Hanya Karantina dan Isolasi
Pakar Epidemologi: Hanya Karantina dan Isolasi, Untuk Menghentikan Pandemi Corona

Tuntaskan Pandemi Corona: Hanya Karantina atau Isolasi Obatnya

Diposting pada

Keresahan Terhadap Pandemi Corona, Membuat banyak Orang Ketakutan atau Fobia, Hanya Karantina dan Isolasi Obatnya. Meski ini pun “Menyakitkan”

Oleh: Prof. Dr. M. Nadjib Bustan (Guru Besar Epidemologi)

Beritaku.Id, Kolom Khusus Pakar – Segala bentuk himbauan, ajakan, maklumat, perhatian dan perintah sudah dilakukan oleh pemerintah.

Seperti pada penjelasan Arti Dan Perbedaan Lockdown, Isolasi dan Karantina Covid-19 Sebelumnya.

Sebagai upaya untuk menuntaskan pandemi Covid19 yang tampak tidak juga mampu terbendung.

Pernyataan perangpun ditegaskan untuk memperkuat semangat melawan mahluk hidup kecil virus.

Yang dengan cepat dan ganas menular dan menyebar antar penduduk dan lintas wilayah.

Virusnya susah dicegah penularannya, penyakit Covid19 belum ada obatnya dan susah disembuhkan, serta kematian tidak terhindarkan.

Mengapa begitu susah untuk menaklukan suatu penyakit menular virus yang sedang mewabah.

Pendekatan hukumpun dilakukan dengan menyatakan suatu kota atau wilayah pemerintahan. Dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat dalam bentuk status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sebagai tindakan hukum, semua orang harus mentaatinya, dan yang melanggar kena sanksi.

Kenyataannya, masih cukup banyak yang tidak patuh terhadap perintah dan melanggar larangan yang diberikan.

Akibatnya, perang melawan Covid tampaknya beralih dari berhadapan dengan virus ke arah masyarakat yang tidak patuh hukum.

Polisi dan aparat keamaan sibuk di jalan menghadang mereka yang mau mudik atau bepergian dengan urusannya masing-masing.

Masalahnya menjadi lebih lengkap lagi kalau tanpa masker, dan berkerumun tanpa jarak.

Pemeriksaan dilakukan ke berbagai masjid, café, toko dan berbagai fasilitas publik yang masih tetap terbuka.

Yang tidak patuh, dan dianggap melanggar diberi teguran atau langsung sanksi.

Mengapa keadaaannya menjadi lebih ruwet, sementara laporan data kejadian penularan (ODP) dan penyebaran penyakit (PDP) tetap meningkat. Mungkin kita tertipu dengan virus korona yang licik.

Hanya Isolasi Dan Karantina

Menurut prinsip Ilmu Wabah (Epidemiologi) kalau terjadi pandemi, maka hanya satu yang harus dilakukan: karantina dan/atau isolasi.

Karantina pada tempat tinggal/wilayah tertentu terhadap penduduk yang sehat, dan Isolasi pada suatu tempat tinggal/wilayah tertentu terhadap mereka yang sakit.

Sehingga akan automatis terjadi perbatasan gerakan perpindahan penduduk dan pembatasan kegiatan sosial-ekonomi masyarakat.

Setiap penduduk, tempat tinggal, dan wilayah diberi status kekarantinaan, yakni berstatus karantina atau isolasi.

Dengan demikian setiap penduduk, tempat tinggal dan wilayah mengetahui statusnya dan mengerti apa yang harus dilakukan.

Jika seseorang merasa dirinya berstatus sehat, silahkan karantina sendiri, dan jika merasa sakit lakukanlah isolasi mandiri

Bagaimana caranya menentukan sikap kekarantinaan yang harus dilakukan, apakah mengkarantina diri atau mengisolasi diri.

Mudah saja. Tentukan saja sendiri, apakah berstatus sehat atau sakit.

Kalau sakit dilakukan karantina sendiri di rumah/tempat tinggal masing-masing dengan tidak kontak dengan orang lain. Dengan cara menutup pintu masuk rumah atau tempat tinggal, sehingga dia akan terhindar dari penularan dari orang lain.

Artinya, seorang yang sehat tidak akan merasa aman sehingga seenaknya bisa keluar masuk rumah atau bepergian kemana saja.

Bahkan orang sehat harus semakin menjaga dirinya untuk tidak keluar rumah, dan menerima tamu/orang lain.

Masuk rumah supaya tidak terkontaminasi atau terpapar oleh orang lain yang kemungkinan membawa virus atau menderita penyakit korona.

Kalau seorang merasa dirinya sakit, terlebih diduga sakit, menyatakan dirinya dalam status isolasi mandiri.

Dan menutup pintu keluar sehingga dia tidak mungkin menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Kalau sudah terdiagnose pasti (konfirmasi) Covid, maka segera isolasi ke rumah sakit.

Pada kenyataannya disinilah letak persoalannya. Setiap orang tidak mengetahui dan tidak mau, atau tidak dapat menentukan sendiri status kesehatannya. Karena itu, mereka tidak tahu harus bersikap apa.

Yang kedua, masyarakat belum paham betul apa itu karantina/isiolasi, sehingga mereka tidak bisa menentukan sikap kekarantinaannya.

Karantina Dan Isolasi

Kedua hal inilah yang sewajarnya dilakukan oleh petugas kesehatan di lapangan sehingga setiap penduduk mengetahui status kesehatannya.

Dan sadar melakukan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan status kekarantinaannya.

Kalau hal ini mampu dilaksanakan, maka jalan raya akan sepi, café dan toko akan tanpa pengunjung yang ramai.

Dan mereka akan tinggal saja di rumah dengan kesadaran sendiri untuk menghindarkan diri dari tertular atau menularkan virus korona.

Dan hasilnya akan tampak dalam perubahan kurve epidemiologi yang perlahan tetapi pasti mulai merata.

Lalu menurun dan menurun terus. Namun sampai sekarang, kurve epidemi masih ditandai dengan peningkatan kasus positif. Karena masyarakat belum mengetahui status sakit dan status kekarantiannya.

Apakah masyarakat sudah melakukannya sekarang dalam rangka penerapan PSBB.

Belum. Inilah salah satu sebab sehingga upaya pencegahan penularan dan penyebaran Covid menjadi sulit.

Tanpa mengurangi arti upaya-upaya yang telah dilakukan oleh semua pihak secara bersungguh-sungguh.

Masyarakat menunggu penentuan status kesehatannya melalui pemeriksaan laboratrium dari petugas kesehatan.

Pemerintah dengan sekuat kemampuan telah berupanya untuk menentukan status sehat masyarakat dengan melakukan Rapid Test.

Seharusnya dilakukan secara massif, tetapi mendapat kendala dalam kecukupan materi tes dan kesegeraan melaksanakannya.

Selain itu pemerintah juga sudah mengusahakan deteksi dini status sakit dengan melakukan swab test. Pelaksanaannya terkendala dengan terbatasnya persedian test yang mahal dan lamban pengadaannya. Sementara penyebaran dan penularan mengarus terus.

Penuntasan Covid tidak mengenai istilah kurang dan tunggu. Akibatnya, tidak terbendunglah laju peningkatan mereka yang terpapar (ODP), penambahan mereka yang tersangka terjangkit (PDP).

Dan penambahan mereka yang terkonfirmasi kasus positif.

Selanjutnya, mereka yang terjangkit dan konfirmasi positif harus dirawat di rumah sakit yang jumlahnya juga terbatas dan bisa jauh letaknya; dan kurang lebih 8 persen meninggal dunia.

Petugas Kesehatan Menjadi Tumbal

Bahkan para petugas medis dan paramedis sempat juga tertular bahkan ada yang meninggal.

Fenomena ini tampaknya sudah berlangsung selama 8 minggu masa penanganan Covid19. Tampak pesimistis.

Optimisnya tetap ada. Mari kita laksanakan pendekatan dan prinsip-prinsip epidemiologi dalam melawan Covid.

Dengan melaksanakan dan memberi prioritas terhadap upaya pencegahan primer terhadap penyebaran dan penularan.

Dengan melakukan karantina dan/atau isolasi terhadap semua penduduk/tempat tinggal/wilayah sesuai status sehat-sakit masing-masing.

Harus dan hanya karantina/isolasi saja sebagai sebagai drug of choice/ obat pilihan terbaik terhadap penuntasan pandemi Covid19. Mari kita melakukan karantina/isolasi mandiri. Mudah, murah dan segera.

Selama tinggal dirumah, maka pendidikan tetap berjalan dengan 12 Aplikasi Belajar diRumah Selama Libur Corona.