Kisah Nabi Ismail AS, Air Zamzam dan Ka'bah
Kisah Nabi Ismail AS, dari Air Zam-zam, Idul Qurban Hingga Ka'bah

Kisah Nabi Ismail AS, Air Zamzam Hingga Ka’bah

Diposting pada

Nabi Ismail AS dengan Air zamzam, Idul Qurban dan Baitullah (Ka’bah)

Beritaku.Id, Islami – Melanjutkan Kisah 25 Nabi dan Rosul Allah, kali ini kita akan berbagi sejarah dan Kisah Nabi bernama Ismail AS Bin Ibrahim AS dan Air Zamzam hingga Ka’bah sebagai bagian dari kisahnya.

Nabi Ibrahim AS, sebagai Nabi yang menjadikan bumi luas sebagai tempat belajarnya, memiliki istri bernama Sitti Sarah.

Selama pernikahan keduanya, tidak memiliki keturunan, sementara Nabi Ibrahim selalu berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT, agar diberikan keturunan.

Berharap dan meminpikan anak yang soleh untuk membantu segala urusan dan dakwah yang akan dijalankannya.

Istri yang mengabdi kepada suami, ditunjukkan oleh Sarah, sebab mengetahui dirinya mandul, maka Sarah menyerahkan Budaknya bernama Sitti Hajar.

Untuk dijadikan istri kedua, dan berharap agar Nabi Ibrahim segera memiliki keturunan, sesuai harapannya.

Kisah Lahirnya Nabi Ismail AS Hingga Air Zamzam

Kisah lahirnya Nabi Islamil adalah Setelah pernikahan Siti Hajar dan Nabi Ibrahim, maka Hajar pun hamil dan melahirkan anak yang lucu, yakni Ismail AS.

Namun setelah beberapa hari kemudian, Allah memerintahkan Ibrahim agar membawa keduanya (Hajar dan Ismail) hijrah ke Mekkah.

Ibrahim mematuhi perintah Allah SWT, dia segera membawa keduanya menuju Mekkah, dengan melewati jalan yang penuh dengan kesuburan dan keindahan.

Namun ketika sampai di masuk di Mekkah, yang terlihat adalah lahan tandus dan gurun pasir yang luas.

Setelah sampai, Ibrahim meninggalkan keduanya, dan menuju kembali ke Syam, kisah ini menyedihkan danmembuat haru.

Tidak ada kehidupan yang tampak disana, entah dengan ambisi untuk kehausan ilmu Ibrahim, dia meninggalkan anak dan istrinya tersebut.

Dalam benak, dengan rasional, hanya suami yang tega yang akan meninggalkan istri dipadang pasir, atau suami yang menginginkan kematian istri yang melakukan hal tersebut.

Ketika Nabi Ibrahim hendak beranjak, Sitti Hajar mengejarnya, “Wahai Ibrahim, ke mana engkau pergi?

Mengapa engkau wahai Nabi Allah pergi meninggalkan kami berdua di lembah ini, padahal di dalamnya tidak ada (tanda-tanda kehidupan) sesuatu pun.”

Nabi tidak menjawab pertanyaan istrinya yang beriman tersebut, sampai dulangi pertanyaan sebanyak 3 kali, tetap saja diam.

Kemudian si istri bertanya: “Apakah Allah SWT memerintahkannya yang demikian ini?”

Nabi Ibrahim menjawab: “Benar.” Istri yang beriman itu berkata: “Kalau begitu, kita tidak akan disia-siakan.”

Nabi Ibrahim menuju ke tempat di suatu gunung lalu beliau mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada Allah SWT:

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempuyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. ” (QS. Ibrahim: 37)

Meninggalkan Anak Istri Di Gurun Pasir

Saat itu, belum ada Baitullah seperti yang ada sekarang (tanah Arab Saudi), semua masih berbentuk gurun pasir yang tandus dan luas.

Kisah ini membuat kita akan terharu semua, sebab pengorbanan Ketiganyalah dalam perintah Allah yang dilakukan dengan ketaatan, sehingga semua itu terjadi.

Nabi Ibrahim kemudian meninggalkan istri keduanya (St Hajar) dan anaknya (Ismail) yang masih menyusu di padang tandus sahara.

Kemudian setelah ditinggalkan Ibu Ismail menyusui anaknya dan mulai merasakan kehausan.

Matahari terik, ditengah padang pasir, kehausan adalah pasti, dalam 2 hari air susu Sitti Hajar sudah habis, karena kekurangan cairan.

Sitti Hajar tidak tinggal diam, tapi dia berlari menuju ke gunung Safa, karena matahari yang terik tersebut, dia memegang dahinya untuk melindunginya dari matahari.

Sesampai diatas bukit, air tidak ditemukannya, dan musyafir soerangpun tidak ada.

Kemudian dia turun dari Bukit Safa, lalu berlari menuju kegunung yang lain di Bukit Marwah, namun kembali lagi menelan kecewa, karena tidak menemukan air.

Dahaga menghampirinya, dan kemudian mendekati anaknya yang masih menangis semakin keras karena kehausannya.

Sang Ibu tidak berpangku tangan, namum kembali ke Safa dan Marwah yang nihil harapan tersebut sebanyak 7 kali.

Oleh karenanya,orang berhaji berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.

Setelah 7 kali melakukan hal tersebut, Sitti Hajar kembali ke anaknya, sudah mulai putus asa, sebab semua hal yang dilakukannya adalah nihil.

Kisah St Hajar, Nabi Ismail AS dan Air Zamzam

Ismail yang kehausan, memukulkan kakinya ketanah, dan dari sanalah memancar air, dan itulah Air ZamZam yang ada sekarang.

Melihat hal tersebut, Sitti Hajar bersyukur kepada Allah SWT, dan mengambil air tersebut, memberi minum kepada anaknya, diapun meminumnya dengan menggunakan tangannya, atas nama Allah.

Nabi Ismail Az dn Lokasi Sumur Air Zamzam
Lokasi Sumur Air Zamzam di masa lampau, hingga kini airnya tidak pernah surut, berposisi didekat Ka’bah yang dibangun awalnya oleh Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim (Foto: Istimewa)

Atas kejadian itu, kehidupan bersemi di sekitar Air ZamZam tersebut, musyafir mulai berdatangan dan menghampiri sumber air tersebut.

Kehidupan menggeliat, disekitar Air ZamZam, semakin ramai, dan Ismail mulai bertumbuh, dan Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang kepadanya.

Ibrahim Menemui Ismail Anaknya Nabi Ismail AS

Kisah selanjutnya adalah kerinduan Nabi Ibrahim berkunjung menemui Hajar dan anaknya. Didapatinya anaknya yang mulai bertumbuh dan sudah bisa ditemani untuk berbicara.

Namun dalam mimpi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail AS, ia yakin bahwa perintah itu datangnya dari Allah SWT.

Setelah ia bangun dari tidurnya, Nabi Ibrahim mendatangi anaknya dan berbicara berdua bersamanya.

Ibrahim menyampaikan kepada anaknya Ismail “Wahai putraku (Ismail), sungguh aku melihat sesuatu dalam mimpiku bahwa aku harus menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu (setelah ini)!”

Ismail kemudian menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah SWT) kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar (Dalam PerintahNya).” (QS. Ash Shaaffaat: 102).

Ibrahim pun membawa Ismail ke Mina, untuk menghindari agar dirinya tidak sedih, maka ia menempatkan kain diatas wajah Ismail.

Sementara Ismail telah siap untuk menerima segala ketetapan Allah SWT, dengan segalah kepasrahan kepada Allah SWT, Ibrahim menjalankan perintahNya.

“Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. Ash Shaafffat: 104-106)

Malaikat Jibrir segera datang dan mengganti Ismail dengan seekor Kibas, akhirnya Nabi Ismail tidak tersembelih oleh pisau tajam Nabi Ibrahim AS, peristiwa itu diingat sebagai Hari Idul Qurban setiap tahun.

Kisah, Nabi Ismail AS Tumbuh Dewasa

Setelah kejadian diatas, semakin hari Ismail bertumbuh menjadi lelaki dewasa, dan sudah waktunya untuk dinikahkan.

Dirinya menikah dengan seorang wanita di dekat sumur Zamzam yang saat itu telah menjadi kota yang ramai oleh penduduk sekitar.

Tidak lama setelah kejadian itu, Sitti Hajar pun meninggal dunia, meninggalkan suami dan anaknya.

Suatu waktu Ibrahim hendak mengunjungi Ismail putranya, namun tidak menemuinya dirumahnya tersebut.

Yang ada adalah istri Ismail, dirinya bertanya tentang dimana keberadaan Ismail, dan istrinya menjawab bahwa Ismail pergi untuk mencari nafkah untuk keluarga kami.

Lanjut, istri Nabi Ismail berkeluh kesah kepada Nabi Ibrahim mengenai kehidupannya yang mengalami banyak keluhan dan keburukan.

Mengaku kehidupan yang sempit, dan penuh dengan penderitaan dan keluhan yang sangat luar biasa.

Nabi Ismail AS Bercerai Atas Perintah Ibrahim

Kisah selanjutnya, Keluh kesah yang dilaukan istri Ismail kepada Nabiullah Ibrahim, rupanya membuatnya mengambil sebuah keputusan dengan pesan tersirat sebelum meninggalkan anak menantunya tersebut.

Ibrahim berkata begini kepada menantunya “Nanti apabila Ismail datang sampaikan salamku dan katakan kepadanya agar mengganti pintu rumahnya”

Istri Ismail tidak mengetahui sama sekali bahwa yang datang adalah ayah mertuanya tersebut.

Setelah Ismail kembali kerumah, dia bertanya kepada istrinya apakah ada yang datang mencarinya?

Istrinya menjelaskan bahwa ada orangtua yang datang dan menjelaskan ciri-ciri orangtua tersebut.

Dan menyampaikan pesan yang disebutkan oleh Ibrahim.

Ismail menjelaskan kepada istrinya, bahwa sungguh itu adalah ayahku, Nabi Allah Ibrahim AS, dan jika begitu pesannya, maka kembalilah kepada kedua orangtuamu.

Semenjak saat itu Ismail menceraikan istrinya tersebut.

Selanjutnya Ismail menikah lagi dengan wanita lain, yang tidak jauh dari ais Zamzam.

Pada suatu ketika Ibrahim datang lagi untuk melihat putranya, namun tidak menemuinya, yang didapat adalah istri kedua Ismail.

Lalu wanita tersebut ditanya, keman Ismail?

Istri Ismail menjawab bahwa suaminya sednag keluar untuk mencari nafkah buat keluarganya.

Lalu Ibrahim bertanya lagi, bagaimana kehidupan kalian, maka dirinya menjawab bahwa dirinya dalah kehidupan yang serba berkecukupan atau baik.

Dan istri kedua Ismail tersebut memuji Allah SWT, mennjelakan kepada Ibrahim baha dirinya dan keluarga memakan daging dan meminum air.

Ibrahimpun mendoakan keduanya kepada Allah SWt, semoga makana dan air mereka di berkati Allah SWT.

Nabi Ibrahim AS kemudian berkata kepada istri Ismail tersebut,

“Jika saja suamimu nanti datang, maka sampaikanlah salamku untuknya dan perintahkanlah (segera) memperkokoh tiang rumahnya (yang kelihatan lemah)”

Rupanya makna pesan Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail AS adalah agar mempertahankan istri keduanya tersebut karena akhlaknya yang baik.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Membangun Ka’bah

Sejarah awal adanya Ka’bah yag ada sekarang adalah berkat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS.

Setelah mereka berpisah, berikutnya Nabi Ibrahim kembali menemui Ismail ketika itu sedang duduk didekat air Zamzam meruncingkan anak panahnya.

Untuk mendirikan Ka’bah sebagai perintah Allah SWT

Kemudian dia berkata, “Wahai Ismail, Allah memerintahkanku dengan suatu perintah.”

Ismail kemudian berkata kepada ayahnya (Ibrahim), “Lakukanlah apa yang diperintahkan (Membangun Ka’bah) Tuhanmu (Allah SWT)”

Ibrahim berkata lagi, “Apakah kamu bersedia membantuku (membangun ka’bah)?”

Ismail Menjawab “Ya, aku akan membantumu (Melaksanakan Perintah Allah SWT).”

Ibrahim berkata, “Allah memerintahkan kepadaku agar (segera) membangun rumah (Baitullah) di tempat ini.”

Ibrahim menunjuk ke suatu tempat yang agak tinggi dibanding sekelilingnya. sebagai tempat Ka’bah akan diposisikan.

Di dekat posisi tersebut itulah keduanya meninggikan dasar Baitullah, Ismail bertugas dengan bekerja memindahkan batu-batu sedangkan Ibrahim yang bertugas untuk menyusunnya (membangunnya).

Keduanya bekerja sambil mengucapkan kalimat doa, “Wahai Tuhan kami, terimalah (amal perbuatan baik) dari kami sesunggunya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”

Keduanya terus saja membangun hingga mengelilingi Baitullah dan keduanya terus membaca doa, “Wahai Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 127).

Setelah keduanya (Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail) telah selesai membangun Ka’bah yang tinggi tersebut, maka keduanya lantas berdoa.

“Ya Tuhan Kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui–Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji Kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 127-128)

Allah Subhaanahu wa Ta’ala memuji Nabi-Nya Ismail ‘alaihissalam dan menyifatinya dengan sifat hilm (santun), sabar, menepati janji, menjaga shalat dan memerintahkan keluarganya menjaga shalat (QS. Maryam: 54-55).

Nabi Ismail AS Penjaga Air Zamzam

Nabi Ismail menjadi rasul yang diutus kepada kabilah-kabilah yang tinggal di sekitar sumur Zamzam, adapun kabilah yang dimaksud adala: Jurhum, ‘Amaliq, dan penduduk Yaman.

Allah memberikan wahyu kepadanya. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.” (QS. An Nisaa’: 163)

Nabi Ismail adalah nenek moyang bangsa Arab yang adaa sekarang dan ia adalah orang yang pertama memanah.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ، فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا

“Panahlah wahai keturunan Ismail (pemanah jitu), karena nenek moyangmu adalah seorang pemanah.” (HR. Bukhari).

Demikianlah Kisah Nabi Ismail AS, Air Zamzam hingga Ka’bah yang ada sekarang ini.

Source : Kisahmuslim.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *