Pelacuran di Mekkah
Pelacuran di Mekkah (Foto: kanalkalimantan.com)

Pelacuran di Mekkah: 3 Bentuk dan Sisi Gelapnya

Diposting pada

Pelacuran di Mekkah adalah kota suci bagi umat Islam, namun masih ada yang berbuat tak suci di kota itu termasuk pelacur. Banyak yang mempertanyakan, apakah benar Mekkah memiliki sisi gelap?

Beritaku.id, Berita Islami – Ajaran Islam datang untuk memperbaiki akhlak manusia. Sejatinya fitrah manusia adalah suci. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, manusia terperosok dalam kemunduran akhlak. Di dalam kota suci Mekkah pun tak luput dari kemunduran akhlak berupa pelacuran.

Oleh: Ulfiana (Penulis Berita Islami)

Tentu kita banyak mendengar bagaimana akhlak umat yang telah lama tidak mendapat ajaran tauhid. Masa dimana, Nabi-Nabi yang datang kepada mereka untuk mengajak menyembah Allah, telah lama wafat. Manusia semakin jatuh dalam lubang kegelapan.

Istilah dari perilaku kebodohan yang manusia lakukan adalah kejahiliyahan. Asal katanya adalah jahala, yaitu bodoh. Ada banyak perilaku kejahiliyahan yang bangsa Arab lakukan sebelum Islam datang.

Yang paling sering kita dengar adalah wanita sebagai warga kelas dua. Jika orang Arab memiliki anak perempuan, maka mereka akan menguburnya hidup-hidup. Semua itu hanya agar harga dirinya dalam masyarakat tidak turun. Memiliki anak perempuan saat itu bagaikan sebuah aib.

Kondisi lingkungan yang seperti itu membuat anak perempuan yang tumbuh menjadi dewasa tidak cukup memiliki harga diri. Bahkan saat itu perempuan bisa diwariskan. Lingkungan menganggap mereka tak lebihnya seperti sebuah barang. Inilah yang menyebabkan pelacuran di zaman itu adalah hal yang biasa.

Perzinahan adalah makanan sehari-hari bagi orang Arab. Suku-suku di Arab menganggap perzinahan bukan hal yang tabu. Mereka bersikap lunak terhadap hal ini.

Bentuk Pelacuran di Mekkah Sebelum Adanya Nabi Muhammad

Pelacuran di Mekkah
Pelacuran di kawasan Mekkah (Foto: malangtimes.com)

Sebelum Nabi Muhammad Allah hadirkan di Makkah sebagai seorang Rasul, terdapat banyak perilaku jahiliyah. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk perilaku yang masyarakat Arab lakukan dalam pelaku prostitusi:

Memperkerjakan Budak Perempuannya

Seorang tuan biasa memperkerjakan budak perempuannya untuk menjajakan dirinya. Mereka akan menawarkan budak tersebut. Setelah muncul harga yang telah ia sepakati, budak tersebut ia sewakan pada pembelinya.

 Hasil keuntungan yang ada, seluruhnya akan menjadi milik tuannya. Seorang budak tidak akan mendapat hasil keuntungan sama sekali. Salah satu tokoh yang melakukan bentuk ini adalah Abdullah bin Ubay. Tokoh munafik di Madinah. Ia biasa memperkerjakan budak wanitanya untuk prostitusi.

Memperkerjakan Istrinya

Suami berperan sebagai mucikari istrinya. Ia akan menawarakan istrinya pada beberapa pria. Akan terjadi proses tawar menawar diantara mereka. Jika telah sepakat, maka sang istri tersebut akan diserahkan pada pria itu selama beberapa waktu.

Sang suamilah yang akan menerima upah dari pekerjaan dari istrinya tersebut. Terkadang upah tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Jadi sang istri juga mendapat hak dari upah itu.

Janda Memperkerjakan Dirinya

Seorang janda yang sudah tidak memiliki suami akan memperkerjakan dirinya sendiri. Ia yang bertugas menjadi mucikari serta menawarakan dirinya sendiri. Biasanya suaminya telah meninggal atau ia telah bercerai.  Ia tidak memiliki sosok yang akan menghidupinya atau memberikannya uang.

Selain untuk dirinya sendiri, Ia harus menghidupi anaknya. Itu sebabnya ia melakukan pekerjaan itu. Ia menjajakan dirinya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang ia miliki. 

Kisah ini akan sangat sering kita temui karena salah satu yang bisa perempuan lakukan untuk mendapat uang saat itu adalah dengan hal ini. Pelacuran menjadi sebuah pekerjaan yang wajar terjadi. Perzinahan adalah hal yang sangat biasa.

Baca juga beritaku: dakwah nabi dan lokasinya

Pelacuran di Mekkah Masa Kenabian Rasulullah

Nabi Muhammad SAW Allah turunkan di Makkah untuk memperbaiki akhlak manusia. Sebelum Allah angkat menjadi seorang Rasul, Allah telah menjaga Nabi Muhammad dari perbuatan dosa. Nabi Muhammad adalah seorang yang memiliki kepekaan yang tinggi.

Beliau mengamati apa yang terjadi pada lingkungannya. Perasaan yang hadir adalah keprihatinan. Itu sebabnya Nabi Muhammad sering beruzlah atau mengasingkan diri ke Gua Hira. Hingga akhirnya, Allah datangkan wahyu atas kenabiannya.

Ketentuan dalam Islam itu datang secara perlahan-lahan.

Salah satu yang pertama akan hal ini adalah pengangkatan derajat wanita. Islam memuliakan wanita dengan baik. Itu sebabnya turun ayat tentang keistimewaan perempuan. Bahkan dalam Al-Quran terdapat surat yang berjudul An-nisa. Artinya adalah perempuan.

Islam Menghapuskan Bentuk Pelacuran Pertama Mekkah

Islam kemudian menghapus prostitusi bentuk pertama. Dalam surat An Nur ayat 33 Allah berfirman:

“….. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengiginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha pengampun, Maha penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa”.

Kemudian, Allah haramkan perbuatan keji, yaitu berzina. Pelacuran adalah bentuk zina. Perilaku tersebut hanya akan sangat merugikan wanita. 

Namun, bagaimanapun juga masih saja terdapat sebagian kecil orang-orang jahil yang melakukan prostitusi.

Kisah Cinta Sahabat Nabi Dengan Pelacur di Mekah

Dalam riwayat Tirmidzi, dahulu terdapat seorang bernama Martsad bin Abi Martsad. Ia adalah seorang calo budak untuk ia bawa dari Mekkah ke Madinah. Ia memiliki teman dekat perempuan yang menjajakan dirinya di Mekkah bernama Anaq.

Suatu hari Martsad bin Abi Martsad pergi ke Makkah untuk mengambil budak. Namun ternyata, ia bertemu dengan Anaq tanpa sengaja. Anaq tau bahwa itu adalah Marstad. Ia kemudian langsung menyapanya.

Saat itu malam terang bulang dan Anaq mengajak Martsad bin Abi Martsad untuk bermalam. Namun, Martsad bin Abi Martsad kemudian menolaknya. Ia berkata bahwa sesungguhnya Allah telah mengharamkan zina.

Saat kembali ke Madinah, Martsad bin Abi Martsad pergi menemui Rasulullah. Ia tak mau melakukan hal seperti itu terus menerus. Ia berkata pada Rasulullah “saya ingin menikahi Anaq”. Rasulullah yang mendengar hal itu kemudian terdiam. Datanglah wahyu berupa ayat 3 dari surat An- Nur:

الزَّانِي لا يَنْكِحُ إِلا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا يَنْكِحُهَا إِلا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

“Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik. Dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin (yang tidak pernah melakukan zina).”

Rasulullah SAW kemudian mengatakan hal itu pada Marstad. Marstad pun mengurungkan niatnya untuk menikahi Anaq.

Baca juga beritaku: Pezina Untuk Pezina

Masih Adakah Pelacuran di Mekkah?

Mekkah terkenal sebagai kota suci bagi umat Islam. Sesungguhnya Islam begitu sempurna, namun muslim belum tentu sempurna.

Bahkan di kota Mekkah saat ini, masih saja ada praktik prostitusi yang berlangsung.

Yang pernah terjadi adalah ada gadis-gadis yang menyamar sebagi jamaah umroh. Gadis-gadis tersebut berasal dari Maroko, Ghana dan Nigeria. Namun, ternyata mereka berniat menjajakan dirinya bagi jamaah lain. Kadang pula pada pemilik toko perhiasan di Makkah. Mereka bermalam dan meminta bayaran serta perhiasan.

Kasus itu sempat mencuat karena adanya protes dari jamaah yang berasal dari Eropa dan Afrika. Mereka miris terhadap hal tersebut. Mereka mengkritik pemerintah Arab saudi akan hal tersebut.

Selain itu, adapula prostitusi yang dilakukan di Makkah oleh TKW saat musim haji. Saat musim haji, polisi akan mengendorkan penjagaannya. Itu sebabnya ada oknum yang memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan prostitusi.

Para TKW tersebut biasanya adalah mereka yang kabur dari majikannya. Majikan itu menahan seluruh paspor dan visa, sehingga mereka tidak bisa mengambilnya. Itu sebabnya mereka mencari uang dengan melakukan hal itu.

Saat ini apapun bisa terjadi hanya untuk mendapatkan uang.

Kota yang seharusnya sebuah kota suci untuk berbadah, justru terdapat orang-orang yang tidak melakukan hal suci dalam kota itu. Ternyata, tidak semua orang menganggap bahwa kota tersebut sangat sakral sehingga berani melakukan hal buruk.

Zina Menurut Islam

Zina menurut Islam (Foto: news.detik.com)

Dalam Islam, zina adalah perbuatan yang keji. Bahkan karena begitu buruknya perbuatan ini, mendekat ke dalamnya saja tidak boleh. Seseorang akan turun derajatnya jika sampai ia berbuat zina. Seungguhnya zina itu adalah bagian dari godaan setan kepada manusia.

Pada Al Quran Surat Al Isra ayat 32, Allah berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا

Artinya:

“dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”

Sebenarnya daripada manfaatnya, zina itu lebih banyak menimbulkan kemudharatan. Utamanya bagi wanita itu sendiri.

Mulai dari bisa menimbulkan hamil tanpa ada wali, hingga terserang berbagai penyakit yang menyebabkan kematian. Tentu, ini merupakan akibat buruk yang hampir semua orang mengetahuinya. Dampaknya tidak main-main.

Jadi jika ada yang menggunakan zina sebagai sebuah pekerjaan, tentu mereka bukan tidak tau ini adalah sesuatu yang buruk. Merasa tidak memiliki pilihan lain mungkin adalah kondisi yang mereka alami.

Merasa takut, jika meninggalkan hal ini mereka akan kelaparan. Itu adalah pilihan hidup satu-satunya. Yang sebenarnya mereka tau mereka bisa berhenti kapan saja.

Melepaskan Diri Dari Jerat Tak Punya Pilihan

Maka, jangan biarkan diri kalian terikat dengan sesuatu yang membelenggu. Tiap kali seseorang menyalahi nurani mereka, nisacaya mereka hanya akan tersiksa. Begitu terus menerus hingga matirasa.

Ternyata, yang perlu seseorang tanamkan dalam hati adalah keyakinan bahwa Allah pemilik rezeki. Allah tidak akan mungkin lupa untuk membagikan rezeki pada hambaNya. Pasti ada satu pekerjaan halal yang bisa seseorang lakukan meski penghasilannya tak lebih banyak saat menjual diri. Namun, sungguh keberkahan akan menyelimuti orang tersebut.

Kasih sayang Allah itu pasti.

Jika seseorang meninggalkan sesuatu karena Allah, pasti Allah akan ganti dengan sesuatu yang lebih baik. Percayalah, bahwa Allah tidak mungkin mendzolimi hambaNya yang taat kepada perintahNya.

Islam telah menyuruh manusia untuk memperbaiki akhlaq mereka. Berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Termasuk dalam hal perbuatan keji, Islam melarang hal tersebut.

Telah banyak ayat yang Allah turunkan untuk melarang perbuatan ini. Bahkan Allah memberikan contoh manusia terbaik dengan akhlaq Al Quran yaitu Rasulullah.

Namun, masih saja banyak yang melanggar ketentuan tersebut. Adanya hawa nafsu yang manusia miliki membuat mereka melupakan aturan Allah. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sebuah kesenangan sesaat. Jangan sampai hal itu menjadikannya menyesal di akhirat nanti.

Itulah sisi gelap dari kota yang umat Islam sucikan. Perbuatan buruk itu tentu akan ada saja celah untuk melakukannya. Sekalipun dalam tempat yang manusia sakralkan. Akan ada saja oknum-oknum manusia yang fitrahnya memang tidak sempurna. Semoga kita semua terhindar dari melakukan sesuatu yang Allah haramkan.

Sumber: republika, islami.co, merdeka, merdeka.co, dampak zina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *