Kisah dari Khalid bin Walid, pedangnya Allah
Pedang Allah Khalid bin Walid (Foto: youtube.om)

Kisah Khalid Bin Walid: Sejarah Lengkap Hingga Meninggal Pada 21 H

Diposting pada

Bernama Khalid Bin Walid, dengan kisah perjuangannya dalam menegakkan ajaran Islam pada muka bumi, hingga menjadi panglima perang. Paling ditakuti musuh.

Beritaku.Id, Kisah Islami – Nama lengkapnya adalah Khalid bin Al Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah.

Oleh Annisa (Penulis Kisah Islami)

Ia lahir di Makkah sekitar tahun 17 sebelum Islam. Ayahnya bernama Walid bin Al-Mughirah dan ibunya bernama Lababah binti Harits.

Ia merupakan keponakan Rasulullah SAW. Bibinya dari pihak ibu, Maimunah binti Harits, adalah istri Rasulullah SAW.

Ayah Khalid, Walid bin Al-Mughirah merupakan keturunan Bani Makhzum, salah satu marga terpandang di kalangan suku Quraisy.

Beliau adalah orang yang sangat kaya dan dermawan. Beliau juga salah seorang pemimpin yang berkuasa, terpandang, dan disegani dikalangan orang-orang Quraisy.

Ayah Khalid bin Walid membiayai dan selalu memberi makan banyak jama’ah haji sehingga mendapat julukan Raihanah Quraisy (penghidupan kaum Quraisy).

Namun Beliau meninggal dalam kesesatan karena sangat membenci Islam dan Rasulullah SAW.

Beliau termasuk salah satu orang yang paling memusuhi dakwah Islam.

Ibunya, yang bernama Lababah binti Harits adalah saudara perempuan Maimunah binti Harits, istri Rasulullah SAW.

Saudara perempuan ibunya yang lain  yang dijuluki Ummul Fadhl adalah istri Al-Abbas, paman Rasulullah SAW.

Berbeda dengan ayahnya, ibunya meninggal dunia sebagai seorang muslimah setelah Khalid meninggal dunia.

Kisah Keluarga Khalid Bin Walid

Khalid bin Walid juga berkeluarga dengan Umar bin Khattab. Ia adalah paman dari Umar bin Khattab dari pihak ibu.

Ketika masih kanak-kanak, ia pernah berkelahi dengan Umar hingga mematahkan betis Umar.

Mereka berdua memiliki kemiripan mulai dari postur tubuh yang kekar, berpundak lebar, bertubuh kuat, hingga wajah yang juha hampir mirip.

Khalid bin Walid mempunyai dua putra bernama Sulaiman dan Abdurrahman.

Karena itu, ia juga sering mendapat sebutan Abu Sulaiman. Selain itu Khalid bin Al-Walid memiliki banyak sahabat.

Ia sering pergi bersama dengan para sahabatnya untuk menunggang kuda, berburu, dan mendendangkan bait-bait syair sambil minum.

Sahabat-sahabat tersebut diantaranya adalah Amru bin Ash, Abu Hakam Amru bin Hisyam bin Al-Mughirah, dan Ikrimah, putra Abu Hakam yang merupakan sahabat dekatnya.

Sejarah Khalid Bin Walid Sebelum Masuk Islam

Kisah Khalid Bin Walid Singkat Dan Lengkap
Ilustrasi, Khalid Bin Walid Dalam Kisah Memperjuangkan Agama Islam (Foto: IslamObsession)

Khalid bin Walid dulunya merupakan musuh Islam, namun kemudian menjadi Panglima Perang Islam yang sangat disegani.

Ia mendapat julukan Syaifullah atau Pedang Allah SWT dimuka bumi. Sebelum masuk Islam, ia adalah pahlawan Quraisy yang sangat membenci Islam dan Rasulullah SAW.

Khalid adalah salah seorang yang paling ditakuti. Ia merupakan seorang prajurit yang berwatak kasar, mengandalkan kekuatan, dan tak pernah gentar menghadapi musuh.

Ia tak pernah takut pada siapa pun. Ia mempunyai pasukan kavaleri dan hebat dalam menggerakkan pasukannya tersebut.

Khalid menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin Quraisy setelah ayahnya meninggal karena penyakit yang ia derita.

Semenjak kecil ia sudah belajar dan berlatih tentang keterampilan berperang.

Selain itu, ia juga belajar menunggang kuda, menggunakan berbagai jenis senjata seperti pedang, tombak, anak panah, dan lain sebagainya.

Ia belajar itu semua dari ayahnya. Sehingga, ketika dewasa ia menjadi ahli dalam berperang dan siap menggantikan ayahnya.

Baca juga Beritaku: Dulu Musuh, Kisah Khalid Bin Walid Yang Fenomenal

Perang Pertama Dan Kedua Khalid Abu Sulaiman

Apa nama pertempuran pertama Khalid Bin Walid?

Pertempuran pertama yang ia ikuti dalam memerangi umat Islam adalah perang Uhud.

Perang ini merupakan balas dendam terhadap pasukan Islam karena dalam perang sebelumnya, yaitu perang Badar, mereka mengalami kekalahan.

Pada awalnya pertempuran memenangkan oleh umat Islam. Namun, ketika pasukan kafir telah kalah, pasukan Islam turun ke bawah untuk mengambil harta rampasan perang. Ini merupakan strategi Khalid Bin Walid dalam kisah peperangan tersebut.

Mereka menjadi tamak dan tidak mematuhi perintah Rasulullah SAW untuk tetap berada di tempat. Hanya tersisa sedikit pasukan pemanaah yang masih bertahan di tempat.

Khalid bin Walid mengetahui akan hal ini. Kemudian ia segera melakukan tindakan cepat bersama Ikrimah bin Abu Jahal.

Mereka menyerang pasukan Islam lagi, Karena dalam keadaan tidak siap, pasukan Islam banyak yang terbunuh.

Pasukan Khalid menerobos masuk barisan umat Islam dari arah belakang sehingga menyebabkan kekacauan luar biasa pada kalangan umat Islam.

Perangn Uhud pun akhirnya dimenangkan kaum kafir Quraisy. Kemenangan tersebut berkat kejeniusan dan kelihaian Khalid bin Walid dalam melihat kesempatan.

Ia mampu mengubah kekalahan berbalik menjadi sebuah kemenangan. Selain Perang Uhud, Khalid binWalid juga mengikuti perang kedua dengan nama peperangan Khandaq untuk melawan umat Islam.

Khalid Bin Walid Masuk Islam

Setelah itu, semasa Perjanjian Hudaibiyyah, Khalid bin Walid masuk Islam karena dorongan dari hatinya.

Saat itu, Rasulullah SAW bersama kaum muslimin mengunjungi Masjidil Haram.

Khalid bersama bala tentaranya hendak menghalau mereka. Namun, Khalid justru menemukan mereka sedang melakukan shalat berjama’ah dengan Rasulullah sebagai imamnya.

Peristiwa ini membuat hatinya bergetar dan membekas dalam hatinya. Di tambah lagi surat dari adiknya, Al-Walid bin Walid, semakin membuatnya tertarik pada Islam.

Khalid bin Walid kemudian masuk Islam pada bulan Shafar tahun 8 H. Rasulullah SAW sangat Bahagia ketika Khalid bin Walid memeluk Islam.

Masuk Islamnya Khalid tentunya menambah kekuatan umat Islam. Khalid mempunyai kemampuan berperang yang luar biasa. Sehingga  dapat digunakan membela umat Islam.

Terpilih Sebagai Panglima Perang

Khalid masuk Islam pada awal bulan Shafar tahun 8 H. Ia pun ikut Perang Mu’tah, dua bulan sebelum penaklukan kota Makkah.

Perang pertama Khalid Bin walid
Pertama Khalid BiN Walid adalah Perang Mutah (Sumber Foto: Medialokal.com)

Perang Mu’tah merupakan perang pertama Khalid sebagai pasukan Islam. Dalam perang ini pasukan Islam berjumlah 3.000 orang, dengan Zaid bin Haritsah sebagai komandan.

Rasulullah kemudian menunjuk Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawwahah untuk menggantikan posisi komandan jikalau Zaid terbunuh atau terluka dalam perang tersebut. Terakhir Abdullah Bin Rawalah.

Apabila ketiga orang tersebut juga terbunuh atau terluka, maka pasukan Islam akan menunjuk salah seorang pria di antara mereka dan menjadikannya komandan mereka.

Perang Mutah

Pada perang Mu’tah ternyata pasukan Romawi berjumlah 100.000 orang. Kemudian pasukan dari kabilah-kabilah Arab yg bersekutu dengan mereka berjumlah 100.000.

Jadi total pasukan yang akan mereka hadapi ada 200.000 orang. Jumlah tersebut sungguh tidak imbang.

Dalam pertempuran tersebut, Zaid gugur. Ja’far bin Abi Thalib pun menggantikannya, namun akhirnya gugur. Kemudian Abdullah bin Rawahah menggantikan Ja’far, namun ia kemudian juga gugur.

Semua komandan yang telah ditunjuk gugur dalam pertempuran ini. Tsabit bin Arqam mengambil bendera dan menunjuk Khalid sebagai komandan.

Khalid awalnya menolak, namun karena desakan Tsabit dan semua pasukan menyetujuinya, Khalid akhinya mengiyakan untuk menjadi komandan. Di bawah pimpinan Khalid, taktik perang diubah.

Strategi Perang Mutah

Saat menjabat sebagai panglima perang, maka Khalid Bin Walid langsung mengubah strategi peperangan, yakni Khalid meminta pasukan berkuda membuat debu bertebaran dan suara derap kaki kuda yang keras.

Kemudian sepuluh pasukan berkuda kedua menyusul dan ikut pula pasukan-pasukan berikutnya.

Pasukan Romawi mengira pasukan Islam mendapat bala bantuan, sehingga mereka memukul mundur pasukannya dan menarik diri dari pertempuran. Dengan kecerdasan strategi perang mutah oleh Khalid Ibn Walid yang jitu.

Pertempuran akhirnya berakhir. Rasulullah SAW kemudian mengatakan bahwa Khalid bin Walid adalah pemimpin dirinya sendiri, tetapi ia juga pedang Allah SWT yang kembali membawa kemenangan. Sejak  saat itu, Rasulullah menjulukinya Saifullah Al-Maslul (Pedang Allah yang terhunus).

Sejak  saat  itu  Khalid sering mengikuti perang sebagai pasukan Islam bersama Rasulullah SAW. Khalid  juga  ikut  dalam berbagai ekspansi saat kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khatab. 

Alasan Pemecatan Khalid Bin Walid Sebagai Panglima Perang

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar As-Siddiq, Khalid bin Walid menjadi panglima perang menggantikan Abu Ubaidah Bin Jarrah.

Namun, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Khalid dipecat sebagai panglima perang.

Hal ini karena saat melakukan ekspansi ke berbagai wilayah, Khalid selalu mendapat takdir memenangkan pertempuran. Prajurit-prajuritnya begitu bangga hingga tak henti memuji kehebatannya. Ia begitu masyhur, bahkan banyak syair yang kemudian terbuat oleh orang-orang untuk memuji kehebatannya tersebut.

Alasan tersebut membuat khalifah Umar bin Khattab kemudian memecat Khalid bin Walid.

Umar menjelaskan bahwa sebagai khalifah ia bertanggungjawab terhadap akidah umat.

Kehebatan Khalid yang tak pernah kalah di medan perang membuat banyak orang kemudian menyanyikan lagu pujian untuknya, dan tidak lagi memuja Allah semata.

Khalifah Umar khawatir, hal tersebut menjadikan mereka syirik. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa Khalid hanyalah hamba Allah, maka ia pun memecatnya.

Mendengar penjelasan dari Khalifah Umar tersebut, Khalid tersadar dan menerima keputusan tersebut dengan lapang dada. 

Khalid pun mundur akhirnya mundur sebagai panglima perang dan tetap terjun ke medan perang menjadi prajurit biasa.

Orang-orang pun heran karena setelah terpecat ia masih mau terjun ke medan perang. Khalid kemudian berkata bahwa ia berperang hanya karena Allah semata, bukan yang lain.


Apakah Khalid Bin Walid Syahid?

Setelah  masuk  Islam,  Khalid  mengikuti banyak perang dan berharap syahid di medan perang.

Namun, hingga ia terpecat sebagai panglima perang, cita-citanya tersebut tidak terwujud.

Di usianya yang ke 58 tahun Khalid  pun menderita  sakit. Penyakit tersebut  berlangsung  cukup  lama  dan  kondisi  kesehatannya  semakin memburuk. Ia hanya bisa terbaring di tempat tidur.

Saat menjelang ajalnya tiba, Khalid selalu risau. Semasa hidupnya ia banyak menghabiskan waktu dalam medan pertempuran, ia sangat mengharapkan syahid.

Namun, ajal menjemputnya di tempat tidur.

Ia pun berkata “Aku telah berjuang sedemikian rupa dalam banyak pertempuran  demi  mencari  kesyahidan.  Anggota tubuhku banyak terkena  luka tebasan  pedang, tertusuk dari  tombak,  atau  luka  bekas terkena  anak  panah.  Namun, inilah  aku  sekarang,  aku  akan  mati  di  tempat  tidur  layaknya  seekor  unta  tua yang  mati. Semoga  mata  para  pengecut  tidak  pernah  tertidur.” 

Mendengar perkataan Khalid tersebut, salah satu teman lama yang sedang menjenguknya pun berkata,

“Wahai Khalid, kamu harus tahu bahwasannya Ketika  Rasulullah SAW  memberimu  julukan  sebagai  Saifullah Al-Maslul (Pedang Allah yang terhunus), sesungguhnya itu menjadi ketetapan bagimu untuk tidak meninggal di medan perang. Seandainya engkau meninggal di medan perang, di tangan orang kafir, maka itu artinya pedang  Allah  telah  berhasil  di patahkan  oleh  musuh  Allah,  dan  itu  tidak  akan mungkin terjadi.”  Mendengar  perkataan tersebut  pikiran  Khalid  menjadi  tenang. Tak lama kemudian Khalid bin Walid wafat.

Khalid  bin Walid  meninggal dunia  pada tahun  18 Ramadhan tahun 21 H di  Siria. Ia meninggal pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, dalam usia 58 tahun.

Pada  saat  meninggal,  ia tidak  meninggalkan  harta apapun  kecuali seekor kuda,  senjata  dan  budak yang ia  miliki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *