Kisah Cinta Ali dan Fatimah
Kisah Cinta Bagai Lentera Menjadi Penerang, Ibarat Ali ke Fatimah Az Zahra (Foto: Kisahmuslim.com)

Kisah Cinta Ali dan Fatimah: Setelah Tertolaknya 3 Lamaran Orang Kaya

Diposting pada

Seperti manusia biasa lainnya, Kisah Cinta antara Ali dan Fatimah, sebagai sebuah pembelajaran menarik, dengan goresan tantangannya.

Beritaku.Id, Kisah Islami – Kisah cinta yang indah datang dari dua insan unggul yang ada dalam hidup Nabi Muhammad SAW.

Tak ada yang lebih indah dari kisah cinta dalam diam milik Ali bin Abu Thalib hingga akhirnya berhasil mempersunting Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW dan Khadijah.

Perasaan yang menyeruak dalam hati Ali bin Abu Thalib dan Fatimah begitu tersembunyi, bahkan syaitan pun tak dapat mengendusnya.

Ali bin Abu Thalib adalah khalifah keempat yang sekaligus merupakan sepupu Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana Ali bin Abu Thalib merupakan pemimpin para wali, sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan secara langsung bahwa nasabnya akan berlanjut pada garis Ali bin Abu Thalib.

Ali seolah merupakan balasan dari Allah SWT untuk ayahnya, Abu Thalib, yang selama hidupnya telah merawat dan melindungi Nabi Muhammad SAW sepeninggal kepergian Abdul Muthallib.

Baca Juga Beritaku: Umat Rasul Dirindukan Surga, Dan Orang Yang Dimuliakan Oleh Nabi

Awal Mula Kisah Cinta Ali Dan Fatimah

Sedangkan Fatimah adalah putri yang paling mirip dengan Nabi Muhammad SAW, baik gaya berdirinya, duduknya, dan berjalannya.

Fatimah binti Muhammad kita kenal pula dengan nama Fatimah Az Zahra yang berarti selalu berseri.

Fatimah juga merupakan putri kesayangan Nabi Muhammad SAW, sampai-sampai beliau pernah bersabda, “Fatimah bagian dari jiwa ragaku. Siapapun yang membuatnya marah, maka ia telah membuatku marah.”

Setiap kali orang kafir menaburkan debu ke kepala beliau atau ketika dalam kondisi terluka, Fatimah akan selalu ada untuk menolong ayahandanya.

Hal inilah yang membuat Ali jatuh cinta pada putri Rasulullah SAW tersebut dan bertekad untuk menabung demi melamarnya.

Rasulullah SAW telah mendidik Ali secara langsung sejak Ali masih kecil, hingga akhirnya beliau menikahkan Ali dengan putrinya yang cantik baik jasmani maupun ruhaninya.

Walaupun begitu, perjalanan kisah cinta Ali dan Fatimah tetap saja berliku. Tak ada kisah yang langsung berbuah manis.

Tantangan Kisah Cinta Ali Kepada Fatima Az Zahra

Berulang kali Ali harus menerima kenyataan pahit. Bahwa banyak pria lain yang menurutnya lebih istimewa darinya. Telah lebih dulu melamar wanita yang ia cintai.

Sisi ini mengangkan bukan, mungkin banyak orang yang merasakan kondisi ini.

Dirinya yang masih belum bisa menyiapkan mahar hanya bisa berpasrah terhadap takdir Allah SWT.

Abu Bakar Ash Shidiq, seorang saudagar kaya yang juga sekaligus menjadi sahabat terdekat Rasulullah SAW, merupakan salah satu orang yang pernah melamar Fatimah.

Ali yang merasa tak sebanding dengan Abu Bakar pun merasa sedih, meskipun ia berharap yang terbaik untuk Fatimah.

Ia sadar bahwa ia belum memiliki apapun untuk membahagiakan putri Rasulullah yang konon cantiknya melebihi bidadari surga itu. Subhanallah.

Meskipun lamaran Abu Bakar tak berujung sukses, kelegaan hati yang baru saja Ali rasakan tak berlangsung lama.

Ia kembali mendengar kabar bahwa sahabat terdekat kedua Rasulullah SAW yaitu Umar bin Khattab, sang singa padang pasir yang begitu gagah dan pemberani melamar Fatimah.

Namun lagi-lagi lamaran itu ditolak. Nabi Muhammad SAW berkata bahwa Fatimah masih terlalu muda. Ali pun merasa ia masih memiliki kesempatan untuk memperjuangkan cinta sucinya.

Tak cukup sampai disitu, pengajuan lamaran untuk memperistri Fatimah dilakukan oleh Abdurrahman bin Auf dan Usman bin Affan.

Dua orang yang datang dengan membawakan begitu banyak harta sebagai mahar senilai milyaran rupiah. Kedua lamaran tersebut juga berakhir dengan penolakan.

Ali Tak Memiliki Mahar

Ali tak memungkiri bahwa ia hanyalah pemuda miskin yang bahkan tak memiliki mahar untuk diberikan kepada Fatimah.

Ia juga merasa posisinya tidak seistimewa yang lain. Ia pun semakin merasa tak yakin akan berhasil mengutarakan apa yang selama ini ia pendam dalam hatinya.

Terlebih lagi ia takut tidak bisa membahagiakan Fatimah. Ia merasa sangat jauh dari kata sempurna.

Untuk mengurangi kegundahan dalam hatinya, para sahabat mencoba memberikan semangat dan dukungan bagi Ali.

Ali mengungkapkan kerisauannya kepada Abu Bakar yang kemudian menasehati Ali bahwa harta benda bukanlah apa-apa di mata Allah SWT, begitu pula di mata Rasulullah SAW.

Mendengar ucapan Abu Bakar tersebut, Ali pun memutuskan untuk memberanikan diri meminang perempuan yang namanya tak pernah luput ia sematkan dalam doanya.

Setelah bertahun-tahun akhirnya Ali sampai ke hadapan Nabi Muhammad SAW.

Ali mengutarakan maksud kedatangannya ketika Nabi Muhammad SAW bertanya padanya. Mendengar jawaban Ali yang ingin melamar Fatimah, wajah Nabi Muhammad SAW menjadi berseri. Beliau berkata sudah banyak orang yang datang dengan maksud dan tujuan yang sama, namun Fatimah selalu menolaknya.

Dan hari ini ia akan kembali bertanya mengenai kesediaan putrinya.

Fatimah menyatakan kerelaannya sembari tersenyum gembira. Akhirnya Nabi Muhammad SAW menanyakan terkait mahar apa yang Ali miliki.

Ali terdiam. Ia hanya memiliki sebilah pedang, seekor unta, dan sebuah baju besi.

Pedang yang ia miliki masih ia perlukan untuk berperang memerangi musuh-musuh Islam.

Sedangkan unta miliknya masih ia butuhkan untuk mengambil air, mengangkut barang, dan melakukan perjalanan.

Hanya tersisa baju besi miliknya.

Mahar Baju Besi

Alangkah bahagianya Ali karena Nabi Muhammad SAW menerima lamarannya meski hanya dengan bermaharkan sebuah baju besi.

Ali menjual baju besi itu kemudian menyerahkan uangnya kepada Nabi Muhammad SAW.

Uang tersebut kemudian dibagi menjadi tiga bagian demi keperluan pernikahan.

Maka menikahlah Ali dan Fatimah, karena memang selama ini Ali adalah orang yang ingin dinikahkan dengan putri kesayangan Nabi Muhammad SAW.

Ali telah berhasil melewati berbagai ujian yang menerpanya dan kini perjuangannya tak sia-sia.

Sesudah menjadi kekasih halal, Fatimah memberikan pengakuan mengejutkan kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib.

Fatimah berkata bahwa sebelum menikah ia pernah mencintai seorang pemuda hingga ia menginginkan untuk menikah dengan pemuda tersebut.

Ali yang mendengarnya bertanya jika demikian adanya mengapa Fatimah memutuskan mau untuk menikah dengannya.
Ia juga bertanya apakah saat ini Fatimah menyesal atas pernikahan itu.

Jawaban yang Ali dengar dari istrinya begitu mengejutkan. Ternyata pemuda yang dimaksud oleh Fatimah tidak lain adalah ia sendiri.

Pepatah tulang rusuk tak akan salah mengenali pemiliknya memang benar. Meskipun keduanya hanya saling mencintai dalam diam, Allah SWT himpun mereka berdua dalam satu ikatan suci pernikahan.

Allah SWT telah menetapkan Ali bin Abu Thalib sebagai jodoh dari Fatimah di langit, dan kini Allah SWT menikahkan mereka di Bumi.

Pernikahan berlangsung antara perang Badar dan Uhud, tepatnya di bulan Ramadhan tahun kedua hijriyah.

Dari pernikahan tersebut, lahirlah Hasan dan Husein yang keturunan dari keduanya banyak yang lahir sebagai wali. Pernikahan itu juga dikaruniai dua orang putri yaitu Zainab dan Ummu Kultsum.

Kesederhanaan Pada Keluarga Rasulullah

Pernikahan Ali bin Abu Thalib dan Fatimah penuh dengan kesederhanaan. Fatimah melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga, mulai dari menimba air hingga menggiling tepung.

Semua itu ia lakukan sendiri lantaran tidak memiliki pembantu. Namun Fatimah tak pernah mengeluhkan hal tersebut.

Ali bin Abu Thalib merasa kasihan pada istrinya lantaran tangan istrinya sampai kapalan akibat terlalu lama memutar gagang penggiling gandum.

Bahkan di bahunya terdapat bekas yang terbentuk akibat sering menimba air.

Ali bin Abu Thalib pernah meminta istrinya untuk mencoba berdialog dengan Nabi Muhammad SAW agar mendapatkan seorang pembantu.

Ketika itu kaum muslimin tengah membawa rampasan dan tawanan perang ke Madinah. Banyak orang yang membutuhkan bantuan datang untuk memenuhi keperluan mereka.

Saat itu Fatimah tidak bertemu langsung dengan Nabi Muhammad SAW sehingga ia menitipkan pesan pada Aisyah.

Setelah Nabi Muhammad SAW pulang, Aisyah menyampaikan maksud kedatangan Fatimah tersebut.

Tentu saja Nabi Muhammad SAW tidak mengabulkan permohonan itu meskipun Fatimah merupakan putri kesayangannya.

Alih-alih beliau mendatangi Ali bin Abu Thalib dan Fatimah malam itu juga. Tepat ketika mereka hendak tidur, Nabi Muhammad SAW memberikan nasehat kepada mereka, bahwasanya membaca tiga puluh tiga kali takbir, tiga puluh tiga kali tasbih, dan tiga puluh tiga kali tasbih adalah lebih baik daripada seorang pembantu.

Fatimah Senang Bermanja Kepada Ali

Kisah Cinta
Kisah Cinta Tak Terungkap Dengan Biasa Kata, Seperti Fatima Kepada Ali (Foto; Merdeka.Com)

Selama hidupnya Ali bin Abu Thalib hanya menikah dengan Fatimah. Hal ini menunjukkan kesetiaan beliau yang begitu besar.

Nabi Muhammad SAW juga telah menanamkan kepada Fatimah bahwa ia harus senantiasa patuh kepada suaminya.

Fatimah pernah datang dengan raut muka yang sedih karena pada malam harinya ia telah membuat suaminya marah.

Fatimah harus merayu Ali bin Abu Thalib dengan berlari-lari kecil di sekeliling suaminya sembari merayu hingga akhirnya suaminya ikut tertawa.

Ketika Nabi Muhammad SAW mendengar cerita tersebut. Beliau berkata bahwa jika suatu hari Fatimah meninggal. Dalam keadaan bilamana Ali belum memberikan maaf terhadap kesalahan yang Fatimah perbuat. Niscaya Nabi Muhammad SAW tidak akan menshalati jenazah putrinya.

Nabi Muhammad SAW juga pernah bertanya kepada Fatimah mengenai pendapat Fatimah terhadap Ali bin Abu Thalib.

Fatimah berkata ia bersyukur memiliki Ali bin Abu Thalib sebagai suaminya. Namun ada satu hal yang mengganggunya.

Fatimah bercerita bahwa beberapa wanita datang ke rumahnya dan bertanya mengapa ia mau menikah dengan seorang pemuda miskin yang tak memiliki apa-apa.

Nabi Muhammad SAW yang mendengarnya menasehati Fatimah bahwasanya Allah telah kirimkan dua laki-laki terbaik untuk Fatimah, yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai ayahnya dan Ali bin Abu Thalib sebagai suaminya.

Hikmah Kisah Cinta Fatimah Dan Ali

Kisah cinta Ali bin Abu Thalib dan Fatimah Az Zahra merupakan satu dari berbagai kisah yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan.

Kisah ini juga dapat menjadi pelipur lara bagi orang-orang yang hingga kini masih belum menemukan jodohnya.

Kita sebagai umat muslim harus yakin bahwa Allah SWT telah mempersiapkan jodoh terbaik bagi masing-masing dari kita. Jodoh tidak akan pernah tertukar.

Tingkatan terbaik dari mencintai seseorang. Adalah dengan mendoakannya dalam diam hingga tiba saat dimana Allah SWT akan mempertemukan dan mempersatukan keduanya.

Doa juga harus diiringi suatu usaha. Memantaskan diri dan mempersiapkan segala keperluan tanpa saling mengumbar perasaan adalah usaha yang bisa kita lakukan.

Jika kamu sudah menemukan jodohmu, jagalah ia layaknya tulang rusukmu yang hilang.

Kiasan tersebut memiliki makna besar dalam menjaga suatu hubungan. Jangan kau paksakan untuk meluruskannya, karena jika salah justru akan patah.

Bersikap baiklah karena dengan cara itulah dua orang bisa saling berdekatan. Semoga kita semua senantiasa mendapatkan rahmat untuk dengan hal-hal yang Allah SWT ridhoi, Amin

Baca Juga: Surga, 8 Yang Dijamin Nabi, Termasuk Keluarga Firaun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *