Musim kemarau dan musim hujan, adalah musim di Negara Indonesia, Beberapa Doa Ketika Hujan Turun, Jangan Panik!
Beritaku.Id, Makassar – Yang lama merindukan detak air hujan, ketika kemarau mencipta kering kerontang tanah. Menciptakan pori dan belahan tanah yang haus sentuhan air untuk melarutkannya.
Musim tanpa hujan yang berkepanjangan berbulan-bulan bahkan tahun, kini akan berlalu, suasana rindu dengan hujan adalah dirasakan hampir semua orang. Musim hujan segera tiba.
Apa yang perlu Dilakukan saat Hujan?
Ketika turun hujan, maka harusnya adalah bersyukur, sebab hujan adalah rahmat dari Allah SWT. Dan hujan merupakan berkah bagi alam.
Hujan merupakan sebuah siklus alam untuk mempertahankan kelangsungan dan pelestarian bumi.
Debu yang melayang dan hingga diatas atap rumah akan melebur dengan air dan kembali ketanah.
Debu yang menempel didedaunan hingga menutup stomata dan menghambat proses fotosintetis pada daun hijau tumbuhan akan bersih.
Hujan akan menjadi sumber kehidupan seluruh mahluk yang ada dan hidup di bumi.
Doa Ketika Turun Hujan
Ketika turun hujan, Rasulullah sangat bergembira dengan datangnya hujan hingga beliau bertabarruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.
Diceritakan, pada suatu ketika Rasulullah pernah kehujanan. Lalu, beliau menyingkapkan bajunya hingga terguyur hujan.
Para sahabat mengatakan, “Ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian, Rasulullah bersabda, “Sebab, ia (hujan) baru saja diciptakan Allah SWT.” (HR.Muslim).
Beritaku: Hujan-hujanan, 5 Manfaat Air Hujan, Jangan Lagi Melarang Anak
Imam Nawawi menjelaskan:
“Hadits ini mengandung makna bahwa hujan itu rahmat, yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah. Oleh karena itu, Nabi Muhammad ber-tabarruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.”
Di samping bersyukur dengan hujan. Kita juga disunnahkan untuk membaca doa yang dibaca ketika turun hujan sebagai berikut.
Doa Turun Hujan
Bacaan Doa Turun Hujan Latin “Allahumma shoyyibian naafi’an”
Arti Doa Turun Hujan
“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.” (HR.Bukhari).
Hujan yang gerimis, mengikiskan rindu dan kerinduan yang menggelayut manja. Sore yang indah. Ketika rintikan hujan mengguyur atap. Menyejukkan telinga. Seketika amarah menjadi padam.
Hujan itu berkah.
Karena pada hakikatnya, hujan adalah sumber rahmat dan berkah dari Allah yang diberikan kepada semua mkhluk hidup di bumi.
Penyatuan diri dengan alam, merupakan keharusan adaptasi manusia. Hujan merupakan siklus alam yang akan terus terjadi.
Rasulullah menganjurkan untuk bermohon, agar doa diterima Allah pada 3 kejadian, Nabi Muhammad bersabda:
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
Artinya:
“Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan yaitu : Saat bertemunya dua pasukan (tantara yang bertempur). Saat menjelang shalat dilaksanakan, dan saat hujan turun.” (HR.Baihaqi).
Doa Ketika Hujan Lebat
Tidak bisa dipungkiri bahwa selain membawa rahmat, terkadang turunnya hujan juga bisa mengakibatkan bencana bagi sebagian orang atau sekelompok orang.
Disamping kegembiraan dan keceriaan, hujan yang turun juga bisa menyebabkan duka lara serta jerit tangis manusia. Senyum ketika awal turunnya, bisa berubah menjadi air mata.
Tidak sedikit rumah-rumah hanyut terbawa arus banjir sehingga menghabiskan seluruh harta benda dan menewaskan semua penghuni di dalamnya.
Tidak sedikit rumah-rumah yang tertimbun tanah karena tanah longsor akibat hujan deras.
Beritaku: 4 Doa Agar Hujan Berkah, Cepat Reda Mencegah Banjir Dan Badai
Musibah banjir sudah ada sejak dahulu kala. Dulu, negeri Saba’ yang terkenal subur dan makmur pernah ditimpa banjir besar yang menggantikan kemakmuran kaumnya dengan derita yang melanda mereka.
Bahkan, umat Nabi Nuh pernah ditimpa banjir bandang yang memusnahkan hampir seluruh makhluk di bumi.
Belum lagi ketika kaum Madyan umat dari Nabi Shalih juga mendapat bencana dengan awan hitam. Hujan yang menakutkan.
Panorama alam yang dulu terlihat begitu indah saat turun hujan, sekarang sudah tak tampak lagi. Lingkungan di sekitar sungai, anak sungai, maupun saluran air mikro lainnya yang dulu mengasyikkan dan terlihat indah dipandang mata, sekarang makin tak terurus dan banyak sampah.
Sungai-sungai yang dulunya mengalirkan air dengan membawa keberkahan ikan-ikannya, sekarang justru membawa sampah-sampah dari pabrik dan perumahan penduduk. Genangan air terjadi di sana-sini. Tumpukan sampah terlihat di mana-mana.
Jika dahulu siraman hujan amat begitu menggembirakan, sekarang ini justru sering menimbulkan kecemasan. Dahulu kita tidak perlu khawatir pergi ke luar rumah jika turun hujan, tapi sekarang hampir setiap orang merasa khawatir dan cemas.
Apalagi jika hujan kemudian menumpahkan airnya selama beberapa jam, bisa-bisa semua orang merengut karena khawatir banjir akan datang. Hati mulai was-was saat hujan turun.
Cemas Saat Hujan
Pergeseran struktur bumi kian berubah, dulu laut kini daratan. Dulu gunung kini datar. Dulu bukit tak rata kini menjadi pemukiman.
Permukaan tanah telah direkayasa oleh manusia.
Orang yang tinggal di daerah perbukitan atau pegunungan takut jika terjadi longsor. Orang yang bertempat tinggal di dekat bantaran sungai resah jika tiba-tiba airnya meluap.
Genangan air dijalan raya menyebabkan macet atau perlambatan laju kendaraan.
Cemas jika banjir, cemas dengan ledakan petir. Takut dengan jilatan kilat yang merayap-rayap.
Nabi Muhammad bersabda:
“Manusia menyakiti Aku, Ia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Akulah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Bencana tidak akan terjadi, jika bukan karena kehendak Allah SWT. Sehingga kejadian hujan dan bencana yang mengiringinya adalah sinyal kepada penduduk bumi. Untuk memanjatkan doa.
Diriwayatkan pada jaman Rasululullah dulu, pernah terjadi hujan lebat, lalu seseorang lelaki mendatangi beliau ketika sedang khutbah dan berkata:
“Wahai Rasulullah, harta benda telah rusak, jalan-jalan terputus atau macet, berdoalah kepada Allah agar Dia memberhentikannya (hujan).”
Kemudian, Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan membaca doa ketika hujan lebat.
Doa Dibaca Ketika Hujan Deras
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Artinya:
“Wahai Tuhanku! Turunkanlah hujan di sekitar kami, dan janganlah musnahkan kami. Ya Allah! Engkau turunkanlah ia di atas gunung-gunung dan bukit-bukit, di lembah-lembah, dan tempat tumbuhnya pokok-pokok (pepohonan).” (HR.Bukhari dan Muslim).
Imam Nawawi berkata:
“Dalam hadits ini, terdapat kesunnahan meminta berhentinya hujan di rumah-rumah dan jalan-jalan ketika terjadi hujan lebat dan tertimpabahaya karenanya. Tetapi, tidak disyariatkan untuk menjalankan shalat dan juga berkumpul di lapangan.”
Rasul tidak meminta hujan untuk dihentikan, tetapi Rasul meminta agar hujan bermanfaat kepada Alam.
Hujan terbawa angin ke pegunungan dan daratan luas untuk menciptakan kehidupan.
Hujan yang mengalir dengan kesyahduan rindu tanah dengan sentuhannya mengalir, dipermukaan akan sampai kelaut. atau meresap kedalam celah dan lubang tanah hingga menjadi air tanah untuk sumur-sumur.
Hujan yang turun di pegunungan dan mengalir melewati sungai-sungai membawa sumber mineral yang memberikan manfaat besar bagi alam dan manusia.
Air hujan yang masuk kedalama tanah akan menghasilkan akar pepohonan kuat. Suplai nutri untuk pohon yang cukup. Dengan demikian proses fotosintesis tanaman yang sempurna. Menghasilkan oksigen yang cukup untuk kebutuhan manusia.
Bisa dibayangkan jiak tumbuhan berhenti mensuplai oksigen, sementara makhluk menjadikannya sebagai kebutuhan paling utama?
Doa Setelah Hujan
Diriwayatkan dari Zaid bin Khalid al-Juhani bahwasannya Nabi Muhammad melakukan shalat subuh Bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya.
Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jamaah shalat, lalu mengatakan:
“Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?”
Kemudian, mereka berkata, “Allah Swt dan rasul-Nya yang lebih mengetahui,”
Doa-Setelah-Hujan
Bacaan Doa setelah Hujan
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ
Artinya:
Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat-Nya
Rasulullah bersabda:
“Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir (kepada-Ku). Siapa yang mengatakan, “Muthrna bi Fadhlillaahi wa rahmatih” (kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepada_ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan siapa yang mengatakan, “Muthirna binnai kadza wa kadza’ (kita diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Makna, Doa Setelah Hujan
Dalam hadits ini setidaknya terkandung dua pelajaran:
Tentang dalil disunnahkannya mengucapkan, “Muthirna bi fadhillahi wa rahmatih”
Mengucapkan “Muthirna bi fadhillahi wa rahmatih” yang artinya “kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah”.
Hujan itu rahmat, maka kewajiban untuk bersyukur kepada siapa yang memberikan rahmat tersebut.
Mengatakan, “Muthirna binnai kadza wa kadza”
Hadits ini mengandung maksud bantahan Rasulullah terhadap kaum Jahiliah yang mengatakan “Muthirna binnai kadza wa kadza” yang artinya “kita diberi hujan karena sebab bintang ini”.
Jumhur ulama berpendapat:
“Jika seseorang megucapkan ucapan ini dengan meyakini bahwa bintang itulah yang sebagai pembuat, pengatur, dan menurunkan hujan dan bintang itu hnya sebagai alamat atau tanda waktu menurut adat kebiasaan yang berlaku, makai a tidaklah kafir. Karena, yang ia maksud dengan ucapannya itu sebenarnya adalah “kita diberi hujan pada waktu ini, bukan kita diberi hujan karena sebab penciptaan bintang ini.”
Namun demikian, mayoritas ulama menganggap makruh mengucapkan ucapan ini, yakni terbilang sebagai makruh tanzih (makruh yang tidak menimbulkan dosa).
Sebab, kemakruhan ini karena ucapan tersebut di antara ucapan kekafiran dan lainnya sebagai orang yang mengucapkannya diduga jelek. Dan, karena ucapan itu merupakan syiar orang-orang jahiliah.
Imam Syafi’I berkata dalam al-Umum:
“Barang siapa berkata, ‘Hujan turun brekat karunia Allah dan rahmat-Nya,’ maka itu merupakan bentuk keimanan kepada Allah. Sebab, ia tahu bahwa tidak ada yang mampu menurunkan hujan dan memberi, kecuali Allah semata.”
“Adapun orang yang mengatakan, “Hujan turun karena bintang ini dan itu,’ sebagaimana yang dikatakan oleh kaum musrik, maksudnya adalah menisbatkan turunnya hujan kepada bintang-bintang, maka itu adalah kekufuran, seperti yang dikatakan Rasulullah.”
“Sebab, nau’ (gugusan bintang) adalah petunjuk waktu, dan waktu itu adalah makhluk. Sedikit pun tidak kuasa terhadap dirinya sendiri, apalagi terhadap yang lain. Tidak kuasa menurunkan hujan dan tidak kuasa melakukan apa pun.”
“Adapun orang yang mengatakan, “Hujan turun karena bintang ini,’ ucapan seperti itu tidaklah kufur. Namun, ucapan-ucapan lain lebih aku sukai daripadanya. Aku (asy-syafi’i) lebih menyukai ucapan,’Hujan turun pada waktu ini.”
Ulama Al-Muhaqqiqin berkata:
“Barang siapa menisbatkan suatu perbuatan kepada masa secara hakiki, makai a telah kafir. Dan, barang siapa lisannya mengucapkan kata-kata itu dengan tanpa meyakini hal tersebut, makai a tidaklah kadir. Tapi, mebgucapkannya termasuk sesuatu yang makruh karena menyerupai dengan orang-orang kafir secara mutlak.”
Jadi, jika seseorang mengatakan, “Hujan turun karena bintang ini,” .
Dan maksud dari ucapan itu hanya sebagai pertanda waktu atau musim saja, sedangkan ia tetap meyakini bahwa ketentuan hujan itu tetap ada pada kehendak dan kuasa Allah. Maka ia tidaklah kufur dengan ucapan itu.
Sebab, Allah sebenarnya telah menciptakan waktu musim panas, musim dingin, musim semi, dan musim-musim lainnya, berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan-Nya.
Allah berfirman dalam Al Quran surah Yunus ayat 5:
ہُوَ الَّذِیۡ جَعَلَ الشَّمۡسَ ضِیَآءً وَّ الۡقَمَرَ نُوۡرًا وَّ قَدَّرَہٗ مَنَازِلَ لِتَعۡلَمُوۡا عَدَدَ السِّنِیۡنَ وَ الۡحِسَابَ ؕ مَا خَلَقَ اللّٰہُ ذٰلِکَ اِلَّا بِالۡحَقِّ ۚ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ یَّعۡلَمُوۡنَ
Artinya:
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) krpada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus ayat 5).
Diriwayatkan dari Umar bin Khatab Ra. Bahwasannya ia berkata di atas mimbar pada hari jum’at, “Berapakah gugusan bintang yang masih terlihat?”
Al-Abbas bangkit dan berkata, “Tidak ada satu pun yang terlihat, kecuali suara lolongan.”
Maka, Umar pun berdoa dan orang-orang pun ikut berdoa kemudian turun mimbar. Tidak lama kemudian, turunlah hujan sehingga orang-orang bersuka cita menyambutnya.
Demikian Doa Ketika Hujan dan berhubungan dengan hujan yang disyariatkan dalam Islam, sebagaimana ajaran Rasulullah Muhammad SAW.
Beritaku: Spesialisasi Para Nabi Dan Rasul, Dan Periodisasi Penyempurnaan