Bersama Dangdut, turut lahir sederet daftar nama artis pantura fenomenal, bersama 5 Orkes Melayu, Lalu siapa saja generasi musisi yang melestarikannya hingga kini?
Beritaku.Id, Lifestyle – Suatu sore di awal tahun 2000, senja keemasan syahdu memayungi langit, kemilaunya berkilap di gulungan ombak, hingga bergulung malas di pesisir Pantai Utara.
Oleh: Riska Putri (Penulis Lifestyle)
Dangdut Koplo terdefinisikan sebagai sub aliran musik dangdut asli Indonesia, akhirnya melalui dendangan suara gendang grup 5 Orkes Melayu, genre ini menjadi populer di seantero Nusantara.
Nyiur berjejer, daunnya bergoyang tertiup angin laut yang asin. Duduk diantara akar kelapa yang mengintip malu-malu, para musisi asik berseloroh sambil sesekali menyeruput kopi hitam.
Ganjalan hati terselip di antara denting tawa ringan. Jenuh akan musik dangdut yang begitu-begitu saja. Ia terlalu kaku dan fokus pada pakem yang dia anggap kuno.
Kejenuhan ini kemudian membidani lahirnya sebuah sub aliran musik dangdut baru bernama Dangdut Koplo.
Irama gendang yang cepat menjadi ciri khasnya. Ia bagai membawa angin segar kebaharuan musik yang perlahan bertiup dari pesisir Pantai Utara Jawa hingga sampai ke seluruh penjuru Indonesia.
Baca juga beritaku: Asal Usul Dangdut Koplo, Jenis Dan Warna Musik Indonesia
Pengertian Artis Pantura
Selama dua tahun semenjak kemunculannya, popularitas Dangdut Koplo telah meroket di sepanjang pesisir Pantai Utara Jawa.
Dangdut tradisional yang dulu merajai panggung-panggung hiburan rakyat, terdesak turun tahta, hingga pada akhirnya terkudeta (tergantikan) Dangdut Koplo yang fenomenal.
Irama dan seni musik tradisional seperti kendang kempul, jaranan, dan gamelan, berpacu dengan tepukan gendang yang cepat.
Semakin membuat Dangdut Koplo lekat di benak masyarakat.
Setelah menguasai panggung hiburan pesisir Pantai Utara dan Timur Pulau Jawa, hingga di tahun 2004 Dangdut Koplo secara perlahan melebarkan wilayah kekuasaannya.
Yogya dan kota-kota Jawa Tengah menjadi incaran pertama.
Ekspansi ini tidak hanya bertumpu pada panggung hiburan, tapi juga pada penyebaran VCD bajakan.
Notabene mudah dan lebih murah penggemar dapatkan, maka VCD bajakan menjadi alternatif hiburan masyarakat, bersaing dengan VCD original berharga mahal.
Fenomena ini meroketkan popularitas Dangdut Koplo sampai ke se-antero Indonesia.
Eksistensinya mulai tercium stasiun televisi swasta nasional, maka jelas saja TV akan meraup untuk dengan memperkenalkan aliran musik ini ke khalayak ramai. Makin kontroversi, maka TV semakin suka, sebab biaya promosinya semakin rendah.
Dangdut Asli VS Artis Pantura
Seiring laju popularitasnya, Dangdut Koplo mulai berhadapan dengan permasalahan. Salah satu yang paling santer terdengar adalah kecaman dari sang Raja Dangdut Indonesia, Rhoma Irama.
Rhoma menanggap aliran musik ini sarat unsur pornografi, yang dia khawatirkan akan menimbulkan dekadensi moral.
Kecaman Rhoma ini menuai “sambutan” dari masyarakat umum dan seniman-seniman Indonesia lainnya.
Sejak itulah, pro-kontra terhadap musik Dangdut Koplo menjadi headline news di berbagai media, bahkan beberapa media internasional seperti BBC News.
Berawal dari pertikaian tersebut, terjadi pemisahan sebutan seniman “Dangdut “Asli” dan Dangdut Koplo.
Seniman Dangdut “Asli” menyebut dirinya sebagai “Seniman Dangdut”. Atau “Penyanyi Dangdut”, sementara sebutan “Artis Pantura” melekat pada seniman Dangdut Koplo.
Meskipun telah sedikit berubah, stigma adanya unsur pornografi dalam penampilan seni Dangdut Koplo tetap melekat.
Menjadikan sebutan Artis Pantai Utara memiliki konotasi negatif, yang hingga saat ini terus membayangi.
Daftar Nama Orkes Melayu Pantura
Popularitas aliran Dangdut Koplo saat ini, tak lepas dari jasa para seniman grup Orkes Melayu, yang biasa kita singkat dengan OM.
Menjelajah panggung demi panggung, OM membesarkan Dangdut Koplo hingga di gandrungi masyarakat.
Dari banyaknya OM di Indonesia, terdapat 5 OM paling terkenal di Indonesia hingga saat ini. Kelima OM tersebut yaitu:
OM Sera
Digawangi oleh Moch Soleh. Sukir, dan Suto, OM yang berasal dari kota Jombang ini lahir pada tahun 2003. Maka sesuai dengan nama yang merupakan singkatan dari “selera masyarakat”, grup ini bertujuan menambahkan segala jenis musik, sesuai dengan keinginan rakyat.
OM Sera dikreditkan. Dengan variasi musiknya yang apik, mencampur aliran musik reggae, blues, remix, hingga jazz, kedalam aliran musik Dangdut Koplo. Keunikan variasi musik OM Sera menjadi tren di kalangan masyarakat Jawa Timur, bahkan terbawa hingga ke Ibu Kota.
OM Sonata
Sama seperti OM Sera, OM Sonata juga berasal dari kota Jombang. Pemain lama yang telah berkiprah selama 20 tahun ini, memiliki tagline “young generation”.
Menurut punggawa OM Sonata, Edy Sugiato, tagline tersebut bermakna untuk merangkul kawula muda.
Dengan tagline berbahasa Inggris, dia harapkan popularitas Dangdut Koplo dapat menjamah kaum muda, yang saat ini lebih condong pada aliran musik barat dan K-Pop.
OM Sagita
Orkes yang berasal dari Nganjuk ini adalah pelopor penggabungan seni jajaran atau kuda lumping dengan musik dangdut.
Ciri khas musiknya yang easy to listen, membuat orkes ini di gandrungi oleh masyarakat. Selain itu, musik tradisional seni kuda lumping yang mereka dangdutkan, sangat unik sehingga membuat orkes ini semakin naik daun.
OM Pallapa
Berasal dari Sidoarjo, OM Pallapa menorehkan tinta sejarah dengan cara merekam penampilannya, kemudian mendistribusikan sendiri hasil rekaman dalam bentuk VCD.
Orkes bentukan Totok Ispiranto ini bertujuan untuk menyaingi maraknya penyebaran VCD bajakan, yang tentunya tidak memberikan penghasilan pada seniman-senimannya.
Setelah kursi ketua di lanjutkan oleh keponakan Totok, orkes ini berganti nama menjadi OM Palapa, mengilangkan 1 huruf “L” pada namanya.
OM Pantura
Berbeda dengan orkes-orkes sebelumnya, OM Pantura dengan pimpinan Bambang Riyanto, cenderung membawakan lagu-lagu pop yang mereka dangdutkan.
Kreatifitas grup asal Demak ini membuat namanya terkenal dengan komposisi musik yang asyik, profesional, dan enak terdengar.
Daftar Nama Artis Pantai Utara
Selain melesatkan nama Orkes Melayu, aliran Dangdut Koplo juga melahirkan bintang-bintang dangdut kenamaan.
Beberapa nama Artis Pantura yang terkenal adalah:
- Inul Daratista
- Uut Permatasari
- Anisa Bahar
- Dewi Persik
- Julia Perez
- Soimah Pancawati
- Nassar
- Shinta Jojo
- Ayu Ting Ting
- Siti Badriah
- Zaskia Gotik
- Trio Macan
- Tiga Macan
- Wika Salim
- Melinda
- Via Vallen
- Deviana
- Suliana
- Dian Marshanda
- Ririn OM Pantura
- Acha Kumala
- Ratna OM Pantura
- Nurma OM Pantura
- Lilis Darawangi
- Toto Anggit
- Tika Zeins
- Fitri Tamara
- Rizky Inggar Narvastu
- Norman Divo
- Iis Susant
- Qiki Rizki
- Erna Parvez
- Selvi Aprilia
- Duo Intan
- Aly Aksyar
- Nella Kharisma,
- Rere Amora,
- Arlida Putri,
Baca juga beritaku: Cengkok Maut Dan Tipis, 2 Hal Dalam Improvisasi Nada Musik Dangdut
Daftar ini tentunya bukan merupakan daftar lengkap Aktris Pantura. Selain nama-nama tersebut yang sering malang melintang di televisi, masih banyak Aktor Pantura lainnya, yang berkiprah di panggung-panggung masyarakat.
Berkelana dari kota ke kota, beriringan tangan bersama orkesnya masing-masing, demi menghibur masyarakat.
Lelah, letih, dan penat yang melekat dalam rasa masyarakat, terlupakan sejenak saat badan bergoyang mengikuti irama musik.
Panggungnya mungkin tidak semegah di televisi, tapi jarak yang dekat membuat suasana semakin akrab.
Riuh rendah sorakan penonton mengiringi penampilan para artis, menenggelamkan kebisingan dunia yang memekakkan telinga.
Artis Pantura Fenomenal
Manusia adalah tempatnya salah. Sejatinya tidak ada manusia yang bisa luput dari berbuat salah.
Sayangnya, posisi sebagai tokoh publik, menjadikan kesalahan ataupun anomali perilaku oleh Artis Pantura, menjadi konsumsi khalayak ramai.
Contoh saja Inul Daratista, yang muncul bersamaan popularitas Dangdut Koplo di masyarakat. Inul terkenal dengan goyangan khasnya, yang bertajuk “goyang ngebor”.
Liuk tubuh yang terinspirasi dari putaran bor, terpadukan balutan busana ketat. Mendapat kecaman karena dianggap provokatif dan berbau ponografi.
Kecaman paling dahsyat tentu saja datang dari Rhoma Irama, yang kita kenal dengan kepribadian santun nan Islami.
Revolusi Aliran Dangdut
Rhoma mengkhawatirkan bahwa aksi panggung Inul akan melahirkan goyangan-goyangan lain yang serupa.
Benar saja, mengikuti jejak Inul yang popularitasnya meroket tajam, muncul nama-nama seperti Uut Permatasari dan Anisa Bahar.
Untuk menyaingi “goyang ngebor”, Uut Permatasari membawa identitas goyangan bernama “goyang ngecor”.
Tidak terlalu kreatif, namun sangat efektif menggaet perhatian masyarakat.
Tak mau kalah, Anisa Bahar turut meramaikan suasana dengan aksi “goyang patah-patah” ciptaannya. Berbeda dengan Inul dan Uut, Anisa mengambil inspirasi dari popping dance ala artis-artis hip-hop.
Setelah badai goyangan khas mereda, keadaan kembali geger dengan munculnya Julia Perez.
Kerap berpenampilan terbuka, artis bersuara serak-serak basah ini mengawali karirnya dengan badai kecaman masyrakat.
Penampilan Julia yang dinilai terlalu kebarat-baratan, memunculkan kembali stigma unsur pornografi dalam penampilan musik Dangdut Koplo.
Selanjutnya ada juga Ayu Ting Ting, yang awal kemunculnnya di sambut hangat oleh masyarakat.
Gayanya yang lugu membantu memperbaiki citra Dangdut Koplo.
Sayangnya, hubungan pribadinya dengan mantan suami, Enji, menjadi momok yang mencoreng nama baik Ayu.
Santer terdengar bahwa pernikahan Ayu dan Enji karena Ayu yang telah hamil duluan.
Kabar ini mau tak mau kembali mencoreng citra Dangdut Koplo, yang sudah sejak lama terkaitkan dengan pornografi, serta hal-hal kurang bermoral lainnya.
Meski demikian, terlepas dalam stigma negatif tersebut, dangdut koplo dalam irisan lainnya mampu membawa pendengar kedalam ruang yang lebih santai.
Sehingga kecaman, jika kita ikut mengecam, adalah mengecam dalam liukan dan bentuk pakaiannya serta vulgarnya. Namun harus kita memberikan apresiasi pada lantunan suaranya yang menghibur.
Pembagian Bintang Pantura
Eksis selama lebih dari 20 tahun, lengkung horizon musik Dangdut Koplo tentunya semarak bertabur ratusan bintang.
Ada yang kerlipannya redup, banyak yang menyala terang gilang gemilang.
Meskipun terbilang masih hijau di bandingkan aliran musik lainnya, bintang-bintang Pantura telah memiliki 2 generasi.
Secara umum, kedua generasi ini terpisahkan berdasarkan tahun kemunculan, serta jenis lagu yang biasa mereka bawakan.
Hingga, generasi senior cenderung menyanyikan lagu-lagu dangdut asli, sementara generasi junior kerap membawakan lagu aliran lain yang mereka dangdutkan.
Generasi Pantura: Senior
Adapun generasi Bintang Pantura Senior merupakan biduan dangdut yang muncul di awal tahun 2000-an, yakni:
- Inul Daratista
- Dewi Persik
- Uut Permatasari
- Anisa Bahar
- Denny Caknan
- Nassar
- Fitri Carlina
- Soimah Pancawati
- Julia Perez
- Trio Macan
Lagu-lagunya masih menggunakan dangdut original, sekelas Rhoma Irama, namun mengalami perubahan nada dan hentakan gendang. Koplo. Namun Menghentak dan meliuk.
Bintang Pantura: Junior
Generasi Bintang Pantura Junior, merupakan penerus generasi senior yang muncul sekitar tahun 2010, yakni:
- Ayu Ting Ting
- Via Vallen
- Nella Kharisma
- Zaskia Gotik
- Siti Badriah
Penyanyi tersebut, melakukan revolusi aliran dangdut, dengan membawakan lagu baru dan berbeda dengan koplo awal yang merupakan transisi dari dangdut original (kelompok Elvie Sukaesih dkk).
Pencarian Bakat Bintang Pantura
Dengan melejitnya para artis pantura, membuat media TV kehilangan momen, maka untuk mendapatkan nilai komersial dari perdebatan ini. TV Swasta memasuki area tersebut dengan menyelenggarakan kegiatan yang mengundang para penyanyi Pantura.
Maka lahirlah ajang pencarian bakat “Bintang Pantura”, sebenarnya bukan pencarian bakat, tapi lebih tepatnya seleksi penyanyi dari jalur pantura.
Kegiatan ini terselenggara sejak 2015, ajang Bintang Pantura telah melahirkan:
- Lilis Darawangi
- Toto Anggit
- Tika Zeins
- Fitri Tamara
- Rizky Inggar Narvastu
- Norman Divo
- Iis Susant
- Qiki Rizki
- Erna Parvez
- Selvi Aprilia
- Aly Aksyar
- Duo Intan
Nama-nama yang kita bahas sebelumnya, bukanlah representasi dari mereka secara eseluruhan. Sebab masih banyak penyanyi yang “tertimbun” oleh orbit TV.
Namun mereka masih eksis dengan lagunya yang menarik, penampilan yang masih santun dan menarik pendengar.
Maka dari berbagai kontrofersi dan fenomenanya, keberadaan Dangdut Koplo dan pada Bintang Pantura patut diapresiasi.
Sehingga berkatnya, industri musik di tanah air menjadi semakin semarak, berbeda ragam rupa, dan mampu menjangkau berbagai kalangan.
Yang berbeda bukan berarti salah, yang sama tak selalu benar. Bukankah hidup akan lebih indah, jika langit disemarakkan beragam warna?
Daftar Pustaka
- Pusat Pengembangan Koleksi dan Bahan Pustaka. Musik Dangdut: Sejarah Sosial dan Musik Populer Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional Indonesia.
- Frederick, William H. 1982. Rhoma Irama and the Dangdut Style: Aspects of Contemporary Indonesian Popular Culture. Bandung: Mizan.
- Lohanda, Mona. 1983. Dangdut: Sebuah Pencarian Identitas (Tinjauan Kecil dari Segi Perkembangan Historis). Jakarta: PT. Gramedia.