Keikhlasan Tak berbalas
Keikhlasan Tak Berbalas, Jangan Pernah Takut Kehilangan Jati Diri

Keikhlasan Tak Berbalas, Jangan Takut Kehilangan

Diposting pada

Keikhlasan Tak Berbalas, kesedihan karena ia mengkhianati. Masalahnya bukan disitu. Bukan pula pada ledakan halilitar jiwa.

Beritaku.Id, Lifestyle – Dia pergi. Menitipkan luka. Dia meninggalkan diriku, saat sayang-sayangnya. Dia mengkhianati saat butuh-butuhnya.

Berbuat dengan tulus kepadanya, namun itu tidak membalasnya. Hempasan ombak perasaannya bukan pada keluhan itu.

Keikhlasan tak terbalas, justru berbalas dengan kesedihan dan airmata. Berbuat baik dengan ikhlas tidak harus mengharap keikhlasan. Kejernihan air dari pusat mata air dari gunung.

Tidak akan pernah meminta warna tanah di gunung untuk sejernih air.

Gunung tidak akan meminta air yang sama kembali megalirinya, namun bebatuan dilereng gunung tetap tegar.

Hempasannya akan menghidupkan. Gemersik air. Bunyi dan alunannya bukan untuk diratapi. Bukan untuk ditangisi.

Ikhlas memberi, termasuk ikhlas kehilangan.

Ikhlas mencintai, termasuk ikhlas untuk dibenci.

Keikhlasan Tak Berbalas Kebaikan

Bunyi oleh jatuhnya air diatas batu, membawa harmonisasi kebaikan buat alam.

Aku benci. Aku tidak suka kepadanya. Dia tega, Amarah bukan sifat malaikat.

Amarah sifat manusia, tapi juga dimiliki oleh setan. Binatang bahkan tidak memiliki amarah.

Jangan dibahas lagi, tentang kodrat malaikat, manusia dan binatang.

Ikhlas, itu milik malaikat, tapi juga dimiliki oleh manusia. Sisi kontras dan hitam putihnya. Tergantung pada makna ikhlas memberi.

Meminjam kata Kahlil Gibran, Cinta adalah kebodohan, hati lelaki adalah seorang penguasa atau Raja. Dan Hati wanita adalah dukun.

Menguasai rasa cinta, dan keikhlasan pada seorang lelaki, akan menguasainya bak seorang raja diatas tahta.

Wanita tidak memaksa untuk menjadi seorang ratu. Entahlah jika Putra mahkota dari kerajaan Arab Saudi. Melamarmu menjadi ratu.

Cinta seorang wanita, lebih banyak menggunakan feeling. Rasional itu hampir dilupakan. Rasa adalah terdepan.

Cuek pasti tidak peduli. Cinta pasti cemburu berlebihan. Sayang pasti banyak bertanya.

Tidak ada jawaban maka pikiran wanita, akan masuk di landasan pacu. Terbang keangkasa dengan kecepatan tinggi.

Mengawan-awan, mengira-ngira. Dan mendarat sendiri.

Tapi potret wanita akan begitu, menggunakan feeling dan firasatnya yang tajam.

Menyakiti dan melukainya, akan membuatnya terluka dalam.

Laki-laki kurang lebih sama dengan luka yang dirasakan Hanya saja respon yang berbeda.

Meski pada beberapa keadaan, seorang lelaki. Juga berserakan jiwanya dalam rasa. Cinta yang telah terkatalisasi oleh pikiran rasionalnya.

Tegang, Jangan Berlebihan.

Ikhlas memberi, mempersembahkan dengan ketulusan. Jika saja dia pergi dan tidak sempat membalasnya. Jangan melakukan interupsi.

Media sosial. No. Jangan berbagi isi perasaan di media sosial. Cukup bagi saja kebahagiaan.

Jangan membagikan status luka. Seperti membagikan status batuk di musim Corona. Kecurigaan akan muncul. Hancur berkeping. Lebur. Musnah bisa saja.

Ikhlaskan, segala penderitaan yang pernah diberikan. Balasan keikhlasan, bukan pada yang diberi dengan tulus.

Jangan Takut Kehilangan, Jadilah Diri Sendiri

Jangan mengeluh ketika ia pergi meninggalkan. Kehilangan. Ia Pergi.

Ah… Jangan mengingatkannya tentang lagunya Repvblik. Takut kehilangan dirimu. Atau Widya dengan Engkaulah takdirku.

Semua lagu ini, membuat melekatnya perasaan. Tidak akan bisa berdiri berlari.

Kehilangan adalah sesuatu yang bisa saja terjadi, kapan saja oleh siapa saja.

Menjadi diri sendiri, jauh lebih baik. Daripada harus munafik menjadi orang lain, hanya untuk mendapatkan kebaikan-kebaikannya.

Jadi diri sendiri, pertahankan. Seperti pondasi bangunan berlantai banyak.

Pondasinya harus kuat, untuk membangun istana yang besar pada jiwa.

Jangan takut ia pergi, tapi takutlah ketika kehilangan jati diri. Kebpribadian.

Identitas diri, dan merasa harga diri rendah. Semua soal waktu. Tidak ada kepemilikan yang abadi.

Pada masanya semua akan pergi. Yang tinggal adalah timbangan, kebaikan yang pernah diberikan.

Jangan menunggu ia kembali, timbangan yang ada dalam pikiranmu, segera buang ke Sungai untuk ia bermuara kelaut lepas. Kebebasan dari jerat pikiran sendiri.

Keseimbangan timbangan ketika kedua sisi terisi. Jika hanya salah satu yang terisi materi. Maka timbangan akan pincang. Kosong sisi yang lain.

Tidak adil. Bukan tidak adil karena ia pergi. Tapi kamu tidak adil buat dirimu.

Memilih menangisi jasad pada orang yang telah menyakitmu. Sementara kamu tidak memikirkan fisik yang kamu miliki.

Detak jantungnya mulai tidak beraturan, sementara yang dipikirkan sedang berbahagia.

Kacau, dia bahagia saya menderita. Ini tidak adil.

Justru sangat adil. Dia yang pernah kamu beri dengan ikhlas berbahagia dengan orang lain.

Memberi kepada orang lain. Tidak membalas kepadamu yang tulus. Sudah sangat adil.

Sebab kamu telah mengajarinya untuk memberi. Kamu mengajari ia tentang perlakuan ikhlas.

Kamu ikhlas kepadanya, dia ikhlas pada orang lain. Hebat.

Hebat karena telah menjadi guru yang baik. Bukankah seluruh pengajaran yang telah diajarkan oleh guru-guru kita. Tak harus dibalas kepadanya?

Kebaikan Tak Berbalas Keikhlasan, Akhirnya Kehilangan

Keikhlasan berbalas kehilangan, luka dan kesedihan. Rumusnya telah dibahas pada berbagai artikel. Perih dan Luka.

Ia pergi. Saat aku butuh. Ia menyakiti saat aku mengharapkannya.

Ia telah menerima kebaikan, itu timbangan yang dikembalikan. Bawa ketempat sampah timbangannya. Biar tidak mengenang pemberian.

Ketika seluruh kebaikan tak berbalas keikhlasan. Bukan kebaikan yang ikhlas.

Sebab keikhlasan itu dalam. Ikhlas melepas. Ikhlas dia pergi.

Tulus disakiti. Tatap tanah. menangislah pada tanah. Biarkan airmata jatuh ketanah. Perhatikan perlahan airmata itu menghilang.

Bahkan yang menemanimu saat meluapkan kesedihan juga telah pergi. Jangan menangisi balasan kejahatan atas segala kebaikan yang tulus dipersembahkan.

Bagaimana, mata Nabi Nuh AS. yang menyaksikan perlahan jasad anaknya yang terbawa air. Menolak untuk ikut dengan Nabi Nuh AS.

Bagaimana dengan istri Nabi Luth, AS yang hilang disaat tanah yang didiami kaum Sodom dibalikkan. Di laut Mati Yordania, Dalam Kisah Nabi Luth AS dan Kaum Sodom di Laut Mati

Nabi bahkan kehilangan istri maupun anaknya. Jangan takut kehilangan.

Jangan memaksakan diri menjadi orang lain. Hanya untuk mendapatkan kebaikannya. Dibenci dan tidak disuka untuk menjadi diri sendiri jauh lebih baik.

Sampai kapan berakting menjadi orang lain?

Ia pergi, memaksa untuk pergi meninggalkan. Buka pintu lebar-lebar. Biar terganti oleh udara segar yang masuk kedalam ruang hatimu.

Menunggu waktu saja, segala kebaikan dan ketulusan yang kamu berikan. Dibalas dengan kebahagian dari subjek atau objek yang berbeda.

Keikhlasan Tak Berbalas Bukan bencana besar, yang menjadi masalah besar adalah takut kehilangan. Tak ingin kehilangan.

Jika Ingin Pergi, Kulepas Kamu Dengan Ikhlas. Jangan menunggu, Dia Tak Menghargai Tulusmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *