Ceramah Persuasif Tentang Ibu
Ceramah Singkat Dan Sedih Tentang Ibu (Foto: Flores Muda)

Ceramah Tentang Ayah Dan Pidato Tentang Ibu Singkat Dan Sedih

Diposting pada

Sangat umum untuk didengar dalam ceramah tentang ayah, Ayah dan ibu memiliki peran besar dalam kehidupan. Bahkan momen singkat bersama mereka terlalu sedih untuk sekedar dikenang. Berikut kumpulan pidato dan ceramah mengenai mereka.

Beritaku.id, Organisasi Dan Komunikasi – Nabi menyebutkan kata Ibu sebanyak 3 kali baru kemudian Ayah. Seperti itu sabda Rasulullah mengenai orang yang harus lebih dihormati. Hanya ibu yang rela menukar nyawanya demi anaknya.

Oleh Tika (Penulis Beritaku)

Berbagai bentuk ceramah dan pidato secara persuasif maupun dalam bentuk edukatif, dan yang paling mudah kita pahami adalah ketika pidato tersebut, bertemakan Ayah dan Ibu.

Kenapa Ibu Lebih Utama Dari Ayah?

Ceramah tentang ayah
Sebuah keluarga

Manusia harus mempertahankan garis keturunannya. Untuk mendapatkan keturunan, manusia menggunakan beberapa cara. Ada yang mudah dalam mendapatkannya dan ada yang sulit.

Bagian yang berperan mempertahankan sel telur hingga lahir adalah ibu. Proses itu adalah selama 9 bulan 10 hari. Bahkan setelah proses kehamilan, kelahiran pun bukan sesuatu yang mudah.

Para ibu harus menahan nyeri hingga terjadi pembukaan lengkap untuk melahirkan. Ketika anak terlahir, ibu merawat dan memberi ASI minimal hingga anak berusia 2 tahun.

Semua pengorbanan ibu menuntutnya menjadi sosok yang lebih harus dihormati daripada ayah. Bukan berarti kedudukan ayah lebih rendah, namun perjuangan ibu bagaikan jihad di jalan Allah itulah yang membuatnya unggul.

Demi menghasilkan generasi umat, ibu bagai mesin pencetak uang. Ia rela kelelahan dan memiliki tubuh amburadul karena mengandung.

Padahal wanita selalu berusaha menjaga kecantikan fisiknya. Sosok ibu seakan melupakan keinginan-keinginan itu hanya demi adanya keturunan yang unggul.

Hadist Tentang Menghormati Orangtua Dalam Ceramah Tentang Ayah

Tugas ayah dalam keluarga

Biasanya dalam ceramah akan terselip hadist mengenai menghormati orang tua. Hal ini juga kerap tertulis dalam kumpulan ceramah tentang ayah.

Apa sajakah hadist-hadist tersebut?

Dan Tuhanmu sudah memerintahkan kamu agar jangan menyembah selain Dia. Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka janganlah sekali-mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’.

Dan janganlah kamu membentak mereka serta ucapkanlah perkataan yang mulia kepada mereka. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayangdan ucapkanlah,

“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka, sebagaimana mereka berdua telah mengasihiku waktu kecil.” (QS. Al Isra: 23-24).

Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepa­da kami Rauh, Ibnu Juraij, dan Muhammad ibnu Talhah ibnu Ubaid illah ibnu Abdur Rahman,

Dari ayahnya, dari Mu’awiyah ibnu Jahimah As-Sulami, bahwa Jahimah pernah datang kepada Nabi SAW.dan bertanya, “Wahai Rasulullah, saya ingin berangkat jihad dan saya datang untuk meminta nasihat darimu.”

Rasulullah SAW. memberinya pertanyaan, “Apakah kamu masih mempunyai ibu?” Ia pun menjawab, “Ya.” Rasulullah SAW kemudian bersabda: Rawatlah ia, karena sesungguhnya surga itu berada di bawah telapak kakinya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Wahid dan Ibnu Iyasy dari Yahya ibnu Sa’d, Khalid ibnu Ma’dan, Al-Miqdam ibnu Ma’di Kriba, dan Nabi SAW. yang telah bersabda:

Sesungguhnya Allah telah menitipkan kepada kalian ayah-ayah dan ibu-ibu kalian. Sesungguhnya Allah telah menitipkan kepada kalian ibu-ibu kalian. Dan sesungguhnya Allah telah menitipkan kepada kalian ibu-ibu kalian.

Sesungguhnya pula Allah telah meni­tipkan kepada kalian keluarga kalian yang terdekat, lalu juga yang dekat hubungan kekeluargaannya dengan kalian.

Ibnu Majah telah menjelaskannya melalui hadis Abdullah ibnu Iyasy dengan sanad yang sama.

Itulah kurang lebih hadist-hadist dalam ceramah tentang ayah.

Perjuangan dan Kesedihan Ibu Untuk Melahirkan Anak

Kisah tangguh Ibu

Tidak semua wanita mendapat amanah menjadi ibu. Sedangkan ketika telah menikah, target setiap keluarga adalah memiliki keturunan.

Ketika wanita memulai fase kehamilannya, banyak derita yang mereka rasakan. Mulai dari mual, muntah, pusing, demam, dan sebagainya. Walaupun tidak semua calon ibu merasakannya, namun mereka tetaplah wanita-wanita tangguh.

Berlanjut ke usia-usia kehamilan berikutnya, calon ibu mulai bersaing dengan calon anaknya dalam mendapatkan nutrisi. Tidak heran jika porsi makannya bertambah dan mengalami kerontokan rambut hingga kuku yang mulai patah.

Semua karena nutrisi yang semula hanya untuk dirinya kini harus berbagi dengan calon anaknya. Minggu demi minggu, calon anak tumbuh semakin besar.

Berat yang ditanggung oleh calon ibu pun semakin berat. Panggul yang kecil terpaksa melebar demi memanggul malaikat kecil yang akan terlahir. Akibatnya pinggang ibu semakin sering sakit.

Hari demi hari semakin mendekati persalinan, ibu akan merasakan kesulitan tidur. Pergerakan terbatas dan mudah lelah. Detik demi detik penderitaan seolah tak kunjung henti.

Lelah itu terbayarkan saat mendengar makhluk kecil menangis. Setelah berjam-jam meenahan kontraksi. Akhirnya apa yang ibu kira telah usai, kini menjadi usai.

Namun ternyata perjuangan belumlah usai. Ada sebuah nyawa yang butuh makanan. Ibu pun harus siap memberikan ASI. Minimal bayi membutuhkannya hingga usia 2 tahun.

Sebagai makhluk yang baru menginjak dunia, bayi perlu beradaptasi. Tidak heran mereka rewel di malam hari karena merasa tidak nyaman. Siapa yang harus menjaganya? Tentu saja Ibu.

Dalam masa nifas, Ibu kehilangan banyak darah. Satu sisi ibu juga harus menyusui. Bayangkan drama yang tidak kunjung henti atas ini semua.

Bahkan setelah bayi mulai besar, bekas melahirkan dan menusui pun tercermin jelas dalam tubuh Ibu. Ia kehilangan kecantikannya.

Satu hal yang perlu diingat. Memilih melahirkan dan mempertahankan makhluk kecil ke dunia ini merupakan sebuah keputusan besar.

Ibu telah siap menanggung semua kompensasi yang ada dan konsekuensi yang muncul. Semua itu tidak mampu ditanggung oleh seluruh wanita di dunia. Jadi berterima kasihlah pada Ibu.

Ceramah tentang ayah
Ceramah tentang ayah


Ceramah Sedih Tentang Ibu

Asalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Alhamdulillah kita masih bisa berada di sini bersama-sama merenungi pribadi kita sebagai anak.

Di kesempatan yang berbahagia ini, ijinkan saya menyampaikan sedikit pesan-pesan bagi hadirin terutama yang masih memiliki ibu.

Siapakah orang yang harus kita muliakan di dunia ini? Tak lain adalah ibu. Ia lah malaikat pertama yang kita lihat pertama kali saat dilahirkan ke dunia.

Dikisahkan ruh berkata pada Allah, “Ya Allah, mengapa Engkau mengirimku di dunia? Katanya dunia adalah tempat yang tidak ramah. Aku takut Ya Allah.”

Kemudian Allah menjawab, “Jangan takut, di sana akan ada yang menjagamu. Ia adalah malaikat yang akan senantiasa membantumu.”

Calon ruh kembali bertanya, “Bagaimana dengan keimananku? Bagaimana jika aku menderita?”

Allah kembali menjawab, “Tenanglah, malaikat itu akan membantumu mengenalKu dan mengingatKu kembali. Tidak akan ada penderitaan selama malaikat itu menemanimu.”

Tidak puas akan itu, calon ruh kembali bertanya, “Lantas siapa nama malaikat itu?”

Allah menjawab, “Ibu. Kamu akan memanggilnya Ibu.”

Begitulah akhirnya Allah memilih malaikatnya di dunia sekehendakNya untuk membimbing sebuah ruh. Ia ditiupkan kedalam rahim-rahim pilihan.

Ingat, tidak semua wanita mampu menjadi ibu. Ketika Allah mempercayakannya, Allah menjamin segalanya padanya. Sehingga sangat salah kaprah jika ada yang membuang bayi karena ada rejeki untuk merawatnya.

Ibu selayaknya malaikat akan menjadi garda terdepan demi anak-anaknya. Kala anaknya kesakitan, ia akan maju melindunginya. Ia rela terkantuk-kantuk merawat anak-anaknya.

Di jaman modern ini, banyak kisah menyebutkan akan kenistaan Ibu terhadap anak. Banyak muncul pertanyaan, “Ibu kenapa engkau melahirkan kami jika hanya untuk engkau siksa?”

“Ibu, kami tidak bisa memilih untuk dilahirkan dimana dan kami tidak minta dilahirkan.”

Sebenarnya ini adlah kesalahan banyak pihak. Faktor psikologis dan tuntutan membuat kondisi Ibu tidak stabil. Ketahuilah setiap ibu tentu menyayangi anaknya.

Ikatan batin itu tidak akan pernah hilang. Jadi sebelum menyalahkan tingkah Ibu, cobalah menggali lebih dalam kegundahan hati Ibu. Mana tau ada penyelasan dalam hatinya setelah memarahi anak-anaknya.

Tugas kita tetaplah berbakti padanya. Karena ketika Ibu bertanggung jawab melahirkan kita ke dunia, itu artinya ia telah mempertahankan keberadaan kita dalam rahimnya. Artinya ia menyayangi kita.

Semoga Allah memberikan kita kecukupan untuk membahagiakan Ibu kita. Aamiin.

Wabillahi Taufik wal Hidayah. Assalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh.

Ceramah Persuasif Tentang ayah

Sosok ayah dalam keluarga

Assalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

selamat pagi

salam sejahtera bagi kita semua

Bapak Kepala Sekolah yang kami hormati,
Para guru yang kami banggakan,
Kepada Wali murid kelas X SMAN 2 Besuki yang kami hormati,
serta yang saya sayangi calon adik-adik kelas X SMAN 2 Besuki

Segala puji bagi Allah karena kita dapat berkumpul di aula sekolah dalam keadaan baik dan ceria. Telah tampak keceriaan dari bapak-bapak dan ibu-ibu dalam mengantarkan putra putrinya.

Serta wajah ceria adik-adik yang akan bergabung di SMAN 2 Besuki.

Adik-adik yang berbahagia, sesayang apakah kalian terhadap ayah? Apakah karena jarang di rumah, sehingga adik-adik melupakan sosoknya?

Keseharian seolah hanya Ibu yang menemani hari-hari di rumah. Padahal demi mencukupi kebutuhan adik-adik di rumah, ayahlah yang bekerja keras.

Ia tidka mau menampakkan sosoknya yang lelah di rumah, sehingga kerap bersikap biasa-biasa saja.

Padahal sebenarnya beban ayah sangat berat. Semua itu demi kenyamanan anak dan istrinya. Apa saja beban ayah?

Satu, ia bertugas mencari nafkah.

Ayah memiliki kewajiban atas keluarganya untuk memenuhi nafkah. Definisi dari nafkah itu sangat luas. Tidak hanya terpau pada pangan, sandang, dan papan, namun juga nafkah batin.

Menyenangkna istri dan anak-anak bukan perkara mudah. Sebaiknya kita tidak terlalu menuntut pada ayah.

kedua, ia bertugas membimbing kita ke surga.

Kelak di akhirat, ayahlah yang lebih dahulu dicerca pertanyaan mengenai pertanggungjawabannya kepada keluaraga. Siksaan padanya sangat berat manakala anak-anaknya jauh dari Tuhan.

Segala kemaksiatan anak maupun dosa istri adalah tanggung jawabnya. Jadi masihkah kalian melakukan perbuatan sia-sia dan melemparkan dosanya kepada ayah?

Ketiga, menjadi pemimpin dalam keluarga.

Bukan hal yang mudah menjadi pemimpin. Setiap adanya pengambilan keputusan, ayahlah yang bertindak. Beliau harus menunjukkan wibawa dan kebijaksanaannya dalam keluarga.

Ketika keputusan yang beliau ambil salah, hal itu akan membuat keluargnaya berada di ambang masalah. Lagi-lagi ini akan menjadi beban bagi ayah.

Jadi, masihkah kita menganggap remeh tugas ayah? Mereka tidak hanya bertanggung jawab di dunia tetapi bahkan hingga ke akhirat. Mari mulai menyayangi ayah kita selagi beliau masih ada.

Demikian pidato singkat dari saya,

Wassalamu’alaikum Warohmatullah Waborakatuh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *