Sejarah Perkembangan TVRI Hingga 5 Penyiar Legendaris

Diposting pada

PerkembangaN TVRI memang menarik untuk dipelajari. TVRI merupakan stasiun TV yang bersejarah bagi Indonesia. Pada era Orde Baru, TVRI dijadikan sebagai alat komunikasi oleh Pemerintah danmenjadi saluran TV utama. Dewasa ini, TVRI kalah bersaing dengan TV swasta, hal ini dimulai ketika Indonesia memasuki era Reformasi.

Pepatah China mengatakan bahwa “ombak belakang sungai Yangtze akan mendorong ombak yang ada di depannya”. Berarti bahwa pendatang baru akan menggantikan yang lama. TVRI sebagai TV utama pada masanya tidak mampu berada di puncak tertinggi lebih lama dan membuktikan bahwa pepatah ini benar adanya.

Oleh: Riska Putri(Penulis Berita Pendidikan)

TVRI telah berjaya selama lebih dari 2 dekade, tepatnya selama 27 tahun. Namun, kejayaan ini berangsung-angsur menghilang saat TV swasta mulai menjamur. Lalu, bagaimana bisa TVRI sebagai stasiun TV unggulan ini tergantikan oleh TV swasta yang notabene nya pendatang baru? Mari kita simak penjelasan berikut ini.

Sejarah Perkembangan TVRI

Pada tahun 1961 Pemerintah Indonesia memutuskan untuk membuat saluran televisi. Kemudian, pada tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1962 mulailah siaran percobaan atau siaran perdana, yaitu dengan menayangkan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-17 dari Istana Negara Jakarta. Pada saat itu, tayangan televisi belum berwarna seperti saat ini, melainkan hanya berwarna hitam putih.

Selanjutnya pada tanggal 24 Agustus 1962 TVRI menayangkan Asian Games ke-4 di Jakarta, dengan nama “saluran lima”. Tujuan berdirinya TVRI adalah untuk mempropagandakan Indonesia ke dunia Internasional. Lalu, pada tanggal 01 Maret 1963 disiarkan tayangan iklan pertama dalam satu tayangan khusus dengan nama “Mana Suka Siaran Niaga”.

Kemudian, berdasarkan Keputusan Presiden No. 215/1963, tepatnya pada tanggal 20 Oktober 1963 dibentuklah Yayasan Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang diketuai langsung oleh Presiden RI.

Lalu, pada tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1964 pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah mulai di rintis berawal dengan TVRI Stasiun Yoghyakaarta, kemudian Medan, Surabaya, Makassar, Manado, Denpasar, dan Samarinda.

Perkembangan TVRI di era Orde Baru

Perkembangan TVRI
Kantor TVRI tempo dulu

Selama era Orde Baru, tepatnya pada tahun 1974 status TVRI adalah UPT (Unit Pelaksana Teknis), di mana TVRI berada dibawah naungan Departemen Penerangan dan langsung bertanggung jawab pada Direktur Jendral Radio, Tv, dan Film.

Pada era Orde Baru ini, TVRI berfungsi sebagai alat komunikasi Pemerintah dengan tujuan untuk menyebarkan informasi yang berkaitan dengan kebijakan Pemerintah kepada rakyat dan menciptakan two-way traffic atau layanan untuk menjaring aspirasi rakyat untuk pemerintah selama tidak mendiskreditkan usaha-usaha Pemerintah.

Pada tahun selanjutnya, di keluarkan SK Menteri Penerangan RI No.55 Bahan siaran/KEP/Menpen/1975 yang berisi bahwa memungkinkan TVRI memilki status ganda, yaitu selain memiliki fungsi sebagai Yayasan Televisi RI juga sebagai Direktorat Televisi, dengan penerapan manajemen perkantoran/birokrasi.

Kemudian, pada tahun 1977, di bentuk Stasiun Produksi Keliling (SPK) di 12 kota di beberapa ibu kota provinsi mulai dari Banda Aceh hingga Jayapura secara bertahap. Stasiun Produksi Keliling (SPK) ini menjalankan funsgi sebagai perwakilan atau koresponden TVRI di daerah.

Baca Juga Beritaku: 7 Manfaat menonton Televisi, Kebijakan Menteri Pendidikan Yang Cerdas

Perkembangan Alokasi Siaran TVRI

Program TVRI disiarkan selama 8 jam pada hari libur, sengan komposisi 60% produk local dan 40% produk impor. Produk impor ini berupa film seri, film ceria, hiburan dan olahraga. Kemudian pada tahun 1981, komposisi materi program diubah menjadi 80% produk local dan 20% produk impor. Perubahan ini terjadi seiringan dengan tidak adanya tayangan iklan dari TVRI.  

Dari tahun ke tahun TVRI berusaha agar bisa menambah saluran dan bisa menjangkau ke seluruh daerah di Indonesia. Hal ini menjadikan TVRI sebagai media masa yang paling handal dan mampu mempersatukan wilayah Indonesia yang luas.

Setelah menjadi saluran TV unggulan selama 27 tahun, TVRI sebagai media utama mulai memudar. Hal ini terjadi karena munculnya Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 111 tahun 1991 yang mengatur deregulasi televisi di Indonesia dengan menampilkan tiga stasium swasta, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Centra Televisi Indonesia (SCTV), dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang kemudian di izinkan menayangkan iklan 20% dari total waktu siaran.

Perkembangan TVRI di era Reformasi

Perkembangan TVRI
Kantor TVRI Jogja

Memasuki era Reformasi, bersamaan dengan bubarnya Departemen Penerangan, status hukum TVRI berada di titik yang tidak jelas. Namun, pada tanggal 5 Januari 200 Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara melalui Kepmen no. 101/KEP/m.pan/1/2000 menugaskan pejabat dan 2 pegawai di lingkungan Direktorat Televisi serta UPT di Jakarta dan Daerah untuk tetap melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai kenetuan yang berlaku saat itu.

Pada Juni 2000, TVRI kembali mengganti status menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) yang secara kelembagaan berada di bawah pembinaan dan bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan RI, hal ini didasari oleh Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2000.

Kemudian, pada tahun berikutnya tepatnya pada bulan Oktober, terbitlah Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2001 tentang pembinaan Perjan TVRI di bawah kantor Menteri Negara BUMN. Lalu, untuk urusan organisasi dan keungan berada di bawah Departemen Keuangan RI.

Kemudian pada 17 April 2002, status TVRI berubah kembali menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang berada di bawah Pengawasan Keuangan RI dan Kantor Menteri Negara BUMN, hal ini didasari oleh Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2002.

Kebijakan selanjutnya disusul dengan Undang-Undang Republik Indonesia tentang penyiaran, di mana TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentik badan hukum yang didirikan oleh negara. TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik berarti TVRI memiliki tugas untuk melayani informasi untuk kepentingan publik yang bersifat netral, mandiri, dan tidak komersial.

Perkembangan TVRI Kini

Sehubungan dengan perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan (Perjan) ke TV publik pada era Reformasi, maka TVRI diberi masa transisi selama 3 tahun dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2002 di mana di sebutkan bahwa status TVRI adalah Persero atau PT. Melalui hal ini, TVRI melakukan restrukturisasi dan melakukan pembenahan di bidang pemasaran dan pemrograman.

Selama masa transisi ini, TVRI benar-benar diuji untuk meningkatkan profesionalisme karyawan dan menggali dana dari berbagai sumber melalui kerjsama dengan pihak swasta maupun pihak BUMN.

Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, yaitu tanggal 20 Mei 2003, TVRI mulai mengoperasikan kembali seluruh pemancar stasiun relay TVRI, yang pada saat itu berjumlah sebanyak 376 buah. Kemudian bertepatan dengan ulang tahun TVRI ke-44, yaitu pada tanggal 24 Agustus 2006, TVRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP).

Lembaga Penyiaran Publik (LPP) menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2002 pasal 11 ayat 1 adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang berdiri oleh negara, bersifat independent, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat. Dengan demikian, TVRI tentunya perlu menjalankan fungsinya sebagai LPP dan berdasar pada UU No. 32 tahun 2002 pasal 11 ayat 1 tersebut.

Namun, dalam menjalankan fungsinya tesebut terdapat tantangan di mana masyarakat secara tidak langsung telah “disetir” oleh TV swasta yang di dominasi tayangan hiburan, seperi variety show, sinetron, dan tayangan infotainment. Sehingga, sulit bagi TVRI untuk menarik minat masyarakat untuk tayangan-tayangan mendidik dan di stigmakan sebagai acara yang membosankan.  

Baca Juga Beritaku: Teater: Sejarah, Jenis, Unsur, Fungsi Teknik dan Contohnya

Perkembangan TVRI sebagai TV Utama di Era Orde Baru

Perkembangan TVRI
Logo TVRI dari masa ke masa

Pada era Orde Baru, stasiun televisi menjadi alat propaganda oleh pemerintah untuk menutupi pelbagai keburukan negara. Pada era ini, media berada di bawah kendali politik, sehingga fungsi media sebagai control sosial tidak dapat berjalan. Menurut Denis McQuail (1996: 82), keterpencilan institusi, isolasi individu, luasnya jangkauan, dan kurangnya integrase masyarakat setempat menggambarkan situasi kehidupan media yang hidup di bawah tekanan penguasa.

Pada era ini, media dikontrol dengan sangat ketat oleh pemerintah. Tentu saja ini berlaku bagi TVRI sebagai stasiun milik pemerintah. Tayangan seperti acara memanen padi, kuis kelompok petani, belajar bahasa Inggris, temu pemerintah dengan pedagang dijadikan sebagai sarana memata-matai orang-orang kritis.

Masyarakat di sajikan slogan dan tayangan yang menggambarkan seolah-olah Indonesia gemah ripah, aman, dan terkendali. Misalnya tayangan penduduk Afrika yang kelaparan, terjadinya perang bersenjata di Afganistan, dan lain-lain.

7 Penyebab TVRI Kalah Bersaing dengan TV Swasta

TVRI sangat berjaya pada masanya dan menjadi TV utama di tanah air selama puluhan tahun. Namun, dewasa ini tidak demikian. Menurut Direktur Program dan Berita TVRI, terdapat beberapa penyebab TVRI kalah bersaing, yaitu:

  1. Perubahan status sejak era Orde Baru hingga Reformasi mengakibatkan TVRI kehilangan arahnya. Bahkan salah satu kebijakannya mneyebutkan TVRI tidak boleh beriklan. Saat ini, TVRI sudah boleh menayangkan iklan tetapi belum ada yang tertarik untuk bekerja sama.
  2. Menurut Apni, TVRI sudah mati suri sejak adanya TV swasta keluarga Soeharto, seperti RCTI dan TPI (yang sekarang berganti nama menjadi MNCTV).
  3. APBN yang di terima hanya 25% dari kebutuhan. Direktur Program dan Berita TVRI, Apni Jaya Putra mengungkapkan bahwa APBN TVRI tak sampai Rp 1 Triliun. Sedangkan stasiun TV NHK Jepang memiliki anggaran sekitar Rp 90 Triliun. Padahal jangkauan layanan TVRI bisa 10x lipat lebih luas.
  4. TVRI sudah tua dari segi sumber daya manusia (SDM). Kebijakan pemerintah untuk mengurangi sumber daya manusia (SDM) melalui pension berakhibat pada menuanya SDM TVRI. Dalam satu tahun rata-rata per tahunnya 500-600 orang pensiun dari TVRI.
  5. TVRI tua secara teknologi, sedangkan untuk memperbarui teknologi anggarannya tidak memadai.
  6. TVRI tua dari segmentasi penonton. Indeks penonton tua ini sampai 200 orang. Di susul oleh kelas pekerja, kemudian kelas pekerja kantoran, untuk remaja hampir tidak ada yang menonton.
  7. TVRI sebagai LPP perlu menjalankan fungsinya sesuai UU No. 32 tahun 2002 pasal 11 ayat 1, tetapi hal ini sulit di jalankan karena masyarakat tidak menaruh minat terhadap tayangan mendidik dan lebih minat pada tayangan hiburan seperti sinetron yang di tayangkan oleh TV swasta.

Daftar Nama dan Profil Singkat Penyiar TVRI tahun 80-90an

Perkembangan TVRI
Sosok Yasir Den Haas
  1. Sazli Rais. Beliau merupakan pembawa acara “Dunia dalam Berita” TVRI era 1970 – 1980an.
  2. Yasir Den Has. Beliau lahir di Bukittinggi, Sulawesi Utara. Beliau merupakan penyiar acara “Dunia dalam Berita” TVRI era 1980 – 1990an. Ia terkenal karena suara baritonnya yang khas.
  3. Agustian R. Partawidjaya atau yang terkenal dengan nama Yan Partawidjaya merupakan seorang pembawa acara “Dunia dalam Berita” TVRI era 1990 – 2000an. Beliau lahir di Jakarta pada tahun 1956.
  4. Koes Hendratmo. Beliau merupakan pembawa acara “Berpacu dalam Melodi” yang sempat menjadi favorit keluarga-keluarga di Indonesia. Beliau telah memandu acara tersebut selama 10 tahun yaitu sejak 1988 – 1998.
  5. Aom Kusman. Beliau merupakan pembawa acara “Siapa Dia?” era 1992 – 1998. Acara ini ternyata terinspirasi oleh lagu Payung Fantasi karya Ismail Marzuki. Aom Kusman sendiri merupakan pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat tahun 1946.

Baca Juga Beritaku: Film Sejarah Janur Kuning: Fakta atau Pencitraan?

Daftar Pustaka

  1. Televisi Republik Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_Republik_Indonesia
  2. 2017. Pasang Surut Stasiun Televisi Pertama Indonesia, TVRI. https://kumparan.com/potongan-nostalgia/pasang-surut-stasiun-televisi-pertama-indonesia-tvri-1GpNaS/full
  3. Teguh Irfan. 2018. Alat Kekuasaan Bernama TVRI. https://tirto.id/alat-kekuasaan-bernama-tvri-cUvu
  4. Widhana H, D. 2018. Apni Jaya Putra: TVRI Mati Suri Sejak Ada TV Swasta Keluarga Soeharto. https://tirto.id/tvri-mati-suri-sejak-ada-tv-swasta-keluarga-soeharto-cG11
  5. 2018. Dulu Jadi Penyiar Ikonik ‘Dunia dalam Berita’ TVRI. Lihat Keadaan Yasir Den Has Kini. https://makassar.tribunnews.com/2018/07/28/dulu-jadi-penyiar-ikonik-dunia-dalam-berita-tvri-lihat-keadaan-yasir-den-has-kini?page=2
  6. Yan Partawidjaja. https://id.wikipedia.org/wiki/Yan_Partawidjaja
  7. Yasir Den Has. https://id.wikipedia.org/wiki/Yasir_Den_Has
  8. Aom Kusman. https://id.wikipedia.org/wiki/Aom_Kusman
  9. Kencana Atik. 2017. 10 Pembaca Berita era 80-90an ini Gak Kalah Kece Sama Pembaca Berita Sekarang!. https://www.yukepo.com/hiburan/life/10-pembaca-berita-era-80-90an-ini-gak-kalah-kece-sama-pembaca-berita-sekarang/
  10. Bachtiar Iman. 2020. Generasi Jadul Banget Pasti Inget, Ini 8 Acara Lengendaris di TVRI yang Selalu Di tunggu. https://www.minews.id/headline/generasi-jadul-pasti-inget-ini-8-acara-legendaris-di-tvri-yang-selalu-ditunggu
  11. Hutagalung, I. (2004) ‘Perkembangan Pertelevisian di’, 1(1).
  12. ‘0-Budi Hermanto 2007.pdf’ (no date).
  13. Republik, T. and Tvri, I. (1990) ‘Sejarah’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *