Terkenal keras dan tegas, Umar bin Khatab memiliki kisah hidup yang cocok menjadi panutan. Sebelum wafat, beliau memiliki permintaan untuk mati syahid dan Allah mengabulkannya.
Beritaku.id, Kisah Para Nabi dan Rosul – Ucapan adalah doa. Meminta bagaimana kematian datang dan seperti apa prosesnya tanpa sadar menjadi sebuah permintaan yang menembus langit. Umar bin Khatab membuktikannya saat pengikutnya mengatakan itu tidak mungkin.
Oleh: Tika (Penulis Kisah Para Nabi dan Rosul)
Kisah Singkat Umar Bin Khattab Sebelum Masuk Islam
Umar bin Khatab merupakan khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash Shidiq. Beliau aalah ayah dari istri Nabi Muhammad yang bernama Hafshah. Julukan bagi dirinya adalah Al Faruq yaitu dapat membedakan kebenaran dan kebatilan.
Sebelum masuk Islam, ia merupakan peminum berat. Orang-orang Mekkah sangat menghormati dan menyegani beliau. Awalnya, Umar sangat antipati terhadap kehadiran Rasulullah. Sehingga kaum muslim menganggapnya lawan yang sangat berat.
Ia sangat membenci Islam lantaran membuat terpecahnya kaum Quraisy dan Mekkah. Oleh sebab itu ia sekuat tenaga menghentikan dakwah Rasulullah.
Umar kerap menggunakan kekerasan untuk menganiaya pengikut Nabi. Kala itu ia hendak membunuh Nabi Muhammad. Namun salah satu pengikut Nabi bernama Nu’aim bin Abdullah memberitahu Umar jika saudaranya memeluk Islam. Ia pun menjadi sangat marah.
Saat pulang, ia mendapati saudaranya membaca Al Qur’an Surat Thoha ayat 1-8. Murkalah Umar. Ia memukul saudaranya hingga bersimbah darah. Kala itu ia sadar kemudian membaca apa yang sebelumnya dibaca saudaranya. Umar lalu memeluk Islam.
Akibatnya, ia dikucilkan oleh orang-orang Mekkah dan ikut hijrah ke Madinah bersama Nabi Muhammad.
Penyebab Umar Bin Khattab Masuk Islam
Dalam Ar Rahiq Al Makhtum tersebut bahwa keimanan Umar Bin Khatab muncul berangsur-angsur. Pertama adalah kala ia melewati Ka’bah dan melihat Rasulullah melaksanakan sholat. Saat itu Nabi membacakan Surat Al Haqqah.
Umar terkesima dengan lafadz-lafadz tersebut. Namun ia mengokohkan hatinya dengan menganggap itu hanya syair seperti perkataan orang-orang Quraisy. Rasulullah saat itu mematahkan anggapan Umar dengan membaca,
“Sesungguhya Al-Qur’an benar-benar wahyu Allah melalui Rasul. Al Qur’an bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.”
Baca juga beritaku: Pembebasan Negeri, Kisah Sahabat Rasul Umar Bin Khattab
Saat itu Umar tetap membantah dalam hati dan menganggap jika bukan perkataan penyair, maka Al Qur’an merupakan hasil buatan tukang tenung. Namun lagi-lagi anggapan itu terbantahkan oleh ayat selanjutnya.
“Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengamil peljaaran dari itu. Al Qur’an adalah wahyu dari Tuhan semesta alam.”
Rasulullah melanjutkan hingga akhir surat. Sebenarnya saat itu Umar telah memiliki benih-benih Islam dalam hatinya. Sayangnya sifat jahiliyah masih menghinggapinya. Selain itu, ia juga masih menghormati agama nenek moyangnya.
Kisah Umar Terkesima dengan Al Qur’an
Peristiwa demi peristiwa masih berlanjut. Saat Umar bin Khatab berada di puncak kebenciannya kepada Nabi, ia bermaksud membunuh Muhammad. Di tengah perjalanan, lelaki ini bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah.
Kemudian Nu’aim menanyakan tujuan Umar. Ia kemudian mengatakan jika sampai lelaki itu menghabisi Muhammad, maka ia tidak akan aman dari pembalasan Bani Hasyim dan Bani Zuhrah.
Nu’aim pun mengabarkan jika saudari Umar dan suaminya telah meninggalkan agama nenek moyang mereka. Kala itu ia berpaling menuju rumah Fatimah saudarinya.
Benar saja, Fatimah dan Sa’ad sedang melantunkan Al Qur’an atas bimbingan Khabab. Ketika Umar melabraknya, mereka menganggap sedang tidak melantunkan Al-Qur’an melainkan hanya berbincang.
Namun Saad mengatakan pada Umar seandainya agama lainlah yang lebih benar dari agama nenek moyang, lalu bagaimana?Lelaki itu pun murka dan menyerang Saad. Ketika Fatimah hendak melerai, ia juga terkena imbasnya.
Karena malu, Umar meminta kitab yang dibaca saudarinya tadi. Setelah membersihkan diri, ia membaca surat Thaha dan mulai terkagum. Saat itu Khabab keluar dari persembunyiannya dan berbahagia karena doa Rasulullah terkabul atas Umar.
Pria yang terkenal dengan watak kerasnya itu pun menghadap Rasulullah. Awalnya seluruh pasukan mengira Umar akan membunuh Nabi, namun saat Muhammad keluar dan memegang pundak Umar, pria itu justru mengucap dua kalimat syahadat.
Kisah Sedih Wafatnya Sayyidina Umar Dan Yang Membunuhnya
Setelah sekian lama memeluk Islam dan menjadi khalifah kedua pasca Abu Bakar, musuh semakin banyak mengincar Umar. Dua negara adidaya yaitu Persia dan Romawi menjadi wilayah kuasa pria tersebut. Islam semakin meluas.
Umar banyak melakukan reformasi secara administratif. Ia juga memerintahkan adanya sensus dan memulai tahun baru Islam setelah peristiwa Hijrah.
Semua keberhasilan ini membuat Abu Lukluk murka. Ia adalah seorang budak namun fanatik dengan negaranya (Persia).
Saat sholat Shubuh tiba, Umar memimpin sholat. Abu Lukluk yang merupakan seorang pandai besi menghujamkan pisau tajam ke perut pria itu. Umar terkapar.
Di sisi lain, Abu Lukluk hendak melarikan diri namun terhalang oleh shaf sholat. Ia pun membunuh semua penganggunggunya hingga 13 orang tewas.
Umar menarik tangan Abdurrahman bin Auf dan menyuruhnya menggantikan posisi imam. Pria tersebut langsung menggantikan beliau dan membaca surat yang pendek agar sholat lebih cepat selesai.
Pengikut Umar membawa Umar ke rumah dan membaringkannya. Ia bertanya siapa yang telah menusuknya? Ternyata adalah Abu Lukluk.
Sebelumnya pria itu meminta bantuan Umar atas persengketaannya dengan tuannya dan Umar telah membantunya menyelesaikannya. Akan tetapi Abu Lukluk telah tewas bunuh diri saat seorang jamaah menelungkupkan kain atas dirinya.
Merasa dirinya tidak mampu bertahan lama, Umar menyuruh anaknya ke tempat Aisyah dan meminta ijin memakamkan ayahnya di sebelah Nabi dan Abu Bakar.
Aisyah menyetujuinya dan tak berapa lama setelah mengetahui kabar tersebut, Umar wafat.
Umar memang meminta untuk wafat dalam kondisi syahid. Akan tetapi banyak pengikutnya yang merasa tidak mungkin karena Umar adalah khalifah dan tidak boleh berperang. Ternyata Allah mengabulkan permintaan Umar. Ia tewas di tangan orang kafir.
Permintaan Terakhir Sayyidina Umar
Umar meminta kepada anaknya untuk menghitung hutang-hutangnya. Sang anak menjawab kurang lebih 86 ribu. Umar memerintahkan anaknya untuk melunasinya menggunakan uang keluarga. Akan tetapi jika tidka cukup, maka mintalah bantuan Bani Adi bin Ka’ab.
Jika masih tidak cukup, maka mintalah kepada kaum Quraisy dan jangan meminta selain daripada mereka. Ia meminta anaknya untuk segera membantunya melunasi hutang-hutangnya sebelum ia tewas.
Selain itu, setelah ia tertusuk, ia juga meminta Abdullah menggantikannya sesegera mungkin dan melanjutkan sholat shubuh karena waktu shubuh telah hampir habis. Itulah ketaatan Umar hingg ia tidak menyadari bahwa diriny apun dalam kondisi sekarat.
Umar Bin Khatab wafat pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H. Ia dimakamkan tepat disebelah Nabi Muhammad dan sahabatnya Abu Bakar Ash Shidiq. Setelah wafatnya Umar, khalifah dignatikan oleh Usman Bin Affan.
Dakwah Terakhir Umar Kepada Pemuda Sebelum wafat
Begitu banyak kisah yang memberikan pelajaran bagi umat muslim kala pemerintahan Umar. Ia juga pernah mendapatkan dua pemuda menghampirinya. Salah satu tangan pemuda itu terikat.
Pemuda yang lain menuduhnya membunuh ayahnya. Umar pun meminta penjelasan kepada pemuda dengan tangan terikat itu.
Ia mengatkan jika ia tidak sengaja melempar batu kepada ayah pemuda lain tersebut. Padahal maksudnya adalah untuk melempar untanya yang menuju kebun penduduk.
Atas keterangan itu, Umar memutuskan memberikan hukuman Qishash. Namun pemuda yang mendapat hukuman itu meminta ijin melunasi hutang-hutangnya dulu.
Ia meminta wkatu tiga hari. Umar pun menanyakan jaminan jika pemuda itu mengingkari janji. Maka Salman mengajukan diri menggantikan hukuman tersebut.
Baca juga beritaku: Sejarah Nabi Isa As: Kelahiran, Mukjizat, Hingga Wafat
Setelah tiga hari, pemuda itu tidak kunjung datang. Kemudian Salman bersiap ke tempat Qisash. Sebelum algojo melakukan tugasnya, pria yang ditunggu tiba dengan berlari.
Ia meminta maaf atas keterlambatannya karena untanya kehausan di tengah jalan. Ia meninggalkan untanya dan berlari ke lokasi Qisash.
Umar pun terheran. Padahal bbisa saja pemuda itu pergi melarikan diri. Lagipula tidak ada yang mengenalinya. Namun pemuda itu menjawab ia tidak ingin orang lain beranggapan bahwa umat muslim ingkar janji.
Kembali, Umar bertanya pada Salman, alasan ia menolong lelaki tersebut. Sallman menjawab bahwa ia tidak ingin ada yang mengira umat muslim saling suudzon pada sesamanya.
Umar membatalkan Qisash dan pengikutnya bertanya. Jawab Umar adalah ia tidak ingin da yang mnegira umat muslim tidak saling menyayangi dan memaafkan.
Kata-kata Bijak dalam KisahUmar Bin Khatab
Kisah Umar bin Khatab sangat menginspirasi. Terlebih adanya beberapa kata-kata motivasi dan nasihat sebagai berikut:
- Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu lebih dulu. Karena celamu lebih banyak darinya.
- Jika engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tidak seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
- Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu lebih dulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
- Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, merasa rugi, dan larut dalam penyesalan.
- Jika engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
- Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
Pesan Umar kepada Dua Sahabatnya
Pada waktu itu menjelang wafatnya, Umar bin Khattab sempat menoleh kepada Ali, “Hai Ali, bisa jadi kaum itu mengakui kelebihanmu dan hak engkau. Kekerabatanmudengan Rasulullah dan kemuliaan keturunanmu di sisi Rasulullah.
Mereka juga mengetahui kelebihan ilmu dan kepahamanmu di dalam agama, lalu mereka memilihmu menjadi khalifah. Maka jika sekiranya hal itu terjadi dan engkau mengatur pekerjaan ini, maka takutlah dirimu kepada Allah. Dan janganlah engkau memberikan hati pada bani Hasyim yang bersewenang-wenang menekan kepala manusia.”
Setelah itu, Umar menoleh kepada Utsman dan berkata, “Hai Utsman, bisa jadi orang-orang itu mengakui kelebihanmu karena dirimu menantu Rasulullah.
Mereka mengetahui kelebihan usiamu, lalu mereka memilihmu menjadi khalifah. Maka jika engkau terpilih dan memegang pekerjaan besar ini, sekali-kali janganlah engkau beri hati kaummu bani Umaiyah untuk menekan kuduk manusia.”
Demikian petuah dari Umar dalam kisah hidupnya sebelum wafat. Semoga kita mendapatkan pelajaran dan keimanan atas kisah tersebut. Wallahu a’lam.