Bisnis Dalam profesi Keperawatan
Lahan Bisnis Pendidikan Keperawatan Kini Mulai Memudar Seiring Zaman

Bisnis Keperawatan, Sejak Tahun 2000 Yang Kini Mulai Memudar

Diposting pada

Beritaku.Id, Opini – Semua orang berhak untuk ikut serta mencerdaskan bangsa, secara universal, termasuk didalamnya Keperawatan Yang menjadi lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Sejak era tahun 2000.

Keperawatan yang ada di Indonesia semenjak sebelum kemerdekaan, bahkan mengantarkan salah seorang perawat menjadi Pahlawan Nasional, Baca Pahlawan Perawat, Emmy Saelan Yang Mati Di Ujung Peluru Belanda.

Pekerjaan merawat sudah terselenggara zaman penjajahan Belanda, dengan pendirian rumah sakit. Dengan pola rekruitmen terkader.

Semenjak merdeka tahun 1942, Pekerjaan perawat mengalami kemunduruan yang luar biasa.

Hal ini dipengaruhi oleh 3 tahun pemerintahan Jepang, dengan pola rekruitmen yang tidak mensyaratkan standar pendidikan (berbeda zaman penjajahan Belanda).

Perkembangan keperawatan Indonesia:

  • Sekolah Djuru Rawat Tahun 1952
  • Akper Milik Depkes 1962, Perawat profesional awal.
  • Strata 1 Keperawatan Tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu Keperawatan )
  • Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dan sebagainya. (Sumber: Klik)

Nanti ditahun 1952, pendidikan formal untuk mendidik perawat didirikan. Dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini.

Masuk tahun 2000, Pendirikan Strata 1 dan Diploma III keperawatan sangat terkontrol. Belum lagi dengan kebijakan bahwa yang menyelenggarakan pendidikan keperawatan hanya Departemen Kesehatan Untuk Diploma III.

Kecuali Strata 1 atau jenjang pendidikan Sarjana Keperawatan (belum ada Ners) dibawah payung Departemen pendidikan.

Tahun 2003 setelah terbitnya Undang-undang nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Dalam Bab Ketiga Tentang Hak Dan Kewajiban.

Pasal 8 Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan. Pelaksanaan, Pengawasan, dan Evaluasi Program Pendidikan.

Pasal ini menjadi acuan yang banyak dipakai oleh banyak kalangan untuk mendirikan sekolah sebagai upaya ikut mencerdaskan bangsa.

Bisnis Keperawatan menjamur

Sempat terjadi tarik ulur antara Dinas Kesehatan dengan para pemilik Yayasan yang meminta izin pendidikan pada jalur Kementerian Pendidikan.

Masa pasca tahun 2000 itu memanas. Sebab Dinas Kesehatan memandang bahwa pendidikan keperawatan dan atau pendidikan kesehatan lainnya merupakan locus dari Dinas Kesehatan.

Namun disisi lain dengan UU No. 20 Tahun 2003 tersebut, sangat jelas bahwa perizinan pendidikan keperawatan adalah domain dari Kementerian Pendidikan.

Tanpa bermaksud menyebut siapa yang terbaik, namun jika dibandingkan konsisi terkontrol tidaknya pendidikan keperawatan. Jauh lebih baik disaat dibawah kendali Dinas Kesehatan.

Sebab tidak gampang Bisnis pendidikan keperawatan berdiri pada masa itu. Sangat selektif, dan Dinas Kesehatan Tidak segan menutup sekolah-sekolah yang tidak memenuhi syarat.

Meski pula kelemahan pendidikan keperawatan dibawah Dinas Kesehatan adalah tidak adanya bea siswa untuk peserta didik pada kampus swasta.

Tahun 2003 kemudian menjadi masa transisi, dan dizaman itu banyak kampus didirikan. Semua bersatu “menyerang” dinas kesehatan. Dan bersatu dibawah Kopertis.

Dengan beberapa hal menarik, disana. Diantaranya Bea Siswa dan bantuan pengembangan pendidikan dan sebagainya.

Kampus keperawatan, Diploma III (Vokasi) dan S1 (Profesional), telah berdiri hampir disemua kabupaten.

Bahkan dalam 1 kabupaten berdiri sampai lebih dari 1 kampus.

Kenapa?

Karena peminat pendidikan ini, sebelum tahun 2000 merupakan primadona dan idola kebanyakan orang.

Dengan berjalannya waktu, pendidikan keperawatan yang menjamus ini jelas akan membawa efek besar. Pengangguran.

Sebab jumlah alumni tidak berimbang dengan jumlah serapan. Yang terserap tidak sampai 10 %, dan terus melakukan produksi setiap tahun.

Teori ekonomi akan berlaku dengan hal itu, dan Eksploitasi akan terjadi dimana-mana. Sebab banyak yang antri untuk memakai seragam perawat, meski dengan status honorer.

Yang Profesional Menganggur

Dengan ledakan alumni yang membesar, menyebabkan mereka bekerja tidak lagi sesuai dengan standar profesi mereka.

Rumah Sakit dan Puskesmas memiliki keterbatasan untuk menampung atau menyerap mereka.

Akhirnya mereka melakukan upaya bertahan hidup, tidak lagi pada rel keperawatan atau kesehatan.

Meski pada kebanyakan dosen banyak yang menyayangkan, namun ini sudah menjadi realitas. Bahwa dosen keperawatan dan perangkat pendidikan keperawatn telah gagal total menciptakan perawat profesional.

Mereka tidak menjadi perawat Vokasi dan atau profesi. Bahkan mereka telah membuka usah abaru. Jualan Online, menjadi SPG bahkan menjadi tukang tambal Ban.

Pada kondisi yang dimikian berbanding lurus dengan menurunnya minat masuk untuk kuliah di jurusan keperawatan.

Kenyataannya, saat ini jurusan keperawatan Diploma III maupun S1 mulai sepi peminat. Bahkan ad akampus yang dulu memiliki kelas sampai 6 kelas mahasiswa baru. Saat ini 1 kelas dengan kuota 40 mahasiswa sangat susah untuk dipenuhi.

Apa langkah mengamankan bisnis yang telah berjalan.

Perhatikan, terjadi pergeseran dengan membuka jurusan baru. Hanya dengan langkah ini usaha Yayasan akan tetap bertahan. Sebab mahasiswa baru keperawatan telah mengalami penurunan yang tajam.

Baca juga : Eksploitasi Tenaga Keperawatan Adalah Dosa Kemanusiaan

Lalu visi misi yang dibuat dalam brosur akan dipertanggung jawabkan dimana? Profesi Keperawatan menjadi Lahan Bisnis Yang Kini Telah Memudar?