Kisah Ali Bin Abi Thalib
Kehebatan Ali Bin Abi Thalib

Kisah Ali Bin Abi Thalib: Lahir Hingga Wafat

Diposting pada

Ali Bin Abi Thalib merupakan salah satu sahabat nabi yang memiliki kisah hidup yang sangat menarik. Mulai dari kelahirannya, sampai wafatnya, semua perjalanan itu begitu membekas bagi umat islam hingga saat ini.

Beritaku.Id., Kisah Rasul dan Sahabat. – Semakin tinggi pohon, maka semakin kencang angin berhembus kepadanya. Begitulah Ali Bin Abi Thalib menjalani sisa hidupnya ketika ia harus berjuang menegakkan apa yang hampir hilang.

Oleh: Ulfiana (Penulis Kisah Rasul dan Sahabat)

Ali bin Abi Thalib adalah sosok singa di padang pasir. Ia merupakan seorang yang gagah berani untuk maju ke depan memerangi kaum kafir yang menentang. Semua ia hadapi, hingga satu persatu berhasil ia tumbangkan.

Rasulullah SAW begitu menyayangi Ali bin Abi Thalib. Sampai-sampai ketika Ali bin Abi Thalib sakit mata, Rasulullah tetap mencarinya untuk memegang bendera perang.

Perangainya yang sering berkelakar membuat suasana diantara kaum muslimin di liputi oleh rasa kasih sayang. Ia cerdas dalam berbicara, dan ilmu yang menggunung tersimpan di kepala nya.

Kata Mutiara Ali Bin Abi Thalib

Ali Bin Abi Thalib juga merupakan sosok yang masuk dalam kesederhanaan Khulafaur Rasyidin. Ia adalah Khalifah ke 4 yang berusaha memegang teguh apa yang Rasulullah SAW ajarkan .

Ada begitu banyak pelajaran dari kisah hidup Ali bin Abi Thalib, mulai dari kelahirannya hingga hari wafatnya. Berikut ini merupakan kisah kelahiran Ali bin Abi Thalib:

Kisah Kelahiran Ali Bin Abi Thalib

Ali Bin Abi Thalib lahir sekitar tanggal 13 rajab 23 SH, atau pada tahun 599 M. Ia lahir tepat sepuluh tahun  sebelum wahyu kenabian turun pada Nabi Muhammad SAW.

Tanah kelahiran Ali Bin Abi Thalib adalah di tanah Hejaz. Tepatnya, di kota Makkah di Jazirah Arab.

Ibunya bernama Fatimah binti Asad dan ayahnya bernama Abu Thalib.

Ketika Ali lahir, Ibunya memberi nama Assad bin Abu Thalib. Nama Assad ini di ambil dari nama kakek Ali yang juga Assad. Arti Assad sendiri dalam bahasa arab adalah singa.

Filosofi dari keluarganya adalah, agar Ali menjadi tokoh yang pemberani dan di segani seperti singa di kalangan kaum Quraisy. Harapan itu terkabul ketika Ali telah dewasa, ia menjadi seseorang yang sangat terhormat.

Bahkan hingga hari ini, namanya akan selalu di segani oleh banyak orang.

Ketika Abu thalib mengetahui bahwa anaknya mendapat nama Assad, ia kemudian memanggil anaknya itu dengan nama Ali. Ali memiliki makna “tinggi”, yaitu “yang tinggi derajatnya di sisi Allah SWT”.

Demikianlah hingga akhirnya semua orang memanggilnya dengan nama Ali in Abi Thalib.

Rasulullah SAW bersama istrinya, Khadijah, mengasuh Ali Bin Abi Thalib sejak ia masih kecil. Mereka kemudian mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai putra angkatnya bersama Zaid Bin Haritsah.

Ali bin Abi Thalib tumbuh di lingkungan keluarga kecil Nabi Muhammad SAW bersama Khadijah hingga ia beranjak remaja. Itulah salah satu faktor yang mempengaruhi darimana kecerdasan Ali bin Abi Thalib berasal.

Kedekatan dan Kekerabatan Ali Bin Abi Thalib dengan Nabi Muhammad SAW

Ali Bin Abi Thalib merupakan seseorang yang paling dekat kekerabatannya dengan Rasulullah SAW. Ali adalah anak paman dari Nabi Muhammad SAW. Ia juga merupakan putra angkat dari Rasulullah SAW.

Serta, Ali bin Abi Thalib adalah menantu dari Rasulullah yang menikahi putri kesayangannya.

Hubungan Ali dengan Rasulullah SAW begitu dekat hingga tak heran bahwa Rasulullah SAW begitu menyayangi Ali bin Abithalib.

Ibu serta bapak dari Ali Bin Abi Thalib merupakan keturunan yang sama dari Abdu Manaf. Abdu Manaf  merupakan kakek buyut dari Muhammad SAW.

Dari jalur Ibu yaitu, Fatimah binti Assad bin Hasyim bin Abdu Manaf. Sedangkan dari jalur bapak yaitu, Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf.

Jalur nasab Rasulullah SAW dari jalur bapak  adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf.

Itu artinya, Ali bin Abi Thalib, baik dari jalur Ibu maupun bapak, tersambung hubungan nasabnya dengan Rasulullah SAW.

Selain itu, sejak kecil Ali bin Abi Thalib juga telah hidup bersama nabi Muhammad SAW dan Khadijah. Itu sebabnya, tali kasih diantara mereka bagaikan seorang bapak dan putranya.

Ketika Rasulullah SAW akan berhijrah ke Madinah, Ali bin Abi Thalib yang menggantikan Nabi Muhammad untuk tidur di kasurnya. Ini menunjukkan kecintaan Ali pada nabi Muhammad.

Semua itu karena, pada saat itu ia tau bahaya apa yang akan menimpanya jika ia tidur di kasur itu. Namun, ia tetap takzim dan percaya untuk kemudian menggantikan Rasulullah SAW menjalankan perannya disana.

Keteladanan Ali Bin Abi Thalib

Berikut ini merupakan keteladanan yang bisa kita tiru dari sosok Ali Bin Abi Thalib.

Peduli dengan Kaum fakir

Salah satu keteladanan yang ada pada diri Ali bin Abi thalib adalah kepeduliannya pada kaum fakir.

Ali bukanlah seorang yang sangat kaya. Bahkan, ketika menikahi Fatimah Binti Muhammad ia begitu miskin. Maharnya hanyalah sepotong baju besi. Ia dan fatimah hidup dalam kesederhanaan materi.

Suatu kali, pintu rumah mereka berbunyi. Ada seorang fakir yang sedang mengetuk pintunya. Fakir itu mengatakan bahwa ia begitu kelaparan.

Kaum Fakir Dan Miskin

Keluarga Ali yang saat itu hanya memiliki beberapa potong roti yang hanya cukup  untuk keluarganya, menyerahkan sepotong roti itu.

Tak lama kemudian, datanglah seorang anak yatim di depan pintu rumah mereka. Anak tersebut mengatakan bahwa ia kelaparan. Ali pun kemudian memberikan potongan roti yang lain pada anak tersebut.

Baru saja anak yatim itu pergi, terdengar bunyi ketukan di pintu rumahnya kembali. Kali ini datanglah seorang budak tawanan perang di depan rumah mereka. Ia mengeluh betapa laparnya ia tak memiliki makanan.

Akhirnya, dengan ikhlas Ali menyerahkan potongan terakhir kepada budak tawanan perang tersebut.

Ali bersama keluarganya tak memiliki makanan lain yang bisa mereka makan. Jadilah mereka hanya meminum air putih untuk mengenyangkan perut mereka.

Amanah dalam tugasnya

Keteladanan dari Ali bin Abi Thalib yang lain adalah ia bertanggung jawab pada tugas yang di berikan kepadanya.

Saat itu Rasulullah SAW akan berhijrah ke Madinah. Beliau kemudian mengamanahkan kepada Ali untuk mengembalikan barang-barang yang di titipkan oleh kaum Quraisy kepada Muhammad SAW.

Ali menjalankan tugas tersebut dengan bertanggung jawab. Satu persatu barang milik kaum Quraisy ia kembalikan kepada pemiliknya.

Ia rela menjalankan tugas tersebut meski akhirnya, ia tidak bisa berhijrah bersama Rasulullah SAW. Ali kemudian termasuk menjadi orang yang tertinggal dalam berhijrah ke Madinah.

Baca Juga Beritaku: Sifat Khusus Ali

Kepemimpinan Ali Bin Thalib Sebagai Khalifah

Tahun-tahun yang berat bagi umat islam saat itu sebenarnya adalah ketika wafatnya Umar Bin Khatab. Namun, wafatnya Umar bin Khatab ini hanya sebuah pintu dari fitnah besar yang akan muncul.

Waktu berganti dan mulai muncul pemberontakan yang menewaskan Utsman bin Affan. Di tengah kemelutnya umat muslim atas meninggalnya Utsman, Ali bin Abi Thalib naik menjadi Khalifah.

Tentu itu adalah hal yang sangat berat. Ketika memasuki kepemimpinannya, kondisi umat telah sangat tidak kondusif.

Bahkan, saat itu umat muslim mulai terpecah hingga Ali memindahkan ibu kota kekuasaannya menjadi di Kuffah, Iraq. Kepemimpinannya berlangsung selama 5 tahun.

Selama itu pula, mulai terjadi perang saudara yang merupakan buntut dari kekacauan sebelumnya.

Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah berusaha memimpin rakyatnya dengan meneladani kepemimpinan Rasulullah SAW. Ali tetap menyerukan amal makruf nahi munkar pada rakyatnya.

Ia adalah seorang pemimpin yang sederhana dan dekat dengan rakyat kecil.

Suatu ketika ia memasuki suatu pasar. Pakaiannya begitu sederhana dan selendang tersampir di bahunya. Tak ada pengawal yang menjaganya. Ia berjalan dan bertemu dengan seseorang yang tersesat di pasar tersebut.

Kemudian, tak segan ia menolong orang itu dan menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya.

Dalam perjalanan nya itu, ia berkata pada para pedagang agar bertakwa kepada Allah dan jujur dalam bermuamalah. Nasihatnya pada para pedagang itu adalah agar mereka adil dalam takaran serta timbangan untuk pembelinya.

Hal ini cukup menunjukkan betapa ia sebagai seorang pemimpin yang sangat di segani oleh rakyatnya. Cara kepemimpinan nya begitu adil sehingga ia tak ingin yang kuat mendzolimi orang-orang yang lemah.

Selain itu, Ia tidak membeda-bedakan seseorang berdasarkan struktur sosialnya. Ia menyatu bersama rakyatnya meski ia adalah pemimpinnya.

Ali merupakan sosok pemimpin yang merupakan teladan bagi semua pemimpin saat ini.

Keturunan dan Kisah Kematian Ali Bin Abi Thalib

Gurun Pasir Yang Tandus
Gurun Pasir Nan Tandus

Ketika menikah dengan Fatimah Binti Muhammad, Allah mengaruniai mereka tiga orang putra dan dua orang putri. Mereka adalah Hasan, Husain, Zainab, Zainab As Sugra atau Ummu Kultsum, dan Muhsin.

Setelah Fatimah wafat, Ali kemudian menikah lagi. Dari beberapa pernikahannya setelah Fatimah, ia mendapatkan tujuh belas orang anak. Keturunan Ali kebanyakan adalah seorang mujahid. Baik yang meninggal di medan pertempuran, maupun yang meninggal ketika masih kecil.

Kisah Kematian Ali bin Abi Thalib

Tahun itu tepatnya tanggal 19 Ramadhan tahun 40 H, atau jika dalam ukuran masehi adalah pada tanggal 27 Januari 661 M. Ali bin Abi Thalib melaksanakan sholat subuh di Masjid Agung Kuffah.

Ketika ia sampai pada gerakan sujud, terdengar bunyi teriakan.

“Penghakiman hanya milik Allah, bukan milik engkau wahai Ali!”.

Seorang yang berteriak itu menerobos jamaah yang sedang bersujud menuju Ali. Ia menghunuskan pedangnya yang telah berlumuran racun. Pedang itu tepat mengenai kepala Ali. Meski kepala Ali hanya mendapat sedikit goresan kecil, luka tersebut sudah cukup untuk membuat racunnya bekerja.

Seorang itu adalah Abdurrahman bin Muljam yang merupakan seorang anggota golongan khawarij.

Golongan itu telah memiliki niat untuk membunuh semua orang yang terlibat dalam arbitrase di perang siffin.

Dua hari setelah kejadian tersebut, yaitu tepatnya pada tanggal 21 ramadhan tahun 40 H, Ali bin Abi Thalib wafat. Ia pergi membawa harapan Bani Hasyim untuk mengumpulkan kaum muslimin di bawah satu panji dari ahlul bait.

Demikianlah sedikit kisah tentang Ali Bin Abi Thalib. Ali merupakan seorang mujahid besar di dunia islam. Semoga kita semua dapat meneladani sifat-sifat baik dalam dirinya.

Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya!

Sumber:

Republika, muslim.or, wikipedia, tirto.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *