Budaya sex bebas yang tidak lepas dari pergaulan anak muda
Pergaulan remaja (Foto: lifestyle.okezone.com)

Budaya Sex Bebas, Pergaulan Milenial: 3 Kebiasaan Adat Suku di Dunia

Diposting pada

Budaya sex bebas, adalah pegaulan yang hingga kini menjadi PR semua lini masyarakat Indonesia, serta pemerintah. Namun, ada beberapa daerah di Indonesia, bahkan di dunia, mempunyai adat seks bebas sebagai budaya mereka. Jadi, bagaimana jelasnya?

Beritaku.id – Lifestyle_ Tirai malam datang dengan seribu cahaya yang menjelma begitu cantik. Hembusan angin menjadi pertanda, kau aku harus masuk dalam sebuah bilik bersama. Berjanji satu sama lain, hingga melepas sutera yang awalnya melekat pada diri sendiri. Menikmati, hingga mentari tersenyum kembali.

Oleh: Ayu Maesaroh(Penulis Lifestyle)

Muda penuh dengan gemerlap dunia. Penuh dengan segala pintu yang dapat mereka masuki, serta dapat mereka nikmati berbagai hal di dalamnya. Menepaki pintu baru, maka mereka akan melihat betapa manisnya suasana dan rasa yang ada di balik pintu tersebut.

Bertemu dengan banyak orang, berbagai bahasa serta suku. Membuat mereka betah, tak mau pindah. Hingga pada akhirnya mereka bertemu dengan insan, seketika berdegub jantung mereka. Saling mengenal, dan mengerti satu sama lain.

Hingga pada akhirnya, satu kalimat terucap dari mulut mereka “aku akan bersamamu, dan bertanggungjawab atas engkau”, meski belum ada kata “sah” antara mereka. Seketika hari demi hari, lambat laun, suasana berdua yang membuat nafsu menggelora.

Memaksa dua insan untuk tidak membendung hasrat tersebut. Mulai dari melihat rambut, lalu manisnya hidung, serta menggodanya senyum tipis di bibir. Memandangi satu sama lain, mendekat hingga menepiskan jarak. Lalu. akhirnya “satu malam” terjadi. Dan begitulah seks bebas kini. Budaya, yang semakin marak di generasi masa kini.


Sejak Kapan Budaya Sex Bebas Bermula?

Awal dari budaya sex bebas
Awal budaya seks bebas (Foto: beautynesia.id)

Seks bebas memang tidak bisa kita pungkiri. Meski sudah melakukan preventif dengan cara sedemikian rupa, namun nyatanya hal tersebut masih ada, seperti ibarat kata habis satu tumbuh seribu. Mereka akan terus ada dan memakan korban. Hal tersebut bukan tanpa alasan.

Terlebih dengan beberapa kota-kota besar di Indonesia, yang sampai detik ini budaya tentang seks bebas tersebut masih menjadi permasalahan hingga kini, terutama pada kalangan remaja, yang masih mempunyai hawa nafsu tinggi, dan belum bisa mengontrol dengan baik.

Namun, terlepas dari hal tersebut, budaya dari sex bebas ini, sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Seperti contohnya saja pada masa penjajahan Jepang. Yang mana dulu, wanita lokal menjadi objek pelampiasan para panglima mereka untuk memuaskan nafsu birahi mereka.

Juga pada masa penjajahan Belanda, yang mana memperlakukan wanita lokal atau wanita Indonesia, dengan semena-mena, serta “mempergunakan” mereka untuk pelampiasan nafsu birahi para panglimanya. Dan hal tersebut berlangsung sangat lama, sebelum Indonesia bangkit dari keterpurukan.

Baca juga beritaku: Seksisme: Eksistensi Era, Pengertian, Ketimpangan, Dampak, Dan Contoh

Hingga pada zaman 2000-an, Indonesia saja memiliki “sekte sesat” yang mana mereka juga mengaplikasikan seks bebas, dengan ditonton oleh para anggotanya. Lalu dalam sekte tersebut, para anggotanya tidak boleh mempublikasikan tentang jati dirinya, ke depan umum.

Jika melakukan hal tersebut, maka pertumpahan darah akan terjadi pada keluarga mereka. Ya, apa lagi jika bukan sekte Satria Piningit Weteng Bunowo. Yang mana di pimpin oleh seorang guru, yang mempunyai nama yang sama dengan nama sekte tersebut. Meski demikian, sekte tersebut sudah tidak ada.

Pasalnya pada tahun 2009, terungkap bahwasannya mereka melakukan seks bebas dengan cara mempertontonkan adegan tersebut kepada anggota-anggotanya.

Dan sekarang, seks bebas tersebut masih ada, dan eksis sampai detik ini. Terutama di beberapa kota besar yang ada di Indonesia. Hal tersebut merujuk kepada mereka yang hidup sendiri, dan tidak memperdulikan orang lain. Jadi, terlihatnya seperti sudah tidak ada, namun kenyataan berkata lain kepada kita.


Batasan Pengertian Pendidikan Sex Bagi Anak

Pendidikan seks bagi anak (Foto: alodokter.com)

Oleh karenanya, pendidikan seks sejak dini begitu penting, guna mencegah generasi kita selanjutnya terkena dampak dari budaya sex bebas ini. Karena, siapa lagi yang akan melindungi mereka, jika bukan kita sendiri, para orang tua. Harus ada kontrol penuh mengenai bagaimana, harus seperti apa, jika mereka di luar rumah.

Apa yang harus mereka jaga ketika mereka sudah menginjak remaja, bahkan sudah dewasa. Terlebih dengan celah masuk budaya sex bebas ini, yang semakin hari, semakin marak pada kalangan muda sekarang.

Untuk itu, yang perlu kita tanamkan kepada buah hati mengenai budaya sex bebas ini, salah satunya dengan memperkenalkan apa saja yang tidak boleh dan yang boleh mendapatkan sentuhan dari orang lain,terutama lawan jenis, seperti:

Usia Anak 0-3 Tahun

Dalam usia ini, anak harus mendapat pengenalan tentang apa saja nama organ tubuh mereka. Mulai dari bagian atas organ tubuh, hingga kaki, serta alat reproduksi. Dan untuk pemilihan kata, harus sesuai dengan umur dari si anak. Juga kenalkan dengan budaya yang hanya dilakukan di rumah, dan yang hanya dilakukan di tempat umum.

Usia Anak 4-5 Tahun

Batasan pemberian pendidikan seks terhadap anak usia demikian, para orang tua sudah mulai memberikan pengertian dar organ paling intim mereka, yakni alamt reproduksinya.

Bagaimana seorang wanita dapat hamil, dan laki-laki dapat membuahinya. Serta, bagaimana konsekuensinya. Untuk hal tersebut, di sarankan tidak boleh terlalu vulgar dalam pemilihan katanya.

Usia 6-8 Tahun

Usia ini sudah memberikan pengertian tentang masa pubertas, yang mana seperti masa menstruasi, mimpi basah, ejakulasi, dan sebagainya, adalah hal normal dan wajar dialami oleh setiap manusia yang ada di bumi. Sehingga mereka bisa lebih siap dalam menghadapi hal tersebut.

Usia 9-12 tahun

Adalah usia yang mana mereka mengalami hal itu. Hal tersebut merupakan wajar dialami, dan mereka tidak perlu panik. Maka sudah semestinya orang tua mengkomunikasikan tentang mereka yang sudah berubah, dan mulai beranjak dewasa.

Mereka akan mempunyai berbagai perubahan dalam tubuh mereka, dan hal tersebut wajar. Maka hal ini para orang tua harus menekankan kembali tentang mereka yang harus terus melindungi diri, agar tidak mengalami hal-hal yang belum bisa mereka tanggung konsekuensinya.

Usia 13-18 Tahun

Adalah usia yang mana ada rasa ketertarikan antara lawan jenis, dan hal tersebut wajar. Perlakukan mereka seperti teman, dan dari hal tersebut sudah wajar jika orang tua mulai membahas tentang hal-hal berbau seks, dengan tujuan agar mereka, dapat mengerti konsekuensi apa yang akan mereka dapat jika melakukan hal tersebut.

Termasuk dengan konsekuensi serta masa depan dari orang yang mereka ajak untuk melakukan hal diluar dugaan, seperti budaya dari seks bebas yang terus melanda ibukota, serta kota-kota lain di Indonesia.

Namun itu semua harus dikomunikasikan dengan baik, sesuai dengan umur dari buah hati. Karena dengan mereka mengerti konsekuensi yang akan mereka hadapi sejak awal, celah untuk menyelamatkan mereka dari budaya tersebut, akan ada, dan menjadi jalan keluarnya.


Arti Pergaulan Milenial

Ilustrasi pertemanan remaja milenial (Foto: republika.co.id)

Lalu, apa dari pengertian pergaulan milenial, seperti zaman sekarang ini? Pergaulan milenial adalah sebuah hal yang mana mereka mengenal satu orang dengan orang lain, lewat berbagai jalur dengan mudah. Apalagi dengan teknologi, yang memudahkan mereka terhubung dengan orang yang jauh sekalipun.

Baca juga beritaku: Body Seksi Ariel Winter, Kliki 34D, Penggemar Meleleh

Hingga pada akhirnya mereka bertemu, mengobrol satu sama lain, berbincang tentang banyak hal, hingga berlabuh pada hati ke hati. Yang kadang disalah artikan oleh generasi zaman sekarang.

Dan bermuara pada budaya sex bebas dengan kedok tanggungjawab, dan akan menangani konsekuensi bersama-sama, yang pada kenyatannya, belum tentu hal tersebut dapat mereka pertanggungjawabkan.

Data Tentang Kasus Seks Bebas di Indonesia

Budaya sex bebas yang semakin tidak bisa dipisahkan
Data remaja dengan seks bebas (Foto: halodoc.com)

Seks bebas memang tidak bisa lepas dari remaja milenial sekarang ini. Mereka bak senang berada dalam sebuah kolam, yang mereka lihat penuh dengan hiruk pikuk kesenangan, dan teriakan uforia bangga pada mereka sendiri, sebab perlakuan mereka yang tidak seharusnya mereka lakukan.

Alhasil jeritan yang berubah menjadi kasus, pun semakin menumpuk, hingga menjadi PR dari semua warga Indonesia, bagaimana caranya untuk meminimalisir adanya budaya seks bebas ini.

Data pada tahun 2018 saja, lebih dari 60% remaja dengan rentan usia masih remaja, mereka melakukan aborsi, karena mereka tidak siap untuk bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan. Hal tersebut bermanifestasi juga kepada kasus HIV / AIDS yang juga semakin bertambah.

Hingga pada tahun 2018, Badan Kementrian RI, mencatat sekitar lebih dari 50% generasi muda dengan rentan usia remaja, mereka sudah terkena HIV, dan prosentase AIDS sekitar lebih dari 30% dengan rentan usia lebih dari 20 tahun, mereka telah mengalami AIDS.

Sudah sepatutnya kita sebagai generasi penerus bangsa, hal tersebut perlu pencegahan sedini mungkin, dan secepat mungkin. Guna meminimalisir kasus pergaulan bebas yang semakin besar.


Kejadian Tentang Sex Bebas di Seluruh Dunia

Suku dengan adat seks bebas (Foto: sosok.grid.id)

Tapi bicara tentang budaya sex bebas ini, ternyata hal tersebut menjadi tradisi dari beberapa Negara, di dunia. Seperti misalnya dari Papua, Indonesia. Yang mana suku Trobiander, yang mana melibatkan seorang anak laki-laki usia masih belia, dalam aktivitas seksual. Hal tersebut juga dilakukan sebaliknya kepada anak perempuan mereka.

Adapun beberapa tradisi yang hampir sama, yang juga diterapkan di beberapa wilayah di dunia:

Wilayah Samudera Pasifik

Yang mana suku Mangaia, mereka juga menjadikan seks bebas sebagai tradisi di kehidupan mereka.

Yang mana anak usia sekitar 13 tahun, diajarkan bagaimana cara memuaskan wanita mereka nantinya saat sudah menikah, dengan mempraktekkannya dengan wanita yang lebih tua.

Baca juga beritaku: Dijalan Raya, 2 Wanita Cantik Berbusana Seksi Mandi Di Atas Motor

Suku di Kamboja

Suku Kreung di Kamboja, mereka juga mempunyai tradisi, yang mana ketika anak perempuan mereka sudah pada usia menikah, mereka akan berada di “pondok cinta”.

Setelah itu anak laki-laki yang ada pada wilayah tersebut, mereka biarkan untuk “bermalam” di sana, membiarkan wanita memilih siapa yang akan menjadi pendampingnya.

Suku di Nepal

Beberaoa suku di Nepal, mempunyai budaya untuk membolehkan wanita memiliki lebih dari 1 pria atau 1 suami. Hal tersebut merujuk kepada lahan pertanian yang semakin sempit, serta mengurangi keturunan yang semakin banyak.

Penutup

Itulah beberapa pembahasan mengenai budaya sex bebas. Yang mana pada intinya, kita sebagai generasi muda Indonesia, sudah sewajarnya untuk menghentikan budaya tersebut.

Hal ini merujuk kepada prinsip serta tujuan dari seks bebas, yang ternyata mengandung mudarat daripada manfaat bagi generasi muda Indonesia.

Sekian ulasan kali ini, semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka:

  1. https://www.merdeka.com
  2. https://www.halodoc.com
  3. https://www.liputan6.com
  4. Dian Novita Sari, dkk, “Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Pendorong, Terhadap Perilaku Seksual Di Desa Asuhan Daya Medan”, Jurnal Kesehatan Global, Vol 1, No 2, 2018, hal. 54

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *