Dalam kehidupannya, masyarakat Indonesia mengenal bahasa nasional, Inggris, daerah, dan bahasa gaul. Bahasa gaul sendiri bisa berasal dari ketiga bahasa tersebut, namun memiliki arti yang berbeda, terutama dalam kehidupan sosial kaum milenial. Contohnya adalah gateli serta 5 istilah gaul lainnya.
Beritaku.id, Budaya – Kehidupan di era modern ini dikelilingi oleh frasa, kata, dan gagasan baru yang mencerminkan budaya generasi milenial. Konseptualitas budaya milenial ini kemudian menjelma dan menjajah indra dengan mengandalkan pengaruh TV, iklan, tayangan YouTube, maupun dari anak muda di sekitar rumah.
Ditulis Oleh: Riska Putri (Penulis Berita Budaya)
“Bahasa” kaum milenial sekilas memang nampak berbeda, tetapi pada dasarnya kebanyakan anggota generasi milenial lebih dari mampu berbicara selayaknya orang pada umumnya. Adopsi “bahasa” baru kaum milenial sebetulnya muncul berbarengan dengan menjamurnya tren berkirim pesan singkat (SMS) dan media sosial.
Komunikasi mengandalkan SMS dan media sosial memiliki sifat real time, tanpa waktu tunggu berhari-hari bahkan berbulan-bulan seperti zaman berkirim surat dulu. Karenanya, generasi milenial cenderung menulis pesan dengan cepat, padat, dan singkat.
Hal tersebut juga menjadi salah satu alasan mengapa generasi milenial mulai berkomunikasi dengan menggabungkan steno, kata-kata gabungan, dan singkatan-singkatan yang memungkinkan mereka menyampaikan makna dengan cepat.
Kreativitas linguistik dan referensi budaya populer menjadi ciri khas “bahasa” kaum milenial. Beberapa frasa bahkan terlahir dari meme populer atau kesalahan seseorang di media sosial yang mereka anggap lucu, yang kemudian diformulasikan menjadi kosakata baru.
Asal Mula Kata Gaul Gateli
Leksikon dalam kamus bahasa milenial tidak hanya tren populer dan leksikon asing, sebagiannya berasal dari serapan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Contohnya seperti kata “aing” yang berasal dari bahasa Sunda.
Dalam Undak Usuk Basa Sunda, kata aing merupakan kata ganti orang pertama pada kamus Basa Kasar. Menurut tata krama, Basa Kasar sebetulnya adalah bahasa yang kurang patut diucapkan di hadapan siapapun. Tetapi, dalam praktiknya leksikon Basa Kasar kerap menghiasi perdebatan atau adu mulut diantara seseorang yang tengah bertengkar.
Selanjutnya, kata inipun mulai digunakan dalam percakapan antara orang atau teman yang sudah akrab, dan umum ditemukan dalam percakapan diantara anak muda. Kawula muda Sunda kemudian membawa kebiasaan ini ke ranah media sosial, yang selanjutnya menjadi salah satu serabut bahasa milenial di dimensi internet maupun fisik.
Fenomena ini terjadi pula terhadap leksikon bahasa Jawa. Ketika membicarakan bahasa Jawa, tidak jarang terjadi kebingungan dalam membedakan konsep ngoko dan kasar. Keduanya sering tercampur aduk karena sekilas nampak mirip, padahal keduanya adalah konsep yang berbeda.
Bahasa Ngoko
Ngoko adalah ragam bahasa dalam berbicara secara intim (akrab) dengan lawan bicara. Sementara itu, konsep kasar umumnya adalah leksikon untuk mengejawantahkan kejengkelan atau perasaan sejenis sebagai reaksi terhadap sesuatu.
Perhatikan contoh berikut:
- Yono esuk-esuk wis madhang.
- Yono esuk-esuk wis nguntal.
Kedua contoh di atas memiliki arti yang sama, yaitu “Yono pagi-pagi sudah makan”, dan keduanya sama-sama menggunakan ragam ngoko. Perbedaannya, pada contoh kedua kata yang digunakan adalah nguntal yang berarti “makan dengan menelan bulat-bulat”, dan merupakan bagian dari leksikon kasar.
Dari situ kita dapat melihat bahwa penutur menggunakan contoh kedua untuk mengekspresikan kejengkelannya sewaktu ia melihat tindakan Yono. Sama seperti dalam kasus bahasa Sunda, lama kelamaan kosakata kasar bahasa jawa pun menjadi serabut bahasa dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan anak muda.
Masyarakat daerah Jawa (terutama Jawa Timur) tentunya tidak asing dengan kata-kata seperti jancok, asu, damput, dan gateli/ngateli. Kata-kata tersebut sebetulnya merupakan kosakata kasar, tetapi seolah menjadi “bahasa gaul” sesama kawan yang tidak menyinggung satu sama lain.
Berkenaan dengan kata gateli, kata tersebut berasal dari gabungan kata “gatel” yang berarti gatal, dan imbuhan “li” yang merupakan kependekan dari kata “peli”. Dalam bahasa Indonesia, tidak terdapat padanan kata untuk peli, tetapi secara umum kata tersebut menunjuk pada kemaluan lelaki (penis).
Artinya, kata gateli memiliki arti “gatal pada kemaluan lelaki”.
Baca Juga Beritaku: Budaya Sex Bebas, Pergaulan Milenial: 3 Kebiasaan Adat Suku di Dunia
Pengertian Gateli dari Berbagai Daerah
Di kalangan anak muda Surabaya, sering terdengar lontaran kata gateli baik di dunia nyata maupun dunia maya seperti Facebook, Twitter, atau aplikasi berbasis chat lainnya seperti Line dan WhatsApp. Kata kasar ini ternyata memiliki arti berbeda dengan pengertian umumnya.
Dalam dialek Surabaya, gateli memiliki 2 arti, sebagai berikut:
- Arti pertama lebih condong ke arah fungsinya untuk menjelaskan sesuatu yang tidak disukai. Penggunanya bisa menekankan makna lebih lanjut dengan menambahkan imbuhan “cok” yang merupakan kependekan dari “jancok”. Contoh:
Andy : Kemaren gue liat cewek lo jalan ama si Kiky.
Bayu : Seng temen koen, gateli cok! Wedok koyok asu kabeh!
- Arti kedua merupakan gabungan dari dua kata yaitu “ga” yang berarti “gawa” dan “teli” yang berarti “tali”. Maknanya adalah kurang ajar, bodoh, dan tidak tahu aturan. Kata ini memiliki arti yang sama dengan kata “gapleki”. Contohnya:
Anis : Ris, tas mu ketinggalan nde kelas. Lali tak gowo eh.
Risha : Gateli kon, Nis!
Sementara itu, di wilayah Jawa Tengah kata gateli lebih condong merujuk pada sesuatu hal yang terasa menjengkelkan. Sepanjang perjalanan kehidupan, setiap manusia niscaya akan bertemu dengan seseorang yang menjengkelkan.
Saat bersinggungan dengan orang-orang tersebut, berbagai perasaan tercampur aduk menjadi satu. Mulai dari rasa marah, gondok, kesal, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Orang-orang menjengkelkan ini pun bisa datang dari mana saja, tidak peduli jenjang pendidikan, status sosial, agama, jenis kelamin, maupun suku bangsa.
Seorang beauty vlogger kenamaan Indonesia, Suhay Salim, pernah berseloroh bahwa manusia-manusia menjengkelkan layaknya kecoak yang tidak bisa musnah. Mereka akan selalu berdatangan dari segala arah, pada waktu-waktu yang tidak terduga.
Keberadaan manusia dengan sifat inilah yang menginisiasi munculnya istilah ngateli di kalangan masyarakat Jawa. Tetapi, sebetulnya kita patut bersyukur atas keberadaan mereka. Sebab orang-orang seperti inilah yang secara tak langsung mengajarkan kita untuk tidak mencontoh sifat menjengkelkan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman.
Baca Juga Beritaku: Komunikasi Efektif: 5 Manfaat, Kewajiban, Istilah, Penyusunan, Tips
Beberapa Kata Gaul Lain yang Mirip Gateli
Senada dengan masyarakat di pulau Jawa, penduduk pulau lain di seantero nusantara pun memiliki leksikon milenial yang berasal dari serapan bahasa daerahnya masing-masing. Jika menelusuri seluruhnya, mungkin kita bisa menulis buku kamus bahasa milenial, seperti artis senior Debby Sahertian dan Kamus Bahasa Gaul ciptaannya.
Dari ribuan leksikon, berikut 5 istilah yang paling terkenal di jagat maya.
Germet
Kata germet berasal dari tanah Sumatera, di ujung barat Indonesia. Berawal dari kelompok masyarakat Karo, kata ini akhirnya menyebar ke seluruh penjuru Sumatera, hingga akhirnya menjadi salah satu leksikon “resmi” kaum milenial Indonesia.
Dalam bahasa Karo, kata germet atau megermet memiliki arti teliti. Sementara diantara kalangan milenial, kata ini merupakan gabungan dari dua kata yaitu “germo” dan “metal”. Meskipun demikian, makna kata germet sama sekali tidak berhubungan dengan definisi kata “germo” yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Perlu diketahui bahwa germo adalah seorang lelaki hidung belang yang berperan sebagai pengasuh, perantara, atau pemilik pekerja seks komersial baik yang berusia dewasa maupun “cabe-cabean”.
Sementara makna dari germet lebih merujuk pada penampilan seseorang yang meniru gambaran klise seorang germo. Biasanya kata germet tertuju pada seseorang yang berpenampilan banyak gaya dengan kemeja yang 2 kancing paling atasnya sengaja terbuka, dan potongan rambut mohawk ala musisi band metal.
Kata ini memiliki konotasi negatif dan umunya digunakan sebagai bentuk cibiran atau sindiran pada seseorang.
Garpit
Selanjutnya, terdapat kata yang mungkin lebih akrab di telinga perokok, yaitu garpit. Kata ini adalah singkatan atau sebutan untuk rokok dengan merk dagang Gudang Garam Filter. Biasanya kata ini lebih umum di daerah Jawa Barat, meski kini sudah menjadi salah satu leksikon milenial nasional.
Seperti bisa ditebak, asal muasal kata garpit berhubungan dengan stereotip suku Sunda yang tidak bisa menyebut huruf “f” dengan fasih. Sebab itulah penyebutan “filter” berubah menjadi “pilter” di lidah Sunda, yang pada akhirnya berevolusi menjadi garpit.
Go Homers
Berikutnya adalah kata go homers. Berbeda dengan istilah-istilah sebelumnya, kata ini memiliki dua asal yang berbeda, yaitu dari bahasa Inggris dan singkatan “bahasa gaul” yang terkenal di era 1990-an.
Untuk yang berasal dari bahasa Inggris, kata ini mengacu pada kata dasar “go” yang berarti pergi dan “home” yang berarti rumah. Istilah go homers melekat pada siswa sekolah yang sering bolos di tengah jam belajar dan pulang ke rumahnya, atau pulang meninggalkan teman-temannya saat bermain atau nongkrong bersama.
Selain itu, istilah ini juga sering dialamatkan pada siswa yang tinggal di asrama atau boarding school yang sering pulang ke rumah dengan berbagai alasan.
Sedangkan arti lainnya adalah singkatan dari “gondrong homo”. Pada era tahun 1990-an kata go homers mengacu pada oknum siswa lelaki sekolah swasta di Jakarta Selatan yang terkenal sering memanjangkan rambutnya.
Penambahan kata “homo” merupakan bentuk perundungan verbal yang berasal dari diskriminasi terhadap kelompok penyuka sesama jenis. Menurut pandangan masyarakat pada saat itu, lelaki yang memanjangkan rambutnya di anggap berusaha menyerupai penampilan wanita, yang secara tak langsung menihilkan sifat-sifat maskulinnya.
Karena itu, kata go homers yang berasal dari bahasa Inggris memiliki konotasi yang lebih ringan, selayaknya cemoohan tak berbobot antar teman. Sedangkan go homers yang berasal dari era 90-an memiliki konotasi jauh lebih negatif, yang juga berhubungan dengan stigma masyarakat terhadap LGBTQ+.
Giling
Kata giling dalam kamus bahasa milenial memiliki arti berbeda dengan kata yang sama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata yang berarti “gila” ini meroket popularitasnya di tengah masyarakat setelah peluncuran Kamus Bahasa Gaul karya Debby Sahertian.
Sebelum terkenal sebagai bahasa gaul, kata giling lebih lumrah di tengah-tengah komunitas transpuan serta pekerja dan pengunjung setia salon kecantikan di seantero nusantara. Mengapa kelompok individu tertentu ini menggunakan kata-kata “ajaib” dalam berkomunikasi?
Alasan paling lazim adalah untuk menjaga kerahasiaan saat bergosip. Leksikon yang di pelintir artinya membuat individu di luar kelompok tersebut kesulitan, bahkan tidak mampu menafsirkan makna kalimat-kalimat “panas” yang terlontar sembari menikmati perawatan kecantikan.
Gumasep
Terakhir, kata gumasep yang berasal dari bahasa Sunda. Kata dasarnya adalah “kasep” yang berarti tampan dalam bahasa Indonesia. Sedangkan kata gumasep sendiri berarti “sok ganteng” yang biasanya digunakan sebagai cemoohan ataupun kelakar diantara teman.
Contoh penggunaan lainnya adalah ketika ingin mengingatkan teman sepegaulan yang terlalu berlebihan memperhatikan penampilan, tetapi ingin menyampaikannya dengan nada lebih ringan dan seperti bercanda.
Baca Juga Beritaku: Dugem dan Clubbing, Fakta dan Tata Cara Pergi Ke Tempat Dugem
Daftar Pustaka
- Wijana, I Dewa Putu. 2008. Kata-Kata Kasar Dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. https://media.neliti.com/media/publications/11852-ID-kata-kata-kasar-dalam-bahasa-jawa.pdf.
- Hagemaru. 2020. Jancok, Damput, dan Ngateli. Jakarta: Kompasiana. https://www.kompasiana.com/hagemaru_j/551b22e2a333119920b65ca7/jancok-damput-dan-ngateli?page=1.
- Arti Kata Gateli. Serba Tahu. https://www.serbatahu.com/arti/gaul/gateli.
- @adiwkf. 2007. Nggatheli. Wong Kam Fung. http://wongkamfung.com/nggatheli/.
- Arti Kata “Germet (Megermet)” Bahasa Karo dalam Bahasa Indonesia – Karo – Indonesia.Kamus Lengkap. https://kamuslengkap.com/kamus/karo-indonesia/arti-kata/germet.
- Kata Germet. ArtiKata. https://artikata.simomot.com/arti/gaul/germet.
- Arti Kata Go Homers. Arti Kata. https://artikata.simomot.com/arti/gaul/go-homers.