Orkes Melayu Pantura
Orkes Melayu Dari "Jalur" Pantura (Foto:Laras)

Orkes Melayu Pantura: Sejarah, Daftar Artis, dan Profil 5 OM Populer

Diposting pada

Sejak awal kemunculannya, Orkes Melayu Pantura menjadi actor sentral yang mempopulerkan dangdut koplo. Sejarahnya yang panjang juga telah melahirkan deretan daftar artis yang bertalenta. Seperti apakah profil 5 OM popular yang hingga kini tetap eksis di Indonesia?

Beritaku.id, Budaya- Suara kendang kempul yang berpadu dengan jaranan dan gamelan mengalun dari warung kopi di pinggir jalan sebuah desa. Kemudian Berjarak beberapa ratus kilometer saja, suara music yang sama terdengar pula menggelegar dari salah satu rumah. 

Baca juga beritaku: Artis Pantura Fenomenal: Definisi, Daftar Generasi

Oleh: Riska Putri (Penulis Budaya/Lifestyle)

Di kondangan, music itu pula yang menjadi sajian hiburan bagi para tamu mengiringi acara santap hidangan hingga prosesi salaman. Tak sedikit tamu yang rela meninggalkan piringnya yang masih berisi penuh untuk bernyanyi dan bergoyang bersama biduan.

Alhasil, aliran music yang baru saja lahir itu, tumbuh besar di kalangan masyarakat pesisir. Ia selalu hadir dan memeriahkan segala suasana sehingga begitu dekat dengan para penikmatnya, Ia bernama dangdut koplo.

Om Swara Bui
OM Swara Bui, Dari Rutan Kelas I Jawa Timur Foto: Akurat)

Tak akan jadi idola jika tak memiliki pembeda. Perumpamaan itu berlaku juga bagi dangdut koplo, Irama tabuhan gendang dalam dangdut koplo mengandung suara “dang” dua kali lebih banyak daripada “dut”.

Temponya pun lebih cepat dibandingkan dangdut biasa sehingga membuat penonton lebih bergairah dan ikut bergoyang.

Aliran Musik Narkotika

Sensasi ini menjadi salah satu alasan dibalik pemilihan istilah “koplo” yang mulanya merujuk pada jenis narkotika penyebab halusinasi.

Ternyata, saat ditenggak, obat itu memberikan efek melayang yang membuat rileks, seperti halnya suara music dangdut yang membuat hadirin menikmati waktu dan lupa sejenak dari kerumitan hidup.

Pil Koplo Logo Y sebagai Narkoba Baru
Pil Koplo Logo Y sebagai Narkoba Baru, yang meresahkan Masyarakat

Karakter pil koplo juga terefleksi dalam pentas dangdut koplo: ia murah, mudah didapat, dan membawa gembira.

Adalah Orkes Melayu Pantura yang berhasil membawa dangdut koplo ke tahta tertinggi di industri hiburan tanah air sekaligus mempertahankan kekuasaan itu hingga saat ini.

Tak goyah diterpa masalah, tak lesu dihantam isu. Seperti itulah kekuatan cinta para penggemar dangdut koplo terhadap idolanya.

Bahkan masing-masing orkes grup ini memiliki fanbase yang tak kalah besar dan loyal dibandingkan dengan band-band music pop di tanah air.

Baca juga beritaku: Wika Salim, Biodata Dan Kisah Pernikahan ke2 Dengan Hotman Paris

Seperti apa kiprah, profil, serta sepak terjang Orkes Melayu Pantura di panggung music tanah air? Artikel ini akan mengajak Anda mengenal mereka lebih dalam.

Sejarah Kemunculan Orkes Melayu Pantura

Orkes Melayu awalnya muncul pada tahun 1940-an dan memeriahkan kehidupan masyarakat di sepanjang Pantai Timur Sumatra dan Semenanjung Malaysia.

Grup yang terdiri dari pemain rebana, gambus, gong, biola, akordion, serunai, hingga penyanyi ini memainkan music khas Melayu.

Perputaran roda zaman mendorong music Melayu untuk kawin dengan genre lainnya seperti pop, rock, dan dangdut, Hal ini seperti dua sisi mata uang.

Di satu sisi membuat music Melayu dapat diterima oleh kalangan yang lebih luas bahkan popular di Singapura dan Brunei Darusalam. Namun di sisi lain, membuat ciri khasnya meluntur.

Menyebrang ke Pulau Jawa, music Melayu kemudian berjodoh kuat dengan dangdut. Sejak saat itulah warga Jawa mulai mengenal istilah grup orkes Melayu, yaitu kelompok musisi yang membawakan lagu-lagu dangdut Melayu.

Jalur Pantai Utara Jatim
Jalur Pantai Utara Jatim (Foto: JawaP)

Perkembangan dunia perfilman serta politik anti-Barat yang dianut Soekarno, membuat dangdut Melayu tumbuh dan berkembang pesat, Warna music ini pun semakin meriah karena sentuhan pengaruh music dan goyangan khas India.

Gaya music hasil kawin silang ini pun bertahan hingga 1970-an saat Rhoma Irama dan grup Soneta mulai menginjakkan kaki di panggung hiburan.

Kondisi perpolitikan Indonesia yang lebih terbuka terhadap budaya Barat terlihat jelas dalam music dangdut di era ini.

Instrument yang awalnya sangat bercorak kedaerahan pun tergantikan dengan alat-alat music elektronik modern seperti gitar listrik, keyboard, saksofon, hingga obo, dan lain-lain.

Penggabungan Berbagai Aliran

Sentuhan khas aliran pop dan rock pun ikut bergumul dengan dangdut Melayu sehingga menciptakan suatu gaya yang benar-benar orisinil.

Ide kreatif dan inovasi seringkali dilahirkan oleh kejenuhan. Hal yang sama terjadi pada music dangdut koplo.

Kehadiran sub-genre ini dibidani oleh rasa bosan para musisi atas music dangdut yang monotone dan masih terpaku pada pakem lama.

Weintraub dalam bukunya yang berjudul “The Sound and Spectacle of Dangdut Koplo” menyatakan bahwa dangdut koplo pertama kali muncul di Jawa Timur.

Namun sejarah asal-usulnya sulit sekali dipastikan, Banyak yang meyakini bahwa pemain gendang Waryo dari grup OM Armega dan Slamet Rudi Hartono dari grup Palapa sebagai sosok yang memopulerkan tabuhan khas gendang koplo.

Irama baru ini dipasarkan secara militant melalui kaset VCD/DVD bajakan yang amat murah dan mudah didapat.

Dengan Rp. 6.000-15.000 saja, semua orang dapat memutar puluhan lagu dangdut koplo kapanpun, dimanapun.

Berbeda jauh dengan kaset para musisi pop atau genre lain yang harganya bisa 3-4 kali lipat.

Tak disangka, penikmat setia dangdut koplo banyak berasal dari wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura).

Mereka adalah nelayan, supir truk, buruh bangunan, serta para pekerja lainnya yang mencari hiburan murah meriah.

Sekaligus membuat suasana lebih ceria dan bergelora saat kumpul bersama kawan-kawan selepas bekerja atau berkendara sendirian pada malam hari.

Dari sejarah panjang inilah Orkes Melayu Pantura terbentuk dan mendapatkan namanyanya.

Kini penggemar setia grup-grup orkes ini telah ada di seluruh penjuru nusantara.

Baca juga beritaku: Cengkok Maut Dan Tipis, 2 Hal Dalam Improvisasi Nada Musik Dangdut

Profil Orkes Melayu Pantura Populer

Permintaan pasar yang sangat tinggi terhadap gelaran pentas dangdut koplo membuat orkes-orkes Melayu banyak bermunculan, hingga kini, aliran itu menjadi salah satu genre music mainstream saking banyak penggemarnya.

Tak hanya pada acara kecil dan bersifat local, koplo mulai banyak ditampilkan di televise sampai pada seremoni nasional. Sebagai ibu kandung dangdut koplo, Orkes Melayu pun turut naik daun.

Terdapat 5 Orkes Melayu (biasa disingkat sebagai OM) besar di Indonesia, yakni antara lain: OM Sonata, OM Sera, OM Pallapa, OM Pantura, dan OM Sagita.

Tapi apakah hanya itu OM yang menggoyang jagat dangdut tanah air, Tentu saja tidak. Mari kita bahas profil OM popular lainnya.

OM Monata

Imron Sadewo mempelopori pendirian Orkes Melayu Monata pada tahun 1978 di Surabaya. Hingga Kini, grup ini diketuai oleh Bapak Haji Gatot dan pindah markas ke daerah Kandangan, Krembung, Sidoarjo.

Dalam setiap penampilannya OM Monata memiliki ciri khas tersendiri sehingga membuatnya mudah diterima dan dikagumi banyak orang.

Mereka menerima request atau permintaan lagu apapun dari penonton, Mulai dari yang bergenre reggae, pop, dan lainnya kemudian membawakannya dalam gaya dangdut koplo.

Monata Sebelum Keluarnya Sodiq
Monata Sebelum Cak Sodiq Keluar (Foto:APKPure)

Karena aksi panggung yang sangat engaging dan fleksibel ini, OM Monata memiliki jadwal pentas yang padat di berbagai daerah di Indonesia hingga luar negeri.

Selain menaransemen lagu yang sudah ada, grup OM Monata juga sangat produktif menghasilkan lagu-lagu originalnya sendiri. Salah satunya bertajuk “Maafkanlah” yang diciptakan oleh Toni (basis)

Grup ini juga menjadi orkes yang pertama kali merekrut Via Vallen sebagai biduannya sebelum ia menjadi bintang terkenal.

Salah satu vokalis ikonik dari OM Monata adalah Cak Sodiq. Ia sangat lihai menyulut semangat hadirin untuk berjoget dan bergoyang bersama.

Basis penggemarnya yang meneyebut dirinya New Monata Familia (NEMOFA) sangat banyak di daerah Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Jember, hingga Banyuwangi. Kota-kota tersebut biasa disebut daerah tapal kuda.

OM Adella

Grup yang satu ini dapat dibilang masih muda belia dibandingkan grup besar lainnya. Meski baru terbentuk pada tahun 2008, grup OM Adella meraih sukses dengan cepat.

H. Totok mendirikan Orkes Melayu di Tuban, Jawa Timur. setelah itu Ia mulai meledak setelah meluncurkan album pertamanya di bawah naungan CHGB Record.

Isinya adalah serangkaian lagu-lagu terkenal tahun 1990-an yang diaransemen ulang dengan gaya koplo.

Seperti halnya grup orkes lain, OM Adella juga menciptakan lagu orginalnya sendiri.

OM Adella
Pemain OM Adella (Foto: Kumpulan Ilmu Pengetahuan)

Salah satunya berjudul Prasasti Cinta yang terlantunkan oleh penyanyi Tasya Rosmala dan Gerry Mahesa.

Karena kemahirannya yang tersohor dalam mengaransemen lagu dan mempopulerkannya kembali, banyak musisi yang menggandeng OM Adella untuk membawakan lagunya.

Maka, salah satunya adalah seniman bernama Adibal Sahrul yang menawarkan lagu ciptaannya “Gerimis Melanda Hati”.

Lagu yang juga pernah dinyanyikan oleh Erie Susanti ini pun langsung digilai para penggemar setelah dimuat dalam album OM Adella ke-12.

Sejak saat itu, OM Adella pada akhirnya banyak bekerjasama dengan musisi dan pencipta lagu ternama di tanah air.

OM New Pallapa

Grup ini mulanya bernama OM Pallapa dan didirikan pada tahun 1998 di Sidoarjo, Jawa Timur, adalah pasangan suami-istri Totok Ispiranto dan Juana Sari yang mengepalai orkes ini pada awal kemunculannya.

Bagai petir di siang bolong, grup ini terpaksa berhenti berdendang kala pasutri tersebut akhirnya bercerai.
Selanjutnya Totok memilih meninggalkan OM Pallapa dan pergi ke Jakarta pada tahun 2004.

New Palapa
OM New Palapa (Foto: Tribrata)

Kemudian, tak lama setelah itu, Juana Sari yang telah menikah kembali dengan Cak Selamet (pemain kendang OM Pallapa) menghidupkan kembali grup orkes ini.

Dengan susunan pemain alat music yang sama, mereka pun memasuki dunia hiburan sekali lagi dengan nama baru: New Pallapa.

Alhasil, OM New Pallapa mendapatkan atensi yang tinggi dari masyarakat di daerah pesisir bagian barat Jawa Timur.

Salah satunya adalah Tuban yang selalu mandaulat mereka sebagai pengisi acara pesta petik laut setiap tahunnya. Selain itu, grup ini juga sangat memiliki peminat di Madura, Lamongan, dan Bojonegoro.

Tidak hanya itu, tetapi Kelompok fans mereka bernama Saudara New Pallapa (SNP), sebagaimana Anggotanya terkenal sopan dan tertib saat menonton penampilan grup orkes kesayangannya.

Baca juga beritaku: Biodata Nella Kharisma, Dan Warna Dangdut Koplo di Tanah Air

OM Lagista

Khoirul Anam yang lebih dikenal dengan sebutan Cak Rul, mendirikan OM Lagista pada tanggal 25 Januari 2014. Pada mulanya Ide ini tercipta setelah ia mengundurkan diri sebagai pemain suling sekaligus penata music OM Sagita.

Ia pun mengumpulkan para alumni OM Sagita dan mendirikan grup orkes baru ini, maka karakter yang membuatnya mudah merebut hati para penggemarnya adalah kemahiran memadukan music tradisional jaranan dengan dangdut koplo.

Lagisa Nella Kharisma Orkes Melayu Jalur Pantura
OM Lagista, Nella Kharisma Sebagai Bintang (Foto: Matakamera)

Asimilasi unik ini pun mendapat julukan sebagai Jandut (jaranan-dangdut). Ia terdiri dari alunan merdu seruling jaranan, gema gong, hingga tabuhan kempul yang berbaur dengan irama dangdut.

Hasilnya, sebuah harmoni nada baru yang renyah didengar, Penggemar gaya music Jandut tersebar di daerah Pacitan, Ponorogo, Ngawi, Madiun, Nganjuk, dan Jombang.

Salah satu penyanyi andalan OM Lagista adalah Nella Kharisma yang saat ini popularitas dan talentanya mampu menandingi Via Vallen.

OM New Kendedes

Grup orkes ini membawa angin segar pembaharuan bagi industry dangdut koplo.

Dengan personil yakni seluruhnya terdiri dari perempuan dan berkostum koboi yang nyentrik, mereka sukses membuat para pendengarnya asik asik joss.

Epep New Kendedes Orkes Melayu pantura
Epep New Ken Dedes (Foto: IDNTimes)

Tak hanya itu, para Srikandi cantik ini juga sangat piawai memainkan berbagai alat music, termasuk kendang kempul yang jarang sekali dikuasai perempuan.

Baca juga Beritaku: Kisah Ken Dedes, Wanita Nareswari

Kelompok orkes ini didirikan pada tanggal 11 Desember 2015 oleh perusahaan rekaman PT. Aglies Jaya Record. Mereka bermarkas di Kediri, Jawa Timur. New Kendedes membawakan music jaipong dan dangdut koplo.

Gimmick menarik seperti koreografi kompak pun sering ditampilkan personil Orkes Melayu Pantura ini saat tampil, Mereka juga terbiasa bersikap interaktif dengan para penggemarnya untuk menjalin kedekatan.

Salah satu hal yang membuat New Kendedes istimewa dalam setiap pentasnya adalah sapaan khas para penonton di awal acara.

Saat MC berteriak “NEW KENDEDES” untuk menyambut kehadiran mereka di atas panggung, akhirnya para penonton akan menjawab “ORA UMUM!”. Maka sapaan itu menyimbolkan betapa spesialnya konsep yang tersuguhkan grup orkes satu ini.

Daftar Artis Masing-masing Orkes Melayu

Sebuah grup hanyalah nama tak bermakna tanpa orang-orang luar biasa yang menggerakannya, begitu juga dengan kelompok Orkes Melayu yang telah kita bahas di atas.

Untuk mengenal mereka lebih jauh, tentunya kita perlu tau musisi-musisi yang membesarkan kelompok Orkes Melayu tersebut. Berikut daftar lengkap personel tetap masing-masing orkes.

  • OM Monata
Nama PersonilPosisi
SlametSeruling
JuriKendang
Cak SodiqVocalis & Rhythm
ToniGitar bass
NonoMelodi
HanafiTamborin
H. HanilKeyboard 1
RobbyKeyboard 2
  • OM Adella
Nama PersonilPosisi
FendikSeruling
NophiKendang
MomonMelody
RichyGitar bass
SarmoRhythm Gitar
SaridenTamborin
UdinKeyboard 1
PrasKeyboard 2
  • OM New Pallapa
Nama PersonilPosisi
Cak SlametKendang
SodiqGitaris
NonoGitaris
SolikSuling
  • OM Lagista
Nama PersonilPosisi
Cak RulSuling
Budi RahayuBacking vocal
JumariGitaris
Samsul HadiGitaris
Cak MalikKendang
SyaifulKeyboard
  • OM New Kendedes
Nama PersonilPosisi
MelodianaMelodi
NovitaTamborin
WatiKeyboard 1
BintangKeyboard 2
Nonik SanjayaSeruling
BetsiBass
Evi/EpepKendang
CindyGitar Rhythm
KarinaMC

Terakhir namun bukan yang terakhir sekali, utulah kisah perjalanan grup Orkes Melayu Pantura yang sangat inovatif, kreatif, dan adaptif. Mereka seperti karet yang tak mudah putus meski ditarik dan dikendurkan jaman.

Malahan, teknologi internet semakin menghujamkan hentakan kendang kempul koplo yang khas di hati masyarakat, hingga Segmentasinya pun meluas, tak hanya terbatas pada orang dewasa melainkan remaja milenial. 

Dengan hadirnya para penyanyi dan musisi koplo berkelas seperti Inul Daratista, Via Vallen, Cak Shodiq, Arlida Putri, Rere Amora Dan Wika Salim, hingga Nella Kharisma, aliran music ini pun semakin dipandang keren dan istimewa.

Daftar Pustaka

  1. Susanti, Fitria Dwi. 2019. Perkembangan Musik Dangdut Koplo Jawa Timur Tahun 2003 – 2017. AVATARA e-Journal Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya Volume 7, No. 3 Tahun 2019
  2. Abdulsalam, Husein. 2017. Nella Kharisma, Via Vallen, dan Asal-Usul Dangdut Koplo.
  3. Herdandi, Ari. 2016. Sejarah Dan Asal Usul Orkes Dangdut New Pallapa Beserta Lagu Gratis.
  4. Satriadin, Panji Lanang. 2017. Cerita Cak Rul dan Jaranan-Dangdut Asli Nganjuk.
  5. Noerman, Aldhiyansyah. 2020. Persebaran Basis Penggemar Orkes Dangdut Koplo di Jawa Timur.
  6. Anandayu, Mita. 2018. Cantik & Jago Main Alat Musik Eksis di Grup Dangdut Koplo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *