Saidatina Fatimah
Wanita di zaman Rosulullah (Foto: dalamislam.com)

Saidatina Fatimah: Riwayat Hidup Hingga 3 Keteladanan

Diposting pada

Saidatina fatimah memiliki kisah hidup yang sangat menginspirasi gaya hidup para muslimah. Kehidupannya mulai dari saat ia kecil, hingga kisah pernikahannya dengan suaminya di penuhi dengan hikmah yang sarat akan makna. Bagaimana kisahnya? Mari kita simak bersama.

Beritaku.id, Berita Islami. – Gadis pemalu itu berlari memunguti kotoran di punggung ayahnya. Ia marah pada semua orang yang mengganggu ayahnya. Keberaniannya mengutarakan kebenaran serta tanggung jawab besar yang ia emban membuatnya di juluki Ummu Abiha.

Oleh: Ulfiana (Penulis Berita Islami)

Saidatina Siti Fatimah merupakan sosok besar yang masuk sejarah para wanita. Utamanya, untuk para muslimah. Fatimah menggambarkan betapa bagaimana seorang perempuan itu harus bersikap dan berperilaku.

Ia berhasil memainkan berbagai peran yang di embannya. Berbagai peran tersebut yaitu, menjadi seorang anak yang bertanggung jawab pada bapaknya. Ia menjaga kehormatannya serta memelihara rasa malu di dalam pergaulannya.

Selain itu, ia juga menjadi seorang istri yang baik bagi suaminya. Saidatina fatimah begitu takzim pada sang suami. Meskipun saat itu, mereka sempat hidup dalam kondisi yang sangat sederhana.

Saidatina St Fatimah juga berhasil memainkan perannya menjadi seorang  ibu bagi anak-anaknya. Ia adalah madrasah pertama yang membentuk hasan dan husain menjadi seorang yang besar jasanya bagi umat muslim.

Tersebab kemuliaannya, saidatina Fatimah di tunjuk menjadi pemimpin para wanita di surga.

Bahkan, ia masuk dalam jajaran empat wanita terbaik sepanjang masa. Empat perempuan itu adalah Asiyah istri firaun, maryam binti imran, Khadijah binti khuwailid,  dan Fatimah binti Muhammad. Merekalah wanita yang menjadi penghulu surga.

Sebelum terlalu jauh, mari kita ulas bersama kisah hidup Saidatina Fatimah. Berikut penjelasannya.

Bagaimana Riwayat Hidup Sayidatina Fatimah Singkat

Berikut ini merupakan kisah hidup saidatina Fatimah.

Saidatina Fatimah binti Muhammad merupakan putri dari pasangan Nabi Muhammad SAW dengan khadijah binti khuwailid. Ia merupakan putri bungsu dari Rasulullah saw atau putri ke 4.

Menurut sumber, saidatina Fatimah lahir pada 20 jumadil akhirah, lima tahun sebelum Rasulullah di angkat menjadi rasul. Ia lahir di Mekkah, Arab Saudi. Ia merupakan salah seorang dari suku quraisy dan dari keluarga bani hasyim.

Ia memiliki julukan az zahra dan nama kunyah nya adalah ummu abiha.

Dari semua anak Rasulullah saw, Fatimah lah yang memiliki perangai mirip dengan ayahnya.

Mulai dari caranya berjalan, berperilaku, hingga caranya berbicara.

Dalam sebuah riwayat, aisyah berkata ” aku tak pernah menjumpai seseorang yang sangat menyerupai Rasulullah selain Fatimah dari perkataan dan pembicaraannya. Jika Fatimah datang mengunjungi Rasulullah, Rasulullah saw langsung berdiri dan menciumnya. Beliau menyambut Fatimah dengan hangat. Begitu pula sebaliknya ketika Rasulullah mengunjungi Fatimah, ia berbuat hal yang sama. “

Rasulullah saw mendidik Fatimah dengan tauhid. Sehingga, terkait ibadah dan kecintaannya kepada Allah, tak perlu di ragukan lagi.

Ia adalah putri yang sangat di sayang oleh Rasulullah saw. Sampai – sampai dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw. pernah mengungkapkan rasa cintanya pada Fatimah saat di atas mimbar. 

” Sungguh Fatimah merupakan bagian dari ku. Siapa yang membuatnya marah, berarti juga membuat ku marah.” 

ada pula riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah berkata bahwa jika Fatimah di ganggu Rasulullah juga akan merasa terganggu. Rasulullah saw akan merasa sakit jika Fatimah di sakiti.

Kecintaan ayahnya begitu besar padanya. Pun sebaliknya, kecintaan Fatimah pada ayahnya juga begitu besar.

Kisah Masa Kecil Saidatina Fatimah

Saidatina Fatimah ialah
Kisah fatimah (Foto: islami.co)

Sejak berusia lima tahun, ia telah menerima kebenaran dari apa yang Allah sampaikan pada Rasulullah SAW. Allah mengangkat Rasulullah SAW. sebagai seorang nabi ketika usia Fatimah mencapai umur lima tahun. 

Ia serta merta beriman kepada Allah atas ajaran yang di sampaikan pada ayahnya. Ia bahkan menjadi muslim termuda yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Ketika ia berusia 6 tahun, ia selalu menemani Rasulullah SAW. 

Ia mendapatkan ujian yang cukup berat dengan meninggalnya Khadijah binti Khuwailid meninggalkan ia bersama ayahnya.

Itu sebabnya, selanjutnya, ialah yang bertugas untuk mengurus semua keperluan yang di butuhkan ayahnya untuk berdakwah.

Selain itu, ia juga membantu dakwah Rasulullah dan melindungi ayahnya tersebut.

Suatu saat ia melihat Uqbah bin Abi Mu’ayt yang meletakkan kotoran di punggung Rasulullah SAW. Ketika itu Rasulullah SAW tengah melakukan shalat di depan ka’bah. Beliau dalam posisi bersujud. 

Para musyrik quraisy yang melihat itu tertawa-tawa menertawakan apa yang terjadi pada Rasulullah SAW.

Baca juga beritaku: Kisah Cinta Ali dan Fatimah: Setelah Tertolaknya 3 Lamaran Orang Kaya

Rasulullah SAW menahan sujudnya lebih lama, sebab jika beliau berdiri kotoran tersebut akan tumpah. 

Melihat hal itu Fatimah menangis dan lari membersihkan kotoran berupa  perut binatang dari punggung ayahnya.

Ia marah mengapa ada yang berbuat demikian pada ayahnya. Ia meghampiri para musyrikin pembesar quraisy itu dan memarahi mereka. 

Para musyrikin quraisy pun berlalu dari Fatimah karena malu. Sebab, ketika itu Fatimah masih seorang gadis kecil.

Rasulullah SAW kemudian menenangkan Fatimah. Beliau berkata, 

“ janganlah menangis wahai anakku. Sebab, Allah melindungi Ayah mu, “.

Keberaniannya dan tanggung jawabnya itu yang kemudian membuatnya memiliki nama kunyah ummu abiha. Ummu abiha memiliki arti ibu dari bapaknya. ia menjadi sosok seorang ibu untuk bapaknya. Ia tak pernah absen sekalipun dari membantu ayahnya.

Keteladanan St Fatimah

Tentu jika melihat kisah Fatimah kita bisa mengetahui bahwa hidup Fatimah penuh dengan hikmah. Apa saja keteladanan yang bisa kita ambil darinya?

Berikut penjelasannya.

Sifat tangguh Fatimah.

Sejak ia masih berusia belia, ia ditinggal oleh khadijah. Sejak saat itu, ia yang mengurus seluruh keperluan ayahnya. Ia membantu ayahnya dan melindunginya dari perlakuan buruk kafir quraisy. 

Meskipun pada saat itu masih gadis kecil, ia menjalani semua tanggung jawab itu dengan sangat baik.

Selain itu, ketika ia telah dewasa, tugas dan tanggung jawabnya semakin banyak. Hal itu tak lantas membuatnya meninggalkan pahala jihad meski tak wajib bagi perempuan.

 Ia terjun ke medan pertempuran. Salah satunya adalah saat perang uhud. 

Saidatina Fatimah bersama para muslimah lain bertugas untuk memberi minum dan menyiapkan logistik untuk pasukan yang berperang. Fatimah juga merawat orang-orang yang terluka ketika pertempuran.

Kedermawanan Fatimah.

Meski hidup dalam kesederhanaan, Fatimah tetap memiliki sifat kedermawanan pada orang-orang yang membutuhkan. Suatu kali datang seorang musafir yang membutuhkan makanan. Kemudian, ia pergi menemui rasulullah untuk memohon belas kasihan sebab seluruh perbekalannya telah habis.

Namun, Rasulullah saw ketika itu tak memiliki makanan sedikitpun untuk di berikan pada musafir tersebut. Rasulullah saw kemudian meminta musafir itu untuk datang ke rumah Fatimah.

Ketika musafir itu mendatangi rumah Fatimah, Fatimah tak memiliki makanan untuk di berikan. Ia kemudian teringat bahwa ia memiliki kaling yang merupakan hadiah dari pernikahannya dengan Ali. 

Saidatina Fatimah kemudian menyedekahkan kalung pernikahannya tersebut untuk musafir itu dengan ikhlas.

Mendengar hal itu, Rasulullah saw sangat terharu. Beliau begitu bangga dengan kedermawanan Fatimah.

Sifat pemalu Fatimah.

Salah satu sifat yang melekat pada diri saidatina Fatimah adalah sifatnya yang pemalu.

Fatimah di kenal sebagai seorang wanita yang pemalu. Sifat malu tersebut membuatnya menjadi seorang yang terjaga dari hal-hal yang bisa mengotorinya. 

Itu sebabnya, salah satu julukan Fatimah binti Muhammad adalah thaharah.

Sifat itu telah ada pada dirinya sejak ia kecil hingga di akhir usianya. Salah satu contoh penerapannya adalah meminta agar keluarganya menguburnya pada malam hari.

Suami dari Siti Fatimah

Kemudian, siapakah suami dari Fatimah? Berikut kisahnya.

Fatimah menikah dengan salah satu sahabat nabi yang terhormat. Sahabat nabi tersebut nantinya menjadi khalifah ke 4 setelah Rasulullah saw wafat. Ia adalah sayidina Ali bin abi thalib.

Ali merupakan anak dari pamannya nabi Muhammad yaitu abu thalib. Rasulullah saw mengasuh Ali sejak kecil hingga menganggap bahwa Ali adalah anaknya sendiri.

Ali dan Fatimah menikah pada tahun 622 Masehi. Pernikahan itu berlangsung tak lama dari kedatangan Rasulullah SAW dan para sahabat ke madinah.

Ketika Ali menikahi Fatimah, ia tak pernah menikah dengan wanita yang lain.

Mereka di karunia beberapa anak yaitu, hasan, husein, muhsin, zaynab dan ummu kultsum.

Sosok Ali di mata Fatimah tentu memiliki keistimewaan tersendiri. Tentu kita sering mendengar kisah tentang mereka berdua sebelum akhirnya melangsungkan pernikahan bukan?

Kisah hidup mereka begitu populer bahkan menjadi teladan umat muslim ketika akan menikah.

Baca Juga Beritaku : Kisah Ali bin Abi Thalib

Kisah Lengkap dan Menarik Saidatina Fatima dan Suami

Fatimah dan Ali (Foto: idntimes.com)

Sebelum menikah dengan Ali, Siti Fatimah telah di lamar oleh beberapa sahabat nabi yang mulia kedudukan. Sahabat yang melamarnya datang dari orang-orang pilihan yang tak diragukan keimanannya kepada Allah. Mereka adalah Abu Bakar As Shiddiq dan Umar bin Khatab.

Namun, semua sahabat tersebut di tolak oleh Rasulullah SAW, sampai datanglah Ali melamar Fatimah.

Ketika itu, Ali begitu miskin sehingga hanya memiliki unta dan baju besi. Jadilah ia melamar Fatimah dengan mahar baju besi. 

Ketika itu baju besi tersebut seharga 250 dirham ada pula yang berkata seharga 400 dirham. Pesta pernikahannya berjalan dengan sangat sederhana.

Ketika mereka menjalin rumah tangga, hidup mereka juga sangat sederhana. Bahkan sempat kita dengar cerita bahwa mereka sekeluarga berpuasa sebab tak memiliki makanan untuk dimakan.

Hadiah dari Rasulullah untuk Fatimah dan Ali

Ketika awal menikah, Ali bekerja sebagai pembawa air yang darinya ia mendapat upah untuk kehidupannya bersama Fatimah. Sedangkan Fatimah, di  rumah ia membuat roti dengan tangannya sendiri.

Suatu kali, Ali pulang ke rumah dan mengeluhkan sakit di punggungnya. Fatimah kemudian berkata kepada Ali bahwa ia juga merasakan sakit di tangan nya sebab menggiling adonan roti yang melelahkan. Mereka kemudian pergi ke rumah Rasulullah SAW.

Mereka meminta budak kepada Rasulullah SAW agar budak tersebut meringankan pekerjaan keduanya. Namun, Rasulullah SAW menolak permintaan tersebut. Rasulullah SAW kemudian datang pada rumah Ali dan Fatimah.

Ketika itu, Fatimah sedang berada di atas tempat tidurnya saat Rasulullah SAW datang kepada mereka. Rasulullah SAW kemudian duduk diantara keduanya.

Beliau berkata kepada mereka bahwa apakah mereka mau menerima yang lebih baik dari seorang budak ?

Bacalah subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu akbar 34 kali menjelang tidur. Maka, ketika mereka membaca itu, seluruh kebutuhan mereka akan Allah penuhi.

Ternyata Allah memenuhi kebutuhan mereka dengan membuat kekuatan mereka meningkat sehingga tak membutuhkan budak lagi.

Epilog

Kisah hidup Fatimah hingga hari ini masih menginspirasi banyak orang. Utamanya bagi para muslimah yang sama-sama menginginkan surga dengan meneladaninya.

Akhirnya, demikianlah tulisan kali ini. Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya!

Sumber:

News.detik, id.wikipedia, merdeka.com, kumparan.com,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *