Musik Tarling
Kesenian & Musik Tarling

Musik Tarling: Aliran Tua Yang Jarang Kita Dengar

Diposting pada

Tarling, sebuah aliran musik yang jarang kita dengar, namun anda harus mengetahui bahwa jenis perpaduan nada ini telah ada hampir setengah abad.

Beritaku.id, Budaya – Dawai membawa petikan dan denting yang berarus memberikan nuansa syahdu dan kerinduan, semua memberikan irisan keindahan. Seperti itulah musik membawakan nada rindu dari sentuhan halus para musisi.

Oleh: Novianti Lavlia (Penulis Budaya)

Koplo, Dangdut dan Pop, mungkin suatu jenis aliran musik yang gampang untuk kita jumpai, sebagai teman perjalanan dan santai. Namun tahukah anda tentang Tarling.

Dari bentangan jalur pantura, tidak hanya musik koplo dan hentakan kendang yang merebut sukma pendengar, hingga menggerakkan badan untuk bergoyang.

Secara klasik, area ini telah memiliki catatan sejarah mengenai sebuah aliran Tarling. Ini mungkin terasing di telinga. Namun hakikatnya perpaduan alat musik ini termasuk tertua, bahkan lebih lama dari Koplo.

Pengertian Aliran Musik Aliran Tarling

Tarling Indramayu
Tarling Klasik Dari Indramayu

Tarling adalah salah satu jenis musik yang populer di wilayah pesisir pantai utara, atau pantura Jawa Barat. Lebih tepatnya berasal dari wilayah Indramayu dan Cirebon. Selain itu, nama tarling sendiri berasal dari kata “itar” atau gitar, dan juga suling.

Selain itu, kesenian ini juga merupakan musik legendaris, yang telah lahir sejak  zaman penjajahan Belanda. Aliran musik ini juga telah mengalami berbagai evolusi, dan mendapatkan pengaruh dari berbagai jenis genre musik modern.

Namun dari semua genre musik yang mempengaruhi perkembangannya, aliran dangdut merupakan jenis yang paling kental. Karena hal tersebut, aliran ini sempat melahirkan cabang musik jenis baru, bernama tarling dangdut. 

Aliran musik ini pun masih populer  hingga saat ini, terutama di sepanjang wilayah pantura. Beberapa lagu tarling dan tarling dangdut yang sempat menjadi populer adalah, 

Kesenian tarling legendaris: Kang Ato Ayame Ilang, Saida saini, Baridin, Kuntilanak, dan juga  Ajian Semar Mesem

Lagu tarling paling populer: Warung Pojok, Kembang Kilaras, Pemuda Idaman, dan Waru Doyong.

Pencipta tarling: Jayana, Uci Sanusi, Sunarto Marta Atmaja, Lulut Casmaya, Hj Dariyah, Maman Suparman, Abdul Adjib, serta Pepen Effendi. 

Artis tarling dangdut: Aas Rolani, Cucun Novia, Nunung Alvi, Yoyo Suwaryo, dan Dewi Kirana 

Sejarah Tarling

Bapak Sugra
Bapak Sugra Penemu Kesenian Tarling

Adapun sejarah dari musik ini, mulai lahir pada sekitar tahun 1931 di Indramayu. Cerita bermula ketika seorang komisaris Belanda meminta bantuan Mang Sakim, yaitu seorang penduduk setempat  untuk memperbaiki gitarnya. 

Mang Sakim sendiri merupakan seorang ahli gamelan. Namun setelah memperbaiki gitar tersebut, sang komisaris tidak pernah kembali untuk mengambil gitarnya.

Dan ternyata, kejadian tersebut merupakan kesempatan emas Bagi Mang Sakim, untuk dapat mempelajari gitar beserta nadanya. 

Tidak hanya mempelajari nada tersebut, tapi juga membandingkannya dengan nada pentatonis dari instrumen gamelan Pada kesempatan tersebut, Mang Sakim juga melakukan eksperimen dengan anaknya yang bernama Sugra.

Caranya adalah, dengan memindahkan semua nada pentatonis tersebut, ke dawai instrumen gitar yang lebih bernada diatonis. Oleh karena itu, semua tembang atau kiser Dermayonan dan Cerbonan, selalu menggunakan gamelan.

Suara irama yang terdengar dari hasil paduan antara gamelan, petikan gitar dan suling, memang menjadi lebih merdu. Hasil eksperimen tersebut akhirnya menjadi populer pada sekitar era 1930-an, terutama bagi kamu muda saat itu. 

Bahkan uniknya, tarling saat itu bukan hanya merupakan sebatas kesenian saja, namun juga sebagai gaya hidup yang menjadi trending. Pada sekitar tahun 1935, mengalami perkembangan, dalam penambahan instrumennya.

Contoh dari beberapa instrumen yang melengkapi kesenian tersebut adalah, kendang berupa kotak sabun, dan gong berupa kendi. Setahun setelahnya, yaitu pada 1936, instrumen tarling semakin bertambah dengan penggunaan perkusi, berupa baskom dan ketipung kecil.

Namun seperti tidak ingin pernah berhenti berkarya, Sugra pun mulai menyempurnakan tarling dengan pertunjukan drama, yang mengisahkan tentang peristiwa keseharian.

Maraknya pertunjukan drama yang berpadu dengan tersebut, akhirnya menciptakan beberapa tokoh populer.

Salah satu contoh nya seperti cerita drama Saida – Saeni, yang telah membuat para penontonnya berlinang air mata. Namun selain cerita tersebut, ada beberapa yang lainnya, seperti Pegat – Balen dan Lair – Batin, yang terkenal.

Daerah Asal Musik Gitar Dan Seruling

Tarling identik dengan seni tradisional, yang berasal dari Cirebon dan Indramayu. Kedua Kota yang cukup berdekatan tersebut, merupakan gudang bagi seniman musik Gitar Dan Suling yang cukup melegenda.

Beberapa nama dari seniman sejati tersebut seperti, Uun Kurniasih, Sudjana, dan juga Abdul Adjib, yang menciptakan  Lagu Warung Podjok. 

Selain itu, pada awal perkembangannya, kesenian ini belum memakai nama tarling, melainkan  Melodi Kota Ayu dan Melodi Kota Udang. Kedua kota tersebut, sekaligus mencerminkan dari mana asal musik tersebut, Kota Ayu adalah Indramayu, dan Kota Udang adalah Cirebon.

Namun seiring berjalannya waktu,  tarling pun mulai merambah ke daerah lainnya seperti Karawang, Subang, serta daerah pantura lainnya.  Adapun beberapa dari daerah tersebut adalah, Brebes, Tegal, dan juga Pemalang. 

Pengakuan Aliran Musik Gitar Suling Secara Resmi

Aliran musik tarling sendiri baru mulai mendapat pengakuan, ketika Radio Republik Indonesia kala itu, sering menyiarkannya.

Dan pada akhirnya, Badan Pemerintah Harian atau setingkat dengan  DPRD saat ini, meresmikan tarling sebagai aliran musik. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi, pada tanggal 17 Agustus 1962.

Ada satu hal yang patut untuk mendapat perhatian, tentang eksistensi tarling saat ini. Walaupun pamornya hampir memudar, kesenian ini tetap akan menjadi bagian dari sejarah masyarakat pantura. Atau dengan kata lain, tarling adalah pencerminan dari jiwa dan raga berkesenian mereka.

Jenis Musik Gitar Seruling

Pada dasarnya, jenis musik kesenian masyarakat pantura ini terbagi menjadi beberapa jenis. Beberapa contoh nya adalah, Tarling Klasik, Tarling Dangdut, Tarling Tengdung, Tarling Disko, Tarling Pop, dan juga Tarling Disko Dangdut.

Perkembangan Musik Tarling

Tarling Klasik Cirebon
Tarling Klasik Dari Cirebon

Dalam perkembangannya, musik ini terbagi menjadi empat fase. Semua fase tersebut  mencerminkan penambahan yang terjadi pada instrumen musiknya.

Fase pertama terjadi pada pada masa 1940 – 1970 

Pada awal fase ini, kemunculan musik tarling masih menggunakan tiga jenis instrumen, yaitu gitar, suling dan gamelan. Notasi musik dasarnya juga masih merupakan perpaduan dari ketiga alat musik tersebut.

Ciri khusus yang terdapat pada tarling fase pertama ini adalah, posisi pemainnya yang masih berjumlah empat orang. Setiap personilnya  memainkan gitar serta gamelan, dan seorang lagi memainkan suling.

Selain itu juga terdapat sinden, yang menjadi bagian terpenting dalam sebuah pertunjukan seni ini. Bahkan saat itu, seorang pesinden bernama Carini mulai mendapatkan permintaan untuk merekam suaranya di RRI Cirebon.

Rekaman pertama terjadi pada tahun 1956, dan saat itu pula tarling mendapat nama baru sebagai ”melodi kota udang”

Fase kedua merupakan era dari Tarling Kiser Gancang, yaitu antara 1960 – 1980

Perbedaannya dari fase sebelumnya adalah, iramanya yang lebih cepat. Walaupun sebenarnya, masih menggunakan instrumen musik yang sama. Beberapa contoh tarling pada fase kedua ini adalah, Warung Pojok ciptaan Abdul Azib dari Cirebon.

Tidak hanya bernyanyi, Adjib juga menampilkan cerita drama humor satire, atau berdasarkan cerita keseharian, seperti percintaan, maupun kesedihan.

Panggung drama dan tarling tersebut, merupakan suatu pertunjukan, untuk acara perayaan seperti acara pernikahan, maupun ritual.

Panggungnya pertunjukannya sangat sederhana, hanya berupa meja dan tumpukan jerami, tanpa layar maupun lampu sorot. Sebagai pengganti dari lampu sorot tersebut hanya menggunakan lampu petromaks, dan pengeras suara seadanya.

Fase ketiga terjadi saat memasuki tahun 1980

Memasuki fase ketiga, musik tarling mulai mengalami evolusi dari musik asalnya. Hal tersebut tidak dapat terhindarkan, seiring dengan perkembangan zaman saat itu. Pengaruh aliran musik lain yang mulai menyatu dengan tarling adalah dangdut dan pop.

Dari hasil perpaduan tersebut, lahirlah jenis tarling modern, yang lebih populer sebagai tarling dangdut. Evolusi yang terjadi, mengakibatkan hilangnya unsur gamelan, dan tergantikan oleh instrumen lain yang lebih modern.

Pada fase ini, ciri khas musik tarling klasik sudah semakin terkikis. Masyarakat Cirebon menyebutnya sebagai dangdut Cirebon. Adapun beberapa lagu yang berhasil menjadi populer saat itu adalah, Waru Doyong, Keloas, Gatutkaca Bli Bisa Mabur, Kopi Lendot, dan lainnya.

Fase ini juga merupakan era kejayaan Rhoma Irama, yang akhirnya membuat dangdut mulai mempengaruhi tarling.

Formasi instrumen musiknya pun ikut mengalami perubahan, menjadi gitar, suling, gendang, gong, tutukan, dan kecrek.  Selain itu, juga ada penambahan alat musik lainnya, seperti organ, drum, dan bas.

Fase keempat pada tahun 2000

Memasuki fase keempat, musik tarling sama sekali tidak menggunakan gamelan lagi, karena banyak mengadopsi unsur musik kompetitornya. Saat itulah mulai banyak instrumen perkusi yang menggantikan gamelan dan suling.

Adapun contoh nya adalah, drum, terompet organ, dan lainnya. Pada fase keempat ini, tarling lebih terkenal sebagai Tembang Pantura.

Musik Tarling Pada Era Modern

Tarlingdut
Tarling Dangdut Modern

Pada era modern seperti saat ini, ada beberapa hal yang akhirnya harus menggerus kesenian tradisional. Beberapa contohnya adalah seni industri seperti sinetron dan musik kontemporer. Selain itu juga terdapat berbagai kesenian komersial, yang lebih dapat mendatangkan keuntungan.

Seluruh fenomena tersebut memang terlihat lebih memanjakan kesenian modern. Berbagai cara promosi yang gencar, semakin membuat kesenian tarling tertinggal semakin jauh, hingga mengalami mati suri.

Dalam situasi yang tidak menguntungkan tersebut, para seniman tarling seperti berjuang sendirian. Beberapa dari mereka, bahkan hanya dapat berusaha untuk tetap bertahan, dengan kemampuan yang ada.

Tanpa memiliki banyak pilihan, mereka berusaha untuk melakukan penyesuaian, agar dapat bernegosiasi dengan selera pasar. Dan sayangnya, pemerintah daerah juga kurang mendukung atas perjuangan para pekerja seni tersebut.

Secara perlahan tapi pasti, kesenian tarling saat ini seolah sedang menghadapi ”kebangkrutan seni”. Walaupun sebenarnya, kesenian merupakan cermin dari eksistensi dan kreasi seniman bangsa. Hilangnya suatu kesenian tradisional, sama halnya dengan kehilangan eksistensi diri,

Upaya perlindungan seni tradisional  ini sepatutnya mendapatkan perhatian lebih dari semua pihak terkait. Contoh yang paling efektif adalah, seperti memberikan akses dan perlindungan kepada para pekerja seni tradisional tarling. 

Selain itu, dapat juga melakukan berbagai aktivitas, yang dapat menampilkan dan mengembangkan kreativitas para seniman. Caranya adalah, dengan mengkoordinir berbagai pertunjukan yang bersifat nasional, maupun internasional.

Penutup

Sebagai salah satu jenis kesenian daerah, tarling sudah mengalami berbagai macam pergeseran dan evolusi dalam perkembangannya. Bukan hanya sekedar perubahan dalam

materi musiknya  saja, melainkan juga pada minat dan pandangan masyarakat terhadap kesenian Tarling.

Saat ini, tarling juga tengah mengalami berbagai kesulitan, untuk dapat kembali meraih kejayaannya dalam berkesenian. Kehadiran musik modern yang ada saat ini, memang dapat memperkaya khasanah musik di negara ini.

Namun pada sisi lainnya, sekaligus juga menjadi saingan terberat, bagi kesenian musik tradisional khas Indramayu dan Cirebon ini.

Untuk dapat membuat kesenian tarling menjadi lebih menarik, memang perlu melakukan beberapa solusi. Salah satunya adalah dengan melakukan reformulasi, baik dalam hal penampilan maupun kemasannya.

Walaupun melakukan semua hal tersebut, namun bukan berarti harus merubah total jati diri dari kesenian tersebut.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *