akhir Zaman

Sungai Eufrat
Ilustrasi peradaban masa lalu di hulu Sungai Eufrat

Arti Al furat atau Eufrat dalam bahasa Arab adalah air yang paling segar.

Rasulullah SAW menjelaskan jika salah satu tanda dari datangnya hari akhir adalah mengeringnya Sunga Eufrat sehingga muncullah gunung emas.

Kehadiran gunung emas ini mengundang manusia dari seluruh penjuru untuk berebut mendapatkannya.

Penjelasan tersebut terdapat dalam hadits riwayat Muslim menyebutkan jika hari kiamat tidak akan terjadi sampai Sungai Eufrat mengering sehingga menampakan gunung emas yang menyebabkan manusia saling membunuh untuk dapat menguasainya.

“Kiamat tidak akan terjadi sampai Al-furat mengering sehingga muncullah gunung emas. Manusia pun saling membunuh memperebutkannya. Dari setiap seratus orang yang memperebutkannya, sembilan puluh sembilan terbunuh. Setiap orang dari mereka mengatakan, ‘Semoga akulah orang yang selamat.’ (HR Muslim).

Baca Juga Beritaku: 3 Kajian Hadits, Sungai Eufrat Sudah Mengering, Kiamat?

Lalu apa kaitan Sungai Eufrat, Gunung emas dan akhir zaman?

Kawasan Sungai Eufrat terbentuk dari hasil tumbukan dua kerak benua yakni Lempeng Arabian dengan Eurasian yang kemudian berimplikasi dalam pembentukan dua zona mineral logam.

Dua zona tersebut adalah Zona Turki dan Zona Syiria-Irak.

Zona Turki merupakan zona magmatik yang dinilai sangat cocok untuk pembentukan mineral dan logam magmatik hidrotermal.

Sementara itu Zona Syiria-Irak merupakan zona cekungan depan busur mganatik yang terbukti tidak cocok untuk pembentukan mineral logan magmatik hidrotermal.

Jika melihat pada letaknya yang berada di Zona Tethys Belt, sungai ini di nilai strategis sebagai tempat pembentukan endapan mineral logam seperti perak, tembaga, molibdenum hingga emas.

Bagian hulu dari sungai ini memang tidak terlalu memiliki potensi ekonomi untuk menjadi tempat endapan emas tipe primer namun  terdapat kemungkinan lain yakni terdapat endapan emas tipe sedimenter yang terbentuk dari akumulasi proses pengendapan pada tubuh aliran sungai bagian selatan.

Untuk dapat melihat seberapa banyak kandungan endapan emasnya tentu perlu menunggu hingga sungai mengering (Renaldi, 2019).

Kendati demikian memang banyak ulama dan ilmuan yang memiliki penafsiran berbeda terkait apakah gunung emas yang di maksudkan dalam hadits tersebut bermakna denotasi atau konotasi.

Apakah benar- benar emas dalam jumlah tak terkira yang muncul atau kiasan seperti kandungan bumi lainnya yang setara dengan emas.

Ulama Syekh Yusuf Al-Wabil berpendapat jika gunung emas yang muncul adalah benar-benar gunung emas, bukan minyak bumi atau sejenisnya.

Hal ini mengacu pada lafaz ‘air sungai akan menyingkap gunung emas yang dilihat oleh manusia’, sehingga gunung emas tersebut akan tampak setelah air mengering bukan seperti minyak bumi yang berada di perut bumi dan perlu penggalian terlebih dahulu (Sasongko, 2017).  

Pertanyaan yang kerap muncul adalah apakah sungai dengan debit air yang begitu banyak seperti Sungai Eufrat ini dapat benar-benar mengering? Kapankah waktu itu tiba? Selama ini telah di ketahui jika Sungai Eufrat tidak pernah mengering meskipun terletak di kawasan Arab.

Sungai Eufrat Mengering Ketika Mendekati Kedatangan Imam Mahdi

Ibnu Hajar menjelaskan jika surutnya Sungai Eufrat akan terjadi mendekati kemunculan al Mahdi, Hal ini juga dijelaskan dalam kitab Al Burhan fi’ Alamat al Mahdi Akhir Az Zaman (Sasongko, 2017). Sehingga kapan waktu tepatnya sungai ini akan mengering tidaklah ada yang mengetahuinya.

Sebagai bahan pertimbangan perlu diketahui jika di Sungai Eufrat terdapat proyek pengembangan Anatolia wilayah Selatan atau di singkat GAP.

Projek ini memanfaatkan air Sungai Eufrat dan Sungai Tigris untuk mengaliri air ke 1.7 hektar tanah dengan membangun sekitar 22 bendungan dan 19 PLTA.

Selain itu menurut laporan NASA menunjukkan jika debit air Sungai Eufrat telah mengalami penyusutan sebanyak 144 juta kilometer kubik sejak tahun 2003 sampai 2010 (Aprilia, 2017).

Beberapa pendapat mengemukakan jika penurunan debit air di Sungai Eufrat dipengaruhi oleh keberadaan Bendungan Attaturk.

Saat bendungan ini selesai dibuat, Turki menahan seluruh aliran air Sungai Eufrat selama tiga puluh hari untuk pengisian waduk.

Bendungan Attatruk diketahui telah memotong sepertiga aliran dari Sungai Eufrat (Solopos, 2017).

Jika ditarik lebih dalam lagi, terdapat makna tersirat dari keringnya Sungai Eufrat dan kandungan gunung emas yang akan muncul setelahnya yakni pertikaian manusia dalam memperebutkan emas tersebut.

Baca Juga Beritaku: Ulul Azmi: Sejarah, Umat, Kisah Dan Mukjizat 5 Rasul

Pendapat Para Ahli Mengenai Hadits Gunung Emas

Menurut Al-Mubarakfuri, makna dari hadits mengenai gunung emas di Sungai Eufrat sebagai tanda hari akhir adalah mengingatkan manusia umumnya dan umat muslim khususnya untuk menghindari pertikaian dalam memperebutkan gunung emas yang konon ada di dasar sungainya.

Pendapat Al Mubarakfuri ini didukung oleh Imam Syamsul Haq Al-Azhim Al Abadi dalam Aunul Ma’bud-nya menjelaskan jika larangan mengambil emas ini adalah semata-mata untuk menghindari timbulnya fitnah dan pembunuhan (Choironi, 2019).

Terdapat pula hadits riwayat At Tirmidzi terkait kandungan emas dalam Sungai Eufrat dan larangan untuk mendekatinya,

“Hampir terbuka Al furat yang berisi simpanan emas. Siapa yang mendatanginya jangan sekali-kali mengambilnya.” (HR At-Tirmidzi).

Demikianlah penjelasan singkat mengenai Sungai Eufrat dengan tanda-tanda datangnya hari akhir.

Kendati tak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti kapan Sungai Eufrat akan mengering dan menghadirkan endapan emas namun satu hal yang pasti jika peringatan atas menjauhi emas di Eufrat untuk menghindari pertikaian dan pembunuhan benar adanya.

Semoga disisa waktu yang masih ada kita mampu memafaatkannya dengan sebaik dan semaksimal mungkin untuk kehidupan abadi kelak.

Sumber :

  1. Aprilia, A. (2017, Mei 31). Jelajah Islam : Mengenal Sungai Eufrat yang Sering disebut dalam hadis Rasul. Retrieved from oketravel:
  2. Choironi, U. M. (2019, Maret 25). Kajian Hadits Tanda Kiamat, Sungai Eufrat yang Mengering. Retrieved from nuonline:
  3. Prabowo, G. (2020, November 11). Assyiria, Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris. Retrieved from Kompas:
  4. Renaldi. (2019, Mei 22). Sungai Eufrat dan Gunung Emasnya. Retrieved from Dongeng Geologi:
  5. Rohimah, S. (2020, April 18). Pesan Dakwah KH Zulkiflu Muhammad LC., MA dalam Ceramah di Youtube. Retrieved from Repositori UIN Sultha Jambi:
  6. Rohman, T. (n.d.). Misteri Sungai Eufrat, Salah Satu Penanda Kiamat di Jazirah Arab. Retrieved from Phinemo:
  7. Sasongko, A. (2017, Agustus 31). Gunung Emas dari Sungai Eufrat. Retrieved from Republika:
  8. Sasongko, A. (2017, Januari 23). Sungai Eufrat, Sumber Ketegangan Politik . Retrieved from Khazanah:
  9. Setyawan, W. B. (2001). Karakteristik Sumberdaya dan Proses Pesisir : Alasan Perlunya Kerjasam Dalam Mengelola Wilayah Pesisir. Energi, Sumbedaya Alam dan Lingkungan, BPPT, 23-32.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *