Paman Terbaik Nabi
Paman Terbaik Nabi, Abbas Bin Abdul Muthalib

Paman Terbaik Rasulullah, Abbas Bin Abdul Muthalib, Sehati Nabi

Diposting pada

Abbas bin Abdul Muthalib, Sehati Nabi, disamping ia adalah saudara dari ayahnya, Dia juga sebagai Paman Terbaik Rasulullah

Beritaku.Id, Kisah Islami – Ia bagian dari 170 Urutan Sahabiyah dan Sahabat Nabi Muhammad SAW

Paman Terbaik Rasulullah SAW dan salah dari keluarga dekatnya yang sangat dicintainya. Dia melindungi dan mencitai pamannya tersebut seperti ia mencitai tubuh dan dirinya “Abbas adalah saudara kandung ayahku. Barangsiapa yang menyakiti Abbas sama dengan menyakitiku.”

Di zaman Jahiliyah, Abbas bin Abdul Muthalib mengurus kemakmuran Masjidil Haram dan melayani minuman para jamaah haji.

Ia menjadi penasihat utama Nabi dalam Baiat Aqabah menghadapi kaum Anshar dari Madinah.

Baca juga : Kisah Abbad Bin Bisyr, Terpanah Ketika Sholat Tahajjud

Abbas bungsu dari Abdul Muthalib, dan saudara dengan Abdullah bin Abdul Muthalib (ayah dari Rasulullah Muhammad SAW).

Dalam sebuah kisah sejarah, ia dilahirkan tiga tahun sebelum kedatangan Pasukan Gajah pimpinan Abrahah. Yang hendak menghancurkan Baitullah di Makkah. Itu artinya ia lebih tahu 3 tahun dari Nabi

Ibunya, Natilah binti Khabbab bin Kulaib, adalah seorang wanita Arab pertama yang mengenakan kelambu sutra pada Baitullah.

Kisah Masa Kecil Paman Terbaik Rasulullah

Dalam sebuah  kisah dimana Abbas waktu kecil, ia pernah hilang. Sang ibu lalu bernazar, jika suatau waktu putranya itu ditemukan.

Maka  ia akan mengenakan kelambu sutra pada Baitullah. Setelah mengucapkan niatnya tersebut Abbas Bin Abdul Muthalib di temukan. Maka ia pun menepati nazarnya itu.

Abbas kemudian menikah dengan Lubabah binti Harits, juga dikenal dengan sebutan Ummu Fadhl, yang dalam sejarah Islam menjadi wanita kedua yang masuk Islam. Lubabah masuk Islam pada hari yang sama dengan sahabatnya, Khadijah binti Khuwailid.

Yang tidak lain adalah istri Muhammad SAW. Abbas dan Lubabah adalah orang tua dari Al-Fadhl, Abdullah, Ubaidillah dan Qasim bin Abbas.

Dimasa Rasulullah melakukan Dakwah, terlalu banyak rintangan yang ia hadapi. Dari Kaum Kafir Quraish, termasuk yang mengancam membunuh Nabi.

Dalam kondisi tersebut, Abbas menjadi perisai yang siap mati demi Rasulullah. Padahal pada saat itu pula, Abbas belum masuk Islam.

Suatu hari, Abbas datang menghadap Rasulullah dan memohon dengan penuh harap, “Ya Rasulullah, apakah engkau tidak suka mengangkat aku menjadi pejabat pemerintahan?”

Pernyataan ini, bukan ambisi untuk mau diangkat atau bekerja. Tapi lebih kepada pengabdian Agama Allah SWT.

Mendengar itu, Rasulullah menjawab “Wahai paman Nabi, menyelamatkan sebuah jiwa lebih baik daripada menghitung-hitung jabatan pemerintahan”.

Setelah mendapat saran itu, Ia puas dan menyampaikan kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali Bin Abi Thalib (Sepepu Nabi) berkata kepada pamannya tersebut “Jika dirimu ditolak menjadi pejabat pemerintahan, mintalah diangkat menjadi pejabat pemungut sedekah!”

Mendpat saran Ali, ia kembali menghadap Nabi dan menyampaikan hal tersebut. Rasulullah lalu menjawabnya

“Wahai pamanku, tak mungkin aku mengangkatmu mengurusi cucian (kotoran) dosa orang.”

Harapan Rasulullah adalah pamannya mengurusi akhirat. Tidak lagi diberikan beban pemerintahan.

Kisah Khalifah Umar

Pada suatu hari dalam pemerintahan Khalifah Umar, terjadi paceklik hebat dan kemarau ganas.

Penduduk Medinah dan Mekkah datang mengadu kepada Umar Bin Khattab, mengenai paceklik tersebut.

Ka’ab juga menemui Khalifah Umar seraya berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biasanya Bani Israel kalau menghadapi bencana semacam ini, mereka meminta hujan dengan kelompok para nabi mereka”

Umar berkata, “Ini dia paman terbaik Rasulullah (Abbas Bin Abdul Muthalib) dan saudara kandung ayahnya (Rasulullah). Lagi pula, ia pimpinan Bani Hasyim.”

Khalifah Umar pergi kepada Abbas dan menceritakan kesulitan besar yang dialami umat akibat kemarau panjang dan paceklik itu.

Kemudian ia naik mimbar bersama Abbas seraya berdoa,

“Ya Allah, kami menghadapkan diri kepada-Mu bersama dengan paman Nabi kami dan saudara kandung ayahnya, maka turunkanlah hujan-Mu dan janganlah kami sampai putus asa!”

Abbas lalu meneruskan, memulai doanya dengan puja dan puji kepada Allah SWT,

“Ya Allah, Engkau yang mempunyai awan dan Engkau pula yang mempunyai air. Sebarkanlah awan-Mu dan turunkanlah air-Mu kepada kami. Hidupkanlah semua tumbuh-tumbuhan dan suburkanlah semua air susu. Ya Allah, Engkau tidak mungkin menurunkan bencana kecuali karena dosa dan Engkau tidak akan mengangkat bencana kecuali karena tobat. Kini umat ini sudah menghadapkan dirinya kepada-Mu maka turunkanlah hujan kepada kami”

Tidk lama kemudian hujanpun turun atas Ridha Allah SWT “Selamat kepadamu, wahai Saqil Haramain, yang mengurusi minuman orang di Makkah dan Madinah.”

Abbas ra wafat pada hari Jumat, 12 Rajab 32 H, dalam usia 82 tahun. Ia dikebumikan di Baqi’, Madinah.

Sumber: Klik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *