Khalifah Dari Dinasti Umayyah
Peninggalan Khalifah Dinasti Umayyah

32 Nama “Raja” Khalifah Dinasti Umayyah Dan Asal Muasal

Diposting pada

Setelah masa Khulafaur Rasyidin usai, muncul dinasti baru yang menjadi khalifah bagi umat muslim dengan sebutan Umayyah. Bagaimana asal muasal khalifah dinasti Umayyah ini berdiri? Siapa saja khalifah yang sempat memimpin dinasti ini? Mari kita belajar bersama.

Beritaku.id, Berita Islami. – Harga dari sebuah posisi tertinggi itu begitu mahal. Banyak darah tertumpah yang kemudian berharap menjadi syuhada’. Mereka membela kepentingan golongannya yang di yakini pantas memimpin sebuah negri demi kemakmuran.

Oleh: Ulfiana (Penulis Berita Islami)

Dinasti Umayyah merupakan dinasti yang bertahan hingga 90 tahun. Dinasti ini merupakan kekhalifahan yang berupa kerajaan pertama setelah era khulafaur rasyidin.

Sejak saat ini, muncul kebiasaan baru para pemimpin yang menikmati dunia.

Kita tau bahwa sebelumnya, pemimpin kaum muslim itu yang paling miskin gaya hidupnya. Mereka terkenal akan kezuhudannya.

Namun, semua itu tak lagi berlaku di era Umayyah ini. Kerajaan besar mulai membangun peradaban luas.

Dalam perjalanannya yang lika-liku, muncul para khalifah yang membawa masa keemasan bagi dinasti ini. Siapa sajakah mereka?

Sebelumnya, mari kita ulas bersama asal muasal dinasti ini berdiri. Berikut ini merupakan sejarah awal dari dinasti Umayyah.

Baca juga beritaku: 37 Khalifah Dinasti Abbasiyah: Proses Permulaan, Kejayaan Dan Keruntuhan

Asal Muasal dan Istilah Khalifah Dinasti Umayyah

Khalifah dinasti umayyah berdiri sejak tahun 661 M. Pendirinya adalah Muawiyah Bin Abu Sufyan. Dalam kesempatan lain, namanya lebih terkenal dengan Muawiyah I.

Semua itu karena anak turunnya juga memiliki nama yang sama sehingga perlu adanya pembeda diantara satu dengan yang lain.

Dinasti Umayyah ini mulai di dirikan sejak ada peristiwa takhin di perang Siffin.

Sebenarnya, pendirian dinasti ini mengalami proses yang cukup panjang.

Proses itu pertama kali bermula saat terbunuhnya khalifah Utsman Bin Affan oleh kaum pemberontak.

Gelombang fitnah diantara umat muslim begitu kuat seperti gelombang di lautan. Tak pernah habis dan terus bergulungan.

Alasan Qiyas Hingga Perang Shiffin

Hingga akhirnya, ketika Ali menjabat sebagai khalifah selanjutnya, muncul golongan yang menuntut adanya qiyas pada pembunuh utsman.

Meletuslah perang jamal dimana perang tersebut terjadi antara pemerintahan Ali dengan golongan yang menuntut qiyas utsman.

Saat perang jamal itu, Aisyah turut serta dalam peperangan dengan berada di kubu penuntut qiyas. Sebenarnya kemenangan perang tersebut telah berada di pihak Ali.

Begitu pula ketika terjadi perang sifiin, kemenangan di genggaman Ali. Namun, Muawiyah dalam perang siffin mengajukan permintaan agar terjadi arbitrase.

Juru bicara Muawiyah yang cerdik dengan siasat ulung membuat pihak Ali mengalami kekalahan secara politik. Saat itu, barulah pihak Muawiyah mendirikan sebuah pemerintahan yang di Damaskus.

Perang Shiffin
Kisa Perang Shiffin Adalah Perang Yang Tidak Mereka Inginkan

Perang shiffin adalah perang saudara antara sesama muslim, yang kepadanya berlaku pembunuh dan yang dibunuh sama-sama benar. Selain itu perang ini bukanlah perang kekuasaan, melainkan mencari kebenaran.

Perang Shiffin juga adalah perang yang berakhir dengan kesepakatan meninggikan mushaf dari kedua belah pihak, meski berakhir dengan kemenangan politis pihak Muawiyah dalam arbiterase. Dan Arbiterasi ini pula menjadi alasan pembunuhan Ali oleh Khawarij.

Pada intinya perang ini adalah perang yang tidak dikehendaki kedua belah pihak.

Note

Selang tak lama dari peristiwa itu, tersiar kabar terbunuhnya Ali oleh kaum khawarij yang tak terima dengan adanya arbitrase itu. Banyak pendukung ali dan orang-orang madinah yang kemudian membaiat Hasan Bin Ali sebagai khalifah.

Namun, Hasan menolak dan lebih memilih merelakan jabatan itu demi mendamaikan dua golongan umat muslim yang telah terpecah.

Baca juga beritaku: Keteladanan Khulafaur Rasyidin, 4 Khalifah Islam Untuk Peradaban Dunia

Dinasti dari Muawiyah Mulai Berkuasa

Sejak saat itu, praktis hanya dinasti dari Muawiyah yang memiliki kekuatan paling besar untuk memimpin.

Sebelumnya, Muawiyah memang telah menjadi gubernur di daerah damaskus. Tak heran jika daerah kekuasaannya telah besar dan pengaruhnya juga kuat diantara masyarakat sekitar.

Ditambah pula, tak ada saingan politik yang akan mengancam kepemimpinannya.

Muawiyah Bin Abu Sofyan di daulat menjadi khalifah pertama dinasti ini. Namun, sebutan pemimpin bagi umat islam ini tak lagi khalifah amirul mukminin, namun Raja.

Meskipun tentu, peristiwa ini di warnai oleh banyak polemik antar golongan umat islam. Baik yang menerima, maupun yang tak terima.

Daerah Kekuasaan Khalifah Dinasti Umayyah
Sebaran Kekuasaan Dinasti Umayah

Selanjutnya, kepemimpinan Muawiyah ini lebih di kenal dengan Dinasti Umayyah.

Adanya penamaan nama Umayyah ini berasal dari nama kakek Muawiyah.

Kakeknya bernama Umayyah bin ‘Abd Asy-Syams. Sejak hari itu, dinasti ini lebih di kenal dengan Dinasti Umayyah.

Baca juga beritaku: Area Taklukan 2, Sejarah Islam: Masa Khalifah Kedua, Umar Bin Khattab

Pusat Pemerintahan Dinasti Umayyah

Dalam perkembangannya, terdapat dua periode Dinasti Umayyah ini berdiri, dimana terdapat 2 tempat yang menjadi pusat pemerintahannya.

Periode pertama adalah di Damaskus Suriah. Sedangkan periode kedua berpusat di Cordoba, Spanyol atau Andalusia.

Ketika pemerintahan Muawiah, ia memindahkan ibu kota pemerintahan pertamanya tak lagi di Madinah, melainkan di Damaskus. Damaskus saat itu kemudian menjadi cermin dari kehebatan peradaban umat muslim.

Damaskus tercatat dalam sejarah sebagai pusat pemerintaha Islam pertama di luar dari Mekkah dan Madinah. Tentu ini yang membedakan dengan Khulafaurrasyidin.

Pemerintahan Islam Damaskus
Damaskus Menjadi Kota Pemerintahan Islam Pertama Di Luar Madinah (Foto: Islami.co)

Wilayah kekuasaan khailfah dari dinasti Umayyah begitu luas. Menurut Muhammad Fathurrohman, wilayah kekuasaan itu sebagian besar ada di Timur Tengah.

Namun, tak hanya di wilayah itu saja, perluasan berlanjut dari Asia Selatan, Asia Tengah, Afrika Selatan sampai mencapai Andalusia.

Adanya penaklukan perluasan dinasti ini membuat kekuasaannya semakin lebar. Semua pusat pemerintahan itu di jalankan di istana yang ada di Damaskus Suriah.

Baca juga beritaku: Kristen Merebut Andalusia Dari Kekuasaan Muslim, Jatuhnya Granada

Kenapa Khalifah Dinasti Umayyah Tidak Menjadi Bagian Dari Khulafaurrasidyin?

Istilah khulafaur rasyidin itu berdasarkan ketinggian akhlak dari para khalifah yang naik menjadi pemimpin. Mereka merupakan sahabat nabi yang terkenal akan ketaatannya. Serta tak di ragukan kejernihan imannya.

Itu sebabnya, para sahabat yang di baiat menjadi khalifah merupakan sahabat nabi yang kualitas keimanannya begitu tinggi. Mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Rasulullah. Mereka pun telah di jamin untuk masuk surga.

Harapannya, mereka akan melanjutkan tradisi dari kepemimpinan Rasulullah SAW yang fokus untuk umat. Menjadi rujukan bagi keamanan serta keadilan.

Selain itu, proses pemilihan khulafaur rasyidin berdasar pada siapa pemimpin berkualitas yang ada. Bukan pada garis keturunan dan ikatan darah.

Mereka yang terpilih merupakan pilihan dari kaum muslimin langsung.

Ciri khas dari khulafaur rasyidin adalah kesederhanaan gaya hidupnya. Meski menjadi pemimpin bergelimang harta di baitul mal, mereka lebih mementingkan kesejahteraan rakyatnya.

Baca juag beritaku: Panglima Perang Islam Dan Dunia Yang Fenomenal

Perbandingan Dengan Khalifah Umayyah

Tentu itu berbeda ketika dinasti Umayyah berdiri. Pilihan khalifah kepada Muawiyah bukan berdasar dari pilihan musyawarah kaum muslimin. Artinya, tidak melalui serangkaian proses yang melibatkan rakyat atau perwakilannya.

Muawiyah juga merupakan seorang sahabat nabi yang beriman. Ia adalah seorang yang pandai berpolitik. Namun, pemilihannya di nodai dengan berbagai macam konflik yang membelut pendirian dinasti ini.

Peninggalan Dinasti Umayah
Jembatan Cordoba Sebagai Peninggalan Kekuasaan Umayah

Selain itu, proses pemilihan khalifah selanjutnya tak lagi dengan sistem demokrasi melainkan, dengan sistem monarki. Itu membuat kekecewaan berat bagi kaum muslimin yang sebelumnya telah di janjikan mereka akan memilih pemimpinnya setelah peninggalan Muawiyah.

Di lantiknya yazid yang merupakan keturunan Muawiyah menjadi raja membuat gelombang protes berjalan.

Mengingat, yazid memiliki perangai buruk dan arogansi sebagai seorang anak raja. Banyak masyarakat madinah yang di paksa berbaiat kepadanya.

Itu sebabnya, penyebutan bagi kekhalifahan ini tak lagi merujuk ke sebutan khulafaur rasyidin. Melainkan dengan kekhalifahan dinasti Umayyah dan sang raja.

Masa Keemasan Umayyah

Dalam masa keemasannya, dinasti Umayyah ini membuat wilayah islam menjadi begitu luas. Sebenarnya sejak khalifah umar bin khatab, telah terjadi perluasan wilayah..

Muawiyah bin abu sufyan yang mengawali perluasan wilayah ini kembali saat sebelumnya di pemerintahan khalifah Utsman dan Ali terhenti.

Wilayah pertama yang di taklukannya adalah Tunisia. Ber lanjut hingga ke daerah kabul dekat Afganisthan. Tak ketinggalan ekspansi dengan jalur laut menuju byzantium di jalankan.

Daerah dekat india juga tak luput menjadi wilayah yang berhasil di duduki daulah ini.

Selain perluasan wilayah, pada dinasti ini juga mulai terjadi pembangunan secara bertahap. Fasilitas umum mulai di bangun. Di masa pemerintahan daulah Umayyah, dinar dirham tak lagi digunakan. Hal itu karena, mata uang baru mulai di cetak.

Keemasan saat Al-Walid

Pada masa Al-Walid, pembangunan fasilitas mulai gencar berdiri. Pertama adalah pembangunan rumah sakit yang bahkan menjadi pusat kajian ilmu kedokteran.

Kemudian, pembangunan panti-panti untuk orang yang cacat. Jalan-jalan raya antar satu daerah dengan daerah lain juga di perbaiki. Pabrik, gedung pemerintahan juga tak luput dari pembangunan.

Tak lupa, masjid-masjid megah berdiri dengan kokoh menghiasi pemerintahannya.

Masa Keemasan Umar Bin Abdul Aziz

Masa keemasan itu juga terjadi pada khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Ketika ia menjabat sebagai seorang khalifah, ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat.

Bidang yang paling di gencarkan adalah adanya pembukuan dalam penulisan hadis.

Penulisan ini terjadi secara sistematis dan begitu masif. Umar Bin Abdul Aziz banyak mengirimkan surat kepada para ulama untuk menuliskan hadis yang mereka hafal.

Pemerintahan ini fokus pada pengembangan bidang keilmuan islam.

Pengarsipan hadis, ilmu qira’ah, fikih, pengembangan bahasa arab mulai menjadi awal keilmuan meluas. Berbagai macam karya tulis ilmiah juga muncul di era keemasan ini.

Pemerintahan ini di kenal pro rakyat. Bahkan, ketika umar menyuruh Yahya Bin Said membagikan zakat di Afrika Utara, ia kebingungan. Tak satupun ia menemukan orang fakir disana. Semua telah hidup berkecukupan merata di era ini.

Daftar Nama Khalifah Umayyah

Berikut ini merupakan daftar nama khalifah yang memimpin dinasti Umayyah. Baik yang bergelar resmi khalifah maupun saat menjadi keamiran di Cordoba.

Daftar Nama Khalifah Umayah
Urutan Kepemimpinan Islam Dinasti Umayah

Kekhalifahan periode di Damaskus sejak tahun 661 M hingga 750 M

  1. Muawiyah I bin Abu Sufyan
  2. Yazid I bin Muawiyah
  3. Muawiyah II bin Yazid
  4. Marwan I bin al-Hakam
  5. Abdullah bin Zubair bin Awwam (transisi)
  6. Abdul-Malik bin Marwan
  7. Al-Walid I bin Abdul-Malik.
  8. Sulaiman bin Abdul-Malik.
  9. Umar II bin Abdul-Aziz.
  10. Yazid II bin Abdul-Malik.
  11. Hisyam bin Abdul-Malik.
  12. Al-Walid II bin Yazid II.
  13. Yazid III bin al-Walid.
  14. Ibrahim bin al-Walid.
  15. Marwan II bin Muhammad.

Ketika menjadi keamiran di kota Cordoba sejak 756 M hingga 929 M

  1. Abdur-rahman I
  2. Hisyam I.
  3. Al-Hakam I.
  4. Abdur-rahman II.
  5. Abdullah bin Muhammad.
  6. Abdur-rahman III.

Periode kekhalifahan di Cordoba mulai tahun 929 M hingga 1031 M

  1. Abdur-rahman III
  2. Al-Hakam II
  3. Hisyam II
  4. Muhammad II.
  5. Sulaiman.
  6. Hisyam II.
  7. Sulaiman.
  8. Abdur-rahman IV.
  9. Abdur-rahman V.
  10. Muhammad III.
  11. Hisyam III.

Proses Pemilihan Dinasti Umayyah

Seperti yang telah di singgung sebelumnya, pemilihan khalifah dari dinasti Umayyah ini seperti monarki atau kerajaan. Keturunan raja yang akan menjadi penerus selanjutnya.

Biasanya antar saudara akan bergilir menjadi khalifah setelah saudara mereka yang khalifah mangkat. Kemudian, di teruskan kepada anak turunnya yang juga bergantian menjadi Raja.

Ini tentu berbeda dengan pemilihan khalifah pada zaman khulafaur rasyidin. Pemilihannya berupa pemungutan suara, tunjuk langsung dan musyawarah.

Namun, terjadi anomali pemilihan khalifah pada dinasti Umayyah ketika akhir dari pemerintahan sulaiman bin abdul malik. Ketika itu, anak dari sulaiman bin abdul malik masih begitu kecil.

Atas arahan dari ulamanya, ia menunjuk Umar Bin Abdul Aziz yang merupakan kerabat keluarga kerajaan untuk menjadi khalifah.

Baru setelah Umar mangkat, proses penurunan khalifah pada keturunan langsung mulai di berlakukan kembali.

Kemudian, demikianlah sedikit ulasan mengenai khalifah dinasti Umayyah. Memang tak bisa di pungkiri, setiap akan memasuki babak baru, sejarah di warnai dengan gejolak pengorbanan.

Dan itu terjadi di dinasti Umayyah ini, yang harapan mereka bisa membawa arah baru yang lebih baik bagi umat muslim.

Akhirnya, cukup sampai disini dahulu. Sampai jumpa di seri khalifah dinasti Umayyah selanjutnya!

Sumber: Tirto.id, republika.id, alif.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *